Selain pertimbangan diatas, jujurly aku tidak terlalu suka dengan event kompetitif (EJJ 1500km adalah event kompetitif). Setelah mengikuti beberapa event ultra yang non kompetitif macam audax, aku merasa lebih memorable dan menyenangkan ketika kita gowes itu bisa ketemu dengan teman-teman cyclist yang lain. Ada cerita yang bisa diingat, dibandingkan jika hanya gowes sendirian. Event non kompetitif juga artinya lebih rileks, rutenya bisa lebih dinikmati tanpa ada tekanan siapa yang di depan ataupun belakang kita. Kita pure melawan diri sendiri, bukan melawan peserta lain.
Di awal bulan Desember ada event seceng yang diadakan oleh Peloton Rocket, dimana disini aku besama Om Terry gowes dengan rute Jabar Loop. Di sini aku mendapatkan informasi kalau Om Terry mau ikut EJJ juga dan ikut-ikutan ngajakin. “Ayo ikut lah, buat seru-seruan aja kalau banyak temen yang ikut”, bgitulah katanya. Pada saat itu aku masih tidak mengiyakan, bukan karena ragu, tapi karena memang udah nggak mau ikutan.
Di akhir bulan Desember, rencanaku untuk pulang kampung dan menghabiskan liburan anak-anak batal, karena istriku mendadak menjadi sibuk di akhir tahun. Akhirnya aku cuti dan ngaplo tanpa ada aktivitas yang fulfilling, berasa hampa. Pada masa-masa itu, aku juga mulai mendengar Om Handika juga mau ikutan EJJ dan ikut-ikutan ngomporin. Perlu diketahui, hubungan kami bertiga (dengan Om Handika & Om Terry) cukup dekat. Pada waktu itu pernah menemani mereka latihan, gowes ke Ciherang. Om Handika mau mengikuti Audax Paris-Brest-Paris (PBP), sementara Om Terry mau ikut Bentang Jawa (BJ).
Di awal tahun, aku merasakan tekanan untuk ikut event EJJ ini makin kuat dari orang-orang yang aku sebutkan diatas. Terbersit pikiran, apa aku ikut EJJ aja sekalian pulang kampung. Jadi pas sebelum atau setelah acara aku bisa mampir dulu ke rumah orang tuaku di Tulungagung, walaupun hanya untuk 1 atau 2 hari. Pada saat itu aku ragu, di satu sisi pengen pulang kampung, disisi yang lain aku masih agak takut dengan efek samping setelah gowes non stop selama acara. Aku jadi membayangkan sehabis event Audax 1200 dulu, kakiku sampai sakit dipakai gowes dan jalan. Baru mulai berkurang 1 minggu setelahnya. Belum lagi kalau pulang kampung, ini berarti aku harus nyetir sendiri kesana. Kebayang kan nyetir dari Jakarta, pulkam, istirahat, lalu lanjut ke Surabaya, dan sehabis acara selesai masih dilanjut nyetir balik lagi ke Jakarta.
Dengan pertimbangan diatas, sebenarnya aku condong untuk skip. Namun agar lebih fair, akhirnya aku lempar dadu saja. Jika saham SMDR yang kupegang bisa naik sampai 400 sebelum pendaftaran dibuka, aku akan daftar. Jika tidak, ya ga usah ikut acaranya sekalian. Terdengar membagongkan memang. Tapi begitulah kenyataannya. Aku menyerahkan keikutsertaanku pada event EJJ ini kepada Mr Market. Dalam hati sih aku nggak yakin SMDR bakalan ke 400, jadi kalaupun misalnya sampai kesana minimal aku happy portofolioku naik, jadi anggap saja EJJ sebagai reward untuk hepi-hepinya.
Tak disangka harga saham SMDR berhasil mencapai 400 di bulan Januari. Apesnya sih aku nggak jual di harga segini, tapi itung-itungannya ya tetap happy. Sesuai dengan komitmenku, aku putuskan untuk mendaftar EJJ di hari pertama pendaftaran dibuka. Niatku untuk ikut EJJ adalah untuk sekalian pulang kampung, sementara untuk gowesnya aku nggak mau aneh-aneh, mau santai dan ngonten.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar