Minggu, Maret 17, 2024

EJJ 2024 1500km: Bagian 8 - Gowes Day-1

suasana di titik start
Setelah sholat shubuh, aku dan Om Terry langsung beberes dan menuju lokasi titik start di Surabaya Town Square. Disana kami diharuskan melakukan bike check terlebih dahulu. Panitia akan memastikan sepeda yang kami gunakan sudah sesuai regulasi: GPS tracker sudah diaktifkan, sensor HR dan cadence sudah terpadang, 2 lampu depan dan 2 lampu belakang yang harus sudah terpasang, ukuran ban minimum 28c.

Suasananya tidak terlalu ramai, karena berdasarkan informasi pesertanya hanya ada  48 orang. Di lokasi start, juga sudah disediakan snack dan makanan ringan untuk sarapan. Di pukul 05:00 waktu setempat, event ini resmi dimulai. Tidak ada acara sambutan & seremoni yang panjang seperti event-event lain yang pernah kuikuti sebelumnya. Rasanya seperti ini lebih baik dan efisien.

aku termasuk cyclist yang di belakang

Di 30 km pertama peserta dikawal oleh petugas, jadi gowesnya masih bareng-bareng. Karena niatnya memang mau ngonten dan nggak mau nge-push aku sengaja memisahkan diri dari teman-temanku, berada di barisan paling belakang. Rolling speed nya pada saat itu sekitaran 30-35kpj, namun rasanya terasa berat untukku. Mungkin karena barang bawaan yang kubawa cukup berat. Tapi aku nggak banyak mikir, enjoy saja gowesnya.

Setelah km30 an, peserta dilepas. Disini aku sempat memelan, untuk bermain game online yang biasa kumainkan untuk mengisi waktu luangku. Karena bisa menggunakan 1 tangan, nggak perlu berhenti. Rasa-rasanya aku hanya memainkan game nya kurang dari 5 menit, tapi setelah itu peserta di depanku menghilang semua. Wkwk.. aku berpikir tampaknya peserta laen banyak yang ambi. Tapi disini aku malah merasa senang, karena akhirnya aku bisa gowes sesuai dengan rencana awalku, gowes konten tanpa tekanan.

pemandangan dalam melibas tanjakannTirtowening

Karena segmen berikutnya adalah tanjakan ke arah Tirtowening, effort untuk gowesnya menjadi agak berat. Aku tetap maintain pace ku sebisa mungkin berada di Z1-Z2 walaupun jalanannya menanjak. Cuaca yang cerah, serta pemandangan indah Gunung Arjuna (semoga aja nggak salah sebut) menambah kesyahduan gowes di pagi itu.

Satu persatu peserta lain kulewati dalam perjalanan ku di segmen tanjakan pertama. Beruntung segmen tanjakannya walaupun panjang, gradiennya tidak curam. Memang ada segmen yang cukup curam dan dijadikan spot foto, namun tidak terlalu panjang. Masih bisa digowes dengan kondisi membawa barang bawaan yang cukup banyak.

Yang bikin agak kaget adalah mendekati akhir segmen tanjakan, aku ketemu sama Om Bembenx. Agak tumben dia ngempos, baru tahu setelahnya kalau dia bawa barang bawaan lebih banyak daripada biasanya. Setahuku di tengah tahun nanti dia mau ikut event Transcontinental Race (TCR) di Eropa sana yang jaraknya 4000an km kalau nggak salah. Jadi di event EJJ ini itung-itung buat persiapan TCR yang tentunya barang bawaannya lebih banyak lagi.


Tak jauh dari titik aku menyusul Bembenx, ketemu sama rombongan 4 orang: Om Peter, Om Rudy Cepu, dan 2 orang lagi aku tidak kenal. Sedikit mengejutkan jika ketemu dengan orag-orang ini, karena itu artinya aku sudah berada lumayan didepan, padahal rasanya peserta yang kusalip nggak terlalu banyak. Aku berpikir rombongan ini mungkin pada gowes santai, agak aneh mereka yang tipenya climber bisa kutangkep dengan pace damai juga.

gowes hari pertama masih bisa hepi-hepi

Di segmen turunan, 4 orang ini melaju di depan dengan cepat. Aku cukup tahu diri karena menggunakan rimbrake dan memang nggak terlalu bernyali di segmen turunan, jadi kubiarkan saja mereka melaju jauh di depan. Namun mereka sempat nyasar sehingga kesusul lagi. Bisa dibilang sampai ketemu jalan raya Surabaya-Malang kami berlima masih barengan. Setelahnya aku melepaskan diri dari rombongan, karena kulihat mereka lumayan ngepush dan aku nggak bisa mengikuti pace nya mereka. Melihat cara gowesnya tampaknya adrenalinnya cukup bergejolak. Walapun tidak ada yang berniat breakaway, tapi berusaha untuk tidak lepas dari grup peloton.

Ketika memasuki segmen tanjakan menuju Nongkojajar, aku ketemu lagi dengan Om Rudy Cepu dan 1 temannya (yang belakangan kuketahui namanya Om Ismail). Mereka berhenti sejenak untuk buang air kecil. Nah disini aku berusaha untuk mengikuti pace nya Om Rudy ketika nanjak. Ternyata lumayan melelahkan, udah termasuk nge push, tapi kurasa masih dalam batas toleransiku. Dalam perjalanan menanjak ini aku menyusul Om Peter, yang tampaknya sudah agak kelelahan. Entah mungkin sebelumnya dia nge push pas tanjakan Tirtowening sehingga kewer. Padahal tanjakan ke arah Nongkojajar tergolong halus  dibandinkan dengan tanjakan Tirtowening.


Om Rudy dan temannya melipir ke warung, jadi aku duluan. Nah setelah melewati mereka aku malah ketemu sama Om Terry. Lumayan jadi dapat konten Om Terry pas lagi nanjak. Disini aku putuskan untuk gowes bareng aja karena emang nggak ada niatan buru-buru. Tapi tak lama kemudian sepedanya Om Terry ada trouble, sepertinya masalah rantai, aku disuruh duluan.

Di segmen turunan aku kesalip lagi oleh Om Rudy dan 2 orang temannya, mereka lumayan ngebut. Di tengah-tengah segmen turunan, aku melipir untuk mengisi bidon, seingatku ini di km130an, disini kesalip lagi sama Om Terry. Setelah itu rasanya aku udah nggak ketemu lagi sama orang-orang dalam jarak yang jauh. 

Sepertinya aku terlalu hemat air dan agak telat mengisi bidon, karena kakiku terasa agak kram ketika melewati segmen datar menuju Probolinggo, padahal nggak ngepush. Efek cuaca yang adem membuat mulut tidak merasa haus, tetapi sudah mulai dehidrasi.

makan siang rawon
Aku makan siang di daerah Gending, setelah Probolinggo di km 190an setelah menemukan warung yang menjual masakan berkuah. Tidak ada soto disini, namun aku beruntung ada rawon yang sama-sama berkuah. Disini aku istirahat tidak terlalu lama, numpang makan dan sholat sebelum lanjut lagi. Apesnya pas mau buka sepatu, lututku ketarik sampai kram. Duh.. ini menambah permasalahan, jadi perlu dilurusin dulu untuk mengurangi rasa sakitnya. Ternyata efek dehidrasinya sudah parah.

Melihat kenyataan kedua pahaku nyaris kram dan lutut kananku masih sakit karena abis ketarik, aku putuskan untuk gowes pelan-pelan saja. Semakin tidak berekspektasi macam-macam, yang penting bisa mencapai Banyuwangi sebelum berganti hari. Kulihat ini target yang masuk akal, karena sisa jarak yang kutempuh tersisa 180km agar sampai di km370, dan ketika aku jalan waktu masih menunjukkan sekitar jam 1 siang. Tak lama setelah makan siang, sekitaran km210 di rute menanjak di PLTU Paiton, aku disusum Om Bembenx, disusulnya pun lumayan kenceng, beda speednya jauh.

melipir untuk minum air tebu
Sepanjang 100km berikutnya, rutenya terhitung flat. Hanya saja jalanannya walaupun melewati jalan raya utama, kurang bagus di segmen Besuki - Situbondo. Di sebelah kiri agak bergelombang, mungkin karena banyak truk yang melalui. Walaupun tidak banyak lubang, jalanan bergelombang juga harus diwaspadai karena kondisi jalanannya tidak terlalu terlihat dari jauh. Di jalanan ini pun mau nggak mau pakai drop bar, tidak bisa memakai aero bar.

Aku memasuki hutan Baluran km310 sekitar Maghrib. Jalanannya benar-benar gelap. Dan ternyata jalanannya menanjak halus. Ini diluar perkiraanku, kupikir bakalan flat terus sampai Banyuwangi. Dengan kondisi ini, waktu perkiraanku untuk sampai di Banyuwangi menjadi lebih molor. Segmen nanjak sehalus apapun kalau lumayan panjang ya pasti akan menambah waktu perjalanan.

kusempatkan berfoto disini
Jalanan di segmen hutan Baluran ini pun agak gado-gado. Di awal jalanannya mulus, namun begitu mulai menurun, kadang ada lubang disana-sini. Dengan jalanan yang gelap tanpa lampu penerangan jalan, lubang ini bisa terdeteksi dengan baik oleh lampu sepeda. Namun kondisinya berubah jika ada kendaraan dari arah sebaliknya, yang tentunya cahaya lampunya lebih teran dan menyilaukan sehingga kondisi jalanan di depan kita tidak terlihat. Alhamdulillah disini aku tidak mengalami masalah yang berarti dan berhasil melalui 20km segmen hutan Baluran dengan selamat.

Sekitar 20 km sebelum memasuki Banyuwangi (km 350an) aku melipir untuk makan malam. Kali ini aku menemukan warung soto. Tanpa pikir panjang aku pesan 2 porsi sekalian karena sudah lapar, dimana terakhir-terakhir aku menyesal karena 1 porsinya saja sudah banyak 😔. Lumayan disni bisa sekalian nge charge, namun karena tempatnya nggak terlalu besar, nggak bisa numpang sholat. Waktu pada saat itu sudah menunjukkan pukul 8 malam, masih bisa sampai Banyuwangi dibawah target. Dan disitu aku menyesuaikan targetku menjadi ke km390 di daerah Rogojampi, tepat sebelum memulai segmen menanjak ke Paltuding-Ijen. Di daerah situ kuliat ada penginapan, dan menurut perhitunganku 40km bisa kucapai sekitaran jam 10-11 malam.

2 porsi soto ayam untuk makan malam
Menuju Banyuwangi, ternyata rutenya tidak melewati tengah kota. Sebelum memasuki tengah kota langsung dibelokkan ke kiri. Jatohnya sih ini lewat rute pinggiran dimana jalanannya berubah menjadi jalanan kecil, gelap, dan sepi penduduk. Di rute ini, jalanannya juga banjir. Walaupun jalanan aslinya aspal, tapi banyak sekali melewati aliran air. Walaupun pada saat itu habis hujan, aku tidak tahu apakah ini efek hujan yang terlalu deras atau ada sungai di dekat situ yang meluap.  

Di daerah Rogojampi aku berhenti sebentar, sekedar untuk melihat racemap dan mencar penginapan yang terdekat. Seharian itu rasanya baru kali itu aku buka racemap. Agak kaget karena Om Terry lanjut gowes ke arah Jambu, dimana ini sudah masuk segmen menanjak (dugaanku mau menginap di Jambu). Om Handika malah ada di belakangnya, lumayan bikin heran karena seharusnya Om Handika sudah jauh di depan. Belakangan aku baru tahu kalau sempat nyasar di Banyuwangi.

Kulihat orang-orang ternyata banyak yang dibelakangku, menginap di daerah Banyuwangi. Dan yang lebih kaget lagi Om Bembenx ternyata berada tepat di belakangku. Tak lama Bembenx nyusul dia bilang mau lanjut ke Ijen. Akhirnya rencanaku untuk menginap di Rogojampi aku batalkan, aku putuskan untuk mengikuti Om Bembenx nanjak, mungkin sampai Jambu juga sudah oke, tak perlu sampai Ijen.

Akhirnya kami berdua nanjak bareng sampai km 404, waktu sudah menunjukkan jam 11 malam. Bembenx duluan, aku melipir ke mesjid karena merasa nggak nyaman jam sgini belum sholat. Pada akhirnya disini aku beberes, mandi, istirahat dan ngemper, berusaha tidur dengan posisi duduk walaupun kurang nyaman. Beruntung ada colokan listrik, sung kupakai untuk nge-charge perangkat-perangkatku.

🏠 

kembali ke artikel utama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar