Tampilkan postingan dengan label Book Review. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Book Review. Tampilkan semua postingan

Sabtu, Januari 06, 2024

Books read in 2023

Salah satu resolusi di tahun 2023 lalu adalah self improvement melalui membaca buku, dengan target yang tidak muluk-muluk: 12 buku dalam setahun atau kurang lebih 1 buku/bulan.

Alhamdulillah di 2023 kemarin targetnya tercapai, dan berikut adalah buku yang berhasil kuselesaikan (urutan acak):

  1. GRIT
  2. Thinking in Bets
  3. Talking to Strangers
  4. The Little Book of Common Sense Investing
  5. Quit: The Power of Knowing When to Walk Away
  6. The Simple Path to Wealth
  7. The Little Book That Still Beats the Market
  8. Joy of Missing Out
  9. Ikigai
  10. Ichigo Ichie
  11. The 5 Am Club
  12. Richer Wiser Happier
  13. Courage to Be Disliked

Dari 13 buku diatas, mungkin yang paling memberikan pencerahan adalah Quit yang ditulis oleh Annie Duke dan Courage to Be Disliked.

Quit memberikan perspektif yang berbeda dalam membuat keputusan. Ada kalanya kita harus “menyerah” dan move on dari kondisi yang sedang kita jalani. Menyerah bukan berarti karena kita tidak memiliki kegigihan, tetapi memberikan jalan untuk kita dalam membuang hal-hal yang kurang penting sehingga bisa fokus pada hal yang lebih penting. Dijabarkan juga beberapa contoh nyata bagaimana persistensi untuk tetap melanjutkan sebuah project berakhir buruk karena sudah terlalu terlambat untuk dibatalkan.

Sementara itu Courage to Be Disliked yang masuk ke dalam kategori self-help, jujur aku agak sulit untuk menggeneralisir inti sarinya karena banyak sekali pelajaran yang bisa diambil. Sesuai dengan judulnya, buku ini menekankan perlunya courage/keberanian dalam mengejar kebahagiaan dan hal-hal yang ingin dicapai dalam kehidupan, bahkan jika itu tidak disukai oleh orang lain. Buku ini juga menyatakan bahwa kebahagiaan itu adalah pilihan. Ketidakbahagiaan tidak disebabkan oleh pengalaman masa lalu, tetapi karena ketidakmauan kita untuk berubah dan tidak memiliki keinginan yang kuat untuk merasakan kebahagiaan. Bahasanya agak sulit dicerna sih, tetapi begitulah, menurutku sangat masuk akal.

Rabu, Juli 04, 2012

[Review Buku] Dewi Lestari - Partikel

Langsung to the point, this book is great dan membuat saya tidak bisa berhenti untuk berhenti membacanya. Setelah tersimpan sejak cukup lama dan nggak dibaca, baru deh kemarin mulai dibaca dan langsung selesai dalam 2 hari. Thanks to Mbak Dee yang membuat perjalanan KRL Bekasi - Serpong tak berasa melalui karyanya ini.

Partikel adalah seri ke-4 dari novel Supernova. Dari 4 seri ini baru Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh, dan Partikel saja yang sudah pernah kubaca. Dua novel sisanya: Akar dan Petir, belum sempat baca, dan semoga kedua buku tersebut bisa menemani saya dalam perjalanan ke Surabaya di akhir pekan ini.

Jumat, Maret 30, 2012

Review Buku: Dewey Datang Lagi

Pada awalnya kupikir buku ini akan menceritakan kisah lain dari Dewey si Kucing Perpustakaan dari Spencer. Ternyata isinya meleset dari ekspektasiku. Buku ini berisi 9 kisah lain yang tentunya berhubungan dengan kucing, yang pada umumnya terinspirasi dari kisah Dewey. Setelah membaca buku ini, baru kusadari jika judul aslinya adalah Dewey Nine's Lives. Sedikit kecewa juga karena terjemahan judulnya kurang cocok dan cenderung menipu.


Salah satu kekurangan buku ini adalah ada beberapa bagian yang menurutku menjadi tidak fokus dengan tema utamanya. Misalnya ada bagian-bagian yang cenderung fokus pada kisah hidup pemilik kucingnya, yang menurutku malah tidak relevan dengan kucing sama sekali. Selain itu alur ceritanya tidak teratur dan cenderung melompat-lompat, seolah ada dua hal dengan fokus yang berbeda yang ingin ditekankan oleh penulisnya.

Setelah selesai membaca buku ini rasanya aku ingin memiliki kucing kesayanganku sendiri. Hebat juga kucing-kucing yang diceritakan pada buku ini bisa hidup hingga belasan tahun. Padahal sepanjang aku pernah memiliki kucing peliharaan, umurnya tidak pernah melesati 10 tahun. Entah apakah karena memang ras dan jenisnya yang berbeda membuat umur rata-ratanya juga berbeda cukup jauh.

Diluar judulnya yang menipu, secara keseluruhan isinya lumayan bagus. Ada beberapa kisah yang cukup mengharukan, yang bisa dirasakan lebih mendalam khususnya jika anda adalah seorang dan penyayang kucing. Beberapa kisah lain menurutku mampu memberikan inspirasi untuk lebih menyayangi kucing sebagai makhluk yang bisa menjadi sahabat dekat manusia. Dan satu hal lain yang aku suka dari buku ini adalah ending di kisah terakhir. Seolah  harapan-harapan si penulis buku ini pada akhirnya bisa tercapai, khususnya setelah Dewey pergi untuk selama-lamanya.

Selasa, Agustus 17, 2010

Dwilogi Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas

Dua novel dalam satu buku. Inilah kesan pertama yang aku dapat ketika membeli buku ini. Kupikir tadinya secara fisik ada dua buku terpisah, ternyata dua novel ini digabung menjadi satu buku. Beruntung dwilogi ini langsung diterbitkan bersamaan, jadi nggak perlu menunggu kelanjutan novel berikutnya seperti halnya menunggu kelanjutan novel-novel dalam tetralogi Laskar Pelangi.

Novel Pertama, Padang Bulan berkisah tentang Enong yang memiliki 3 orang adik dan ayah seorang pendulang timah. Suatu ketika ayahnya terkena musibah ketika sedang mendulang timah dan meninggal dunia. Ayahnya yang merupakan satu-satunya tulang punggung keluarga telah meninggalkan keluarga Enong untuk selama-lamanya. Sebagai anak yang paling tua, Enong telah dibebani oleh tanggung jawab yang besar. Tak rela melihat ibunya berjuang sendiri, Enong memutuskan untuk keluar dari sekolahnya dan menjadi pendulang timah, pekerjaan yang paling kasar dan hanya dilakukan oleh laki-laki pada saat itu. Enong yang memiliki minat yang begitu besar pada Bahasa Inggris, berusaha dengan keras mendulang timah hingga mengalami kejadian-kejadian pahit yang tidak terlupakan selama hidupnya.

Di sisi lain, ada cerita Ikal yang cinta mati kepada A Ling dan  sahabatnya yang bernama Detektif M Nur yang menyukai berbagai macam hal yang berbau spionase dan rahasia. Dua-duanya adalah bujang pengangguran yang belum mendapat pekerjaan. Detektif M Nur yang bercita-cita untuk menjadi teknisi parabola di kampungnya berusaha membantu Ikal untuk mengejar A Ling, yang dalam kisahnya dilamar oleh seseorang pemuda ganteng dan tampan pula. Dalam novel ini diceritakan kisah-kisah konyol yang dialami Ikal  yang cemburu dan bagaimana Ikal mencoba untuk unjuk kebolehan kepada pemuda tersebut yang diakhiri dengan kekalahan telak untuk Ikal.

Novel kedua, Cinta di Dalam Gelas lebih banyak bercerita tentang filosofi kopi dilihat dari sudut pandang orang-orang melayu. Entah benar atau tidak, dalam novel ini Andrea Hirata banyak mengulas tentang kebiasaan meminum kopi masyarakat melayu, dimana warung kopi menjadi tempat pertemuan semua lapisan masyarakat untuk sekedar ngobrol-ngobrol ataupun curhat. Bahkan diceritakan pula, mengapa meminum kopi di warung kopi lebih nikmat dibanding dengan meminum kopi yang sama di rumah. Cinta di Dalam Gelas ini sendiri pun merujuk pada kopi. Judul novel ini diambil dari kebiasaan ibu Enong yang membuatkan kopi untuk suaminya sebelum meninggal. Kopi dalam gelas itulah cinta ibunda Enong untuk suaminya.

Namun demikian, inti dari novel kedua ini adalah keinginan Enong yang tak lain adalah Maryamah Karpov untuk mengikuti pertandingan catur dalam menyambut 17 Agustus-an. Sebelumnya, hanya laki-laki saja yang boleh mengikuti pertandingan ini. Apa alasan Enong yang tidak bisa main catur ini bersikeras untuk mengikuti pertandingan catur? Di novel ini pula diceritakan  mengapa Maryamah binti Zamzami mendapat julukan Maryamah Karpov. Dalam novel ini pula, segala kenangan pahit yang pernah dialami Enong yang belum tuntas diceritakan di novel pertamanya diulas hingga tuntas.

Secara umum, walaupun kedua novel ini banyak dibumbui dengan tingkah lucu Ikal dan Detektif M Nur, aku lebih menyukai novel yang kedua. Buku pertama lebih membosankan dibanding buku keduanya. Selain alur ceritanya yang lebih menarik, semua hal yang jadi pertanyaan di novel pertama terjawab di novel keduanya. Dwilogi ini menurutku lumayan mengobati kekecewaanku pada novel terakhir Tetralogi Laskar Pelangi: Maryamah Karpov.

Jika diperhatikan lebih lanjut, di dalam novel yang kedua ini ada beberapa pesan moral yang bisa diambil: kesabaran, kerja keras, persamaan hak antara laki-laki dan wanita. Bagaimana seorang Enong yang pada mulanya tidak bisa bermain catur sama sekali berniat dan bekerja keras agar bisa bermain catur untuk mengalahkan mantan suaminya yang dulu pernah menghianatinya. Selain itu, perjuangannya pun akhirnya tidak hanya membuahkan hasil untuk dirinya sendiri, namun juga untuk masyarakatnya dimana kaum perempuan tidak dilarang lagi untuk bertanding catur pada acara 17 Agustus-an. Sungguh insporatif menurutku. Inti dari pesan moral ini mungkin bisa dirangkai dalam 3 kata: sacrifice, honesty, freedom. Ketiga kata inilah yang merefleksikan hidup Enong yang penuh pengorbanan dan ketulusan untuk mencapai kebebasan yang diidam-idamkannya.

Jumat, Maret 26, 2010

Percy Jackson & the Olympians

Percy Jackson yang menderita disleksia dan ADHD harus menghadapi kenyataan bahwa mitologi Yunani yang menceritakan dewa-dewa seperti Zeus, Poseidon, dan Hades ternyata benar-benar ada. Dan lebih jauh lagi ternyata dia adalah anak dari Poseidon, dewa yang menguasai lautan. Anak-anak dilahirkan dari dewa-dewa dan manusia biasa ini dinamai demigod. Mereka selalu diburu oleh para monster-monster jahat hingga ditemukan dan dikumpulkan di sebuah tempat yang bernama Camp musim panas, tempat untuk melatih para demigod untuk bertahan melawan para monster. Di Camp ini, Percy bertemu dengan Annabeth Chase, putri dari Athena. Berdua, mereka berpetualang untuk menjalankan misi-misi yang diberikan, ditemani oleh satyr yang bernama Grover.

Pada intinya buku ini menggabungkan mitologi Yunani dengan cerita fiksi yang dikarang oleh penulisnya, Rick Riordan. Walaupun keduanya sama-sama fiksi, namun dengan membaca buku ini, kita bisa sekaligus belajar mengenai mitologi Yunani. Tadinya aku pikir niat banget nih pengarangnya. Untuk menulis sebuah buku yang dipenuhi cerita masa lalu, tentunya dia harus melakukan banyak riset mengenai mitologi Yunani itu sendiri. Ternyata aku baru mengetaui jika Rick Riordan ini sebelum beralih profesi menjadi penulis buku, adalah seorang guru yang mengajar Mitologi Yunani. Pantas saja jika cerita-ceritanya, yang terutama mengenai para dewa dan anak-anaknya pada masa lampau, bisa dibilang sesuai dengan cerita aslinya. Hanya yang ditulis dibukunya ditambah dengan cerita karangannya ditambah dengan seting waktu dalam bukunya adalah waktu saat ini.

Saat ini bukunya sudah 5 seri yang dirilis. Dan walaupun di buku ke-5 nya kupikir sudah tamat, ternyata dia akan melanjutkan seri ke-6 nya yang rencananya akan dirilis tahun ini. Aku cek di Goodreads, kelima seri Percy Jackson yang telah terbit memiliki rating diatas 4. Artinya sebagian memberikan rating 5. Memang menurutku buku-bukunya sangat inspiratif. Seolah dia mengajak para pembacanya untuk belajar mitologi Yunani sekaligus menikmati ceritanya. Tidak seperti Harry Potter yang menurutku terlalu bertele-tele karena bukunya lumayan tebal, Percy Jackson dikemas dalam buku yang lebih tipis. Dari sisi cerita pun menurutku bisa jadi lebih seru. Dan terlebih lagi alur ceritanya tidak bisa diprediksi dan memberikan banyak kejutan disana-sini.

Sayangnya, walaupun bukunya menarik, dan sekalinya baca susah berhenti :P, edisi terjemahan dalam bahasa Indonesianya baru sajaa dirilis beberapa minggu yang lalu. Malah duluan filmnya yang dirilis duluan. Itu pula masih buku pertamanya saja. Untuk buku edisi aslinya, terakhir aku cari-cari agak-agak sulit didapat karena banyak diburu dan tampaknya laku keras. Yah buat yang nggak sabar sih, mending unduh saja ebook nya, lalu baca di komputer. Kalo mau lebih niat lagi, di print sekalian biar bisa dibaca sambil offline, seperti apa yang sudah kulakukan. Hehehe..

Selasa, November 17, 2009

Review Buku: The Winner Stands Alone

Akhirnya aku menemukan karya Paulo Coelho yang lain yang menurutku bisa disejajarkan dengan The Alchemist dan Devil And Miss Prym. Tak seperti novel-novel Coelho yang sebelumnya, The Winner Stands Alone menurutku adalah sebuah gebrakan. Sejauh yang kubaca, biasanya tulisan Coelho sarat dengan muatan spiritual dan memang sih rada-rada nyeleneh dan mistis, namun pada karyanya yang satu ini, patutlah kuberikan bintang 5 di Goodreads.

Berkisah tentang Igor, pemilik salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar di Rusia yang kehilangan cintanya karena ditinggal oleh istrinya yang berpaling ke laki-laki lain. Igor berjanji akan menghancurkan seluruh dunia hingga mantan istrinya kembali padanya. Setiap kali dia menghancurkan salah satu dunia, sebuah pesan akan dikirimkan kepada istrinya, berharap pesan tersebut dapat menarik perhatiannya. Berlatar belakang festival Film yang diadakan di Cannes, novel ini menyajikan kisah Igor dalam waktu 24 jam yang mampu mengubah nasib orang-orang yang bertemu dengannya selamanya: Olivia, wanita penjual kerajinan di pinggir pantai; Javits, produser dan distributor korup; Maureen, penulis naskah film yang hendak menjual filmnya ke Javits; Gabriela, sang aktris muda; Jasmine Tiger: seorang model; Hamid, pengusaha di dunia fashion yang memulai usahanya dari nol; dan tentunya Ewa, mantan istri Igor.

Novel ini menceritakan berbagai macam kemewahan, glamor, dan kehidupan orang-orang kaya yang bergelimang uang namun penuh dengan kepalsuan dan kepura-puraan. Sungguh menarik, karena menurutku Coelho sangat cerdas dalam menyajikan isi novel dan mengaitkannya dari aspek psikologis manusia yang cenderung tamak dan mementingkan materi untuk menutupi segala kepalsuan dibelakangnya. Namun demikian, dibalik semua itu, banyak pula pesan-pesan moral yang tersebar di seluruh bagian buku. Salah satu kutipan yang aku sukai adalah: "Orang hanya menghargai sesuatu kalau mereka sempat ragu apakah mereka akan mendapatkannya atau tidak."

Sabtu, November 07, 2009

Dewey: Si Kucing Perpustakaan yang Mengagumkan

Siapa sangka, Dewey, seekor kucing yang ditemukan sedang menggigil di kotak pengembalian buku bisa menarik hati warga kota Spencer hingga seluruh penjuru dunia. Ditulis dari sudut pandang Vicki Myron, direktur perpustakaan Spencer yang menemukan dan merawat si kecil Dewey, buku ini menceritakan rangkaian kisah hidup Dewey dari sejak ditemukan hingga akhir hidupnya. Nama Dewey diambil dari sistem desimal Dewey. Ditambah lagi dibelakang namanya diembel-embeli dengan Readmore Books, semakin memantapkan namanya sebagai kucing perpustakaan.

Dengan format memoar, pengarangnya selain mengulas Dewey, juga mengulas beberapa potong kisah hidupnya yang menurutku malah aneh karena seolah-olah buku ini menjadi tak fokus. Namun demikian, sesuai dengan judul bukunya, semua kisah itu berkaitan dengan si lucu Dewey. Dewey yang semula dipelihara dengan sukarela oleh Vicki, akhirnya menjadi daya tarik perpustakaan itu sendiri. Dewey memiliki karakter senang dibelai dan tidak takut pada orang asing, yang menjadikannya dicintai oleh penduduk kota Spencer. Selain itu, dia tidak membeda-bedakan dan pilih kasih. Semua pengunjung yang menyukainya pasti merasakan bahwa mereka memiliki hubungan khusus dengan Dewey: walaupun kenyataannya tentu saja itu karena Dewey bisa memikat hati mereka.

Kisah ini luar biasa. Menurutku banyak sekali hal-hal yang bisa dicontoh dari buku ini walaupun yang menjadi tokoh utamanya adalah seekor kucing. Dewey bisa menginspirasi banyak orang dan membuat orang jatuh hati padanya. Dikisahkan pula bagaimana perilakunya ketika dia bisa menyenangkan seorang anak yang telah jauh-jauh datang dan memberikan hadiah mainan kepadanya. Dewey sendiri tidak menyukai jenis mainan seperti itu, namun ketika kunjungan tersebut, dia bisa menyenangkan anak tersebut dengan memainkan mainan hadiahnya. Aku benar-benar masih setengah percaya jika ini adalah kisah nyata. Kok bisa ada kucing yang seperti ini.

Kurasa, semua pecinta kucing wajib membaca buku ini (dan tentu saja kurasa pengarang buku ini adalah pecinta kucing sejati). Dari mulai kisah yang menyenangkan, mengharukan, lucu, dan menyedihkan semua ada disini. Melihat sampulnya saja sudah membuatku ngiler. Bagaimana tidak, gambar kucing lucu dan manis yang seolah sedang tersenyum siap menggoda: "Hai pecinta kucing, bacalah kisah tentangku!".

Jumat, Oktober 02, 2009

Warrior of The Light

Ini adalah buku ke-11 Paulo Coelho yang aku baca. Nggak terasa sudah 10 buku aku baca sejak pertama kali membaca The Alchemist yang direkomendasikan oleh salah seorang teman kantorku. Pada awalnya kukira isi buku ini mirip seperti Like The Flowing River yang lebih berisi cerita-cerita yang ditulis Coelho selama dalam kurun waktu tertentu. Jadi semacam rangkuman catatan-catatannya dia. Ternyata Warrior of The Light lebih berisi manual atau petunjuk, tapi isinya nggak nge-judge, namun inspiratif.

Memang dalam buku ini dia menempatkan seorang 'Warrior' sebagai inti semua petunjuknya. Seolah-olah mengatakan seorang 'Warrior' itu seperti begini dan begitu, akan melakukan hal-hal seperti ini dan seperti itu. Walaupun isinya inspiratif, terkadang aku masih nggak ngerti kenapa dia mesti menggunakan 'Warrior' sebagai inti ceritanya. Karena dari kata pengantar dan penutup bukunya, seolah semuanya menjadi tak jelas antara imajinasi dan kenyataan. Aku menangkap kesan 'Warrior' ini sebagai imajinasi fiktif dan tidak nyata. Entah apakah 'Warrior' ini diambil karena Coelho tidak menemukan kiasan dan tokoh fiktif yang tepat, sehingga dia memutuskan untuk menggunakan 'Warrior of The Light' sebagai inti cerita dan tokok utama.

Aku setuju buku ini sangat inspiratif, tapi aku merasa seolah ada yang kurang dalam penyajiannya. Aku malah lebih suka dengan Like The Flowing River nya. Namun demikian, kurasa tiap orang memiliki persepsi berbeda. Kalau membaca review bukunya di Goodreads, banyak yang memberikan rating 5, mungkin karena mereka cocok dengan penyajiannya. Tapi ada pula yang memberikan rating yang kurang memuaskan. Sepertinya otaknya nggak nyambung tuh dengan pemikiran-pemikiran Paulo Coelho, jadinya sekalinya memberikan rating, dikasih bintang 1. Buku ini cocok lah untuk orang-orang yang demen mencari inspirasi.

Selasa, September 29, 2009

Perahu Kertas: Melebihi Ekspektasi

Aku masih ingat ketika buku ini tiba-tiba nongol di iniBuku bulan lalu. Maklum, penulisnya adalah Dee yang buku-bukunya tentunya sudah masuk wish-list ku, ga peduli isinya bagus atau nggak, whatsoever kata orang, yang penting beli dan punya koleksinya. Apalagi iniBuku ngasih embel-embel kalo pre-order bakalan dapet tanda tangannya Dee di dalam bukunya. Yah, sebenernya ga terlalu penting, tapi sesekali bolehlah. Dan lebih spesial lagi, bukunya diantar pas hari ulang tahunku. Komplit deh. Walaupun demikian, bukunya baru mulai kubaca belakangan ini aja. Maklum, waktu kubeli masih ada antrian buku yang mesti kubaca.

Buku ini menceritakan kisah Kugy dan Keenan. Kugy yang berantakan, cuek, aneh, namun senang membuat dongeng. Disisi yang lain Keenan cerdas dan pandai melukis. Keduanya memiliki karakter yang berlawanan namun saling melengkapi. Dari awal sampai akhir buku ini, keduanya menghadapi banyak sekali rintangan dan konflik-konflik. Baik Kugy dan Keenan berusaha mencari jati diri mereka masing-masing, antara realita dan kenyataan. Pada akhirnya mereka dihadapkan pada pilihan yang sulit: merelakan kata hati mereka dan menerima kenyataan yang ada.

Novel ini adalah novel tentang cinta, namun tentunya tidak dikemas dengan cara yang biasa. Yang membuat novel ini menarik adalah alur cerita yang dibuat seolah semuanya terjadi secara kebetulan. Rumit dan berliku-liku tapi dibuat sebenarnya sederhana. Jika dibuat film, pemainnya sih nggak terlalu banyak, tapi masing-masing memiliki hubungan dengan pemain-pemain yang lain. Alur ceritanya dibuat memiliki banyak konflik yang seolah-olah tak pernah habis, membuat pembacanya terutama aku, selalu penasaran dan ingin segera menyelesaikan bukunya. Banyak sekali hal-hal konyol dan lucu yang kutemui di novel ini, begitu pula hal-hal yang mengharukan dan menyedihkan, terutama di bagian ketika Keenan atau Kugy dihadapkan pada pilihan yang pahit.

Baru tahu kalo novel ini mulai ditulis pada tahun 1996 dan sempat terhenti dan nggal dilanjutkan lagi. Tapi katanya novel ini ditulis ulang dari nol, nggak melanjutkan dari versi sebelumnya. Walaupun aku belum membaca semua karya Dee (baru baca Supernova yg pertama, Rectoverso, dan Filosofi Kopi), I guess this is her best novel lah. Apalagi dikerjainnya selama 60 hari doang. Recommended dan worth lah..

Minggu, September 20, 2009

All Those Things We Never Said

Kesan pertama ketika melihat buku ini kukira isinya 'serius', apalagi setelah melihat cover dan sinopsisnya. Karena memang dari covernya cukup menarik dan membuatku penasaran, aku beli juga bukunya.

Novel ini menceritakan kehidupan Julia, seorang wanita yang memiliki pekerjaan sebagai seorang animator dan akan segera menikah. Sayangnya semua rencananya berantakan ketika dia mendapat kabar ayahnya meninggal dan akan dimakamkan di hari dimana dia seharusnya menikah. Hubungan dengan ayahnya kurang begitu baik karena selama ini dia merasa diabaikan oleh ayah kandungnya sendiri. Dan sekarang, tiba-tiba ayahnya menggagalkan rencana pernikahannya dengan Adam, calon suaminya.

Tak lama setelah pemakaman ayahnya, datang sebuah paket yang diantar ke apartemennya. Isinya sungguh mengejutkan: sebuah manusia android yang begitu mirip dengan ayahnya, Anthony Walsh. Julia hanya memiliki waktu 6 hari bersama android kembaran ayahnya karena baterai androidnya hanya bertahan selama 6 hari.

Walaupun hubungan mereka tak terlalu baik, namun ternyata Anthony sangan mencintai Julia. Selama 6 hari tersebut, mereka berdua melakukan perjalanan ke Kanada, Paris, dan Berlin untuk mengungkap hal-hal yang tak pernah diungkapkan oleh Anthony selama 20 tahun, yang mengantarkan Julia kepada kenangan masa lalu mengenai cinta pertamanya yang dia sangka telah mati.

Walaupun terkesan cukup serius, namun di dalam novel banyak sekali ditemukan hal-hal konyol dan lucu, terutama dalam pilihan kata-kata dan dialog, yang terjadi antara Julia dan Anthony. Secara garis besar, novel ini menceritakan kisah kasih sayang seorang ayah kepada putrinya yang tak pernah terungkap dan perjuangan mencari cinta pertama yang disangka telah mati. Novel ini diluar ekspektasiku, yang tadinya kukira novel pop semata, ternyata malah nggak nyesel untuk membelinya: gaya bahasanya unik *yang mungkin karena sebelumnya aku underestimated* Jadi malah kepingin membaca karya Marc Levy yang lain, tapi tampaknya yang baru diterjemahkan cuma yang ini aja :(

Jumat, September 19, 2008

The Alchemist


Berangkat dari rekomendasi seseorang untuk membeli novel tersebut, aku membeli novel tersebut dari Periplus seharga Rp. 85.000. Ternyata, novel yang dalam edisi bahasa Inggrisnya lumayan mudah untuk dipahami. Kosa katanya nggak aneh-aneh, jadi nggak perlu bolak-balik buka kamus. Mungkin karena edisi Englishnya sendirinya juga merupakan terjemahan dari novel aslinya yang berjudul O Alquimista yang dipublikasikan di Brazil dalam bahasa Portugis. Jadi bacanya juga enak.

Luar biasa. Itu adalah kesan pertamaku ketika mulai membaca novel The Alchemist yang ditulis oleh Paulo Coelho. Novelnya menarik sekali untuk dibaca. Walaupun masing-masing plot diceritakan secara singkat, namun isi pesan yang ingin disampaikan oleh penulisnya diceritakan berulang-ulang. Novel ini sangat layak untuk dibaca, dan aku merekomendasikan novel ini untuk dibaca siapa saja, mungkin khususnya untuk orang-orang yang sedang mengejar mimpinya. Cocok lah. Banyak sekali pelajaran-pelajaran dan pesan moral yang bisa diambil dari novel ini, seolah mengajari pembacanya untuk lebih memahami diri dan hidup mereka masing-masing.

Sedikit bocoran, novel tersebut menceritakan kisah tentang seorang anak gembala yang mengejar mimpinya, yang dalam novel tersebut diceritakan berupa harta karun yang terpendam. Perjalanan si anak tersebut akhirnya mempertemukannya dengan sang Alchemist yang mengajarinya hal-hal baru dan menemaninya dalm pengejaran mimpi si anak tersebut. Dalam menceritakan kisah perjalanannya, Paulo Coelho menyelipkan filosofi-filosofi yang bisa membuat pembaca merenungi inti dari pesan moral yang tersurat di novel.

Banyak sekali quote yang bisa diambil dari novel tersebut. Salah berbunyi: "When you want something, all the universe conspires in helping you to achieve it". Terkesan berhubungan dengan buku Secret karangannya Rhonda Byrne. Walaupun sederhana, tetapi maknanya dalam. Seolah mengajariku untuk tetap konsisten dalam mengejar mimpi-mimpi dan cita-citaku. Intinya adalah jangan menyerah dan ragu. Sekali ragu, maka lenyaplah semua mimpi-mimpi itu.

Yang paling mengesankan adalah epilog dari novelnya. Disini diceritakan, akhirnya si anak gembala tersebut menemukan hartanya di tempat dimana dia memulai perjalanannya, setelah dia berkelana jauh hingga menembus gurun dan menemukan piramid. Dari kisah ini, menurutku pesan moral yang bisa diambil adalah: ada kalanya untuk memperoleh kebahagiaan atau sesuatu yang kita inginkan, perlu usaha yang keras hingga kita melewati tantangan-tantangan dan mengalami berbagai macam pengalaman dalam hidup. Sehingga akhirnya kebahagiaan itu sendiri ternyata tak berada jauh dari kita sendiri. Kebahagiaan itu sebenarnya tak jauh dari diri kita sendiri dan ada di sekitar kita. Tinggal seberapa jelikah kita dalam menemukan kebahagiaan yang ternyata tak berada jauh itu.

Rabu, September 10, 2008

Istana Kedua


Atas rekomendasi seorang teman, yang menyuruhku untuk membaca novel Istana Kedua yang ditulis oleh Asma Nadia, aku beli juga novel tersebut dan sudah selesai aku baca. Menurutku, bukunya bagus. Menceritakan kisah tentang poligami yang diambil dari sudut pandang istri pertama dan istri kedua.

Sayangnya, novel tersebut walaupun fiksi lebih kurang sekali dalam mengupas cerita dari sudut pandang suaminya. Jadi menurutku malah terkesan memojokkan si laki-lakinya. Aku sendiri merasa kurang mengenal karakter si suaminya karena memang di novelnya tidak terlalu banyak diceritakan. Jadinya, alasan si suami untuk menikahi perempuan keduanya juga agak-agak samar. Memang karena suka, atau memang karena kasihan. Yang dari novelnya sendiri cenderung aku anggap suaminya menikah diam-diam karena kasihan dengan perempuan keduanya. Padahal novel tersebut menurutku menekankan kalau alasan seorang laki-laki menikah lagi adalah karena alasan suka. Tak lebih dari itu.

Di pengantar novelnya, kalau nggak salah ada yang memberi komentar kalau bukunya 'wajib' dibaca oleh para laki-laki. Di satu sisi aku setuju sih. Karena banyak mengupas perasaan dari sisi perempuannya. Diharapkan laki-laki bisa memahami perasaan istrinya nanti jika nanti mereka mengalami situasi seperti yang dikisahkan dalam novel tersebut. Di sisi yang lain, novelnya menurutku malah terlalu banyak menceritakan sisi perempuannya. Jadi berasa nggak fair aja.

Buku karya Asma Nadia yang lain yang mungkin cocok untuk para laki-laki adalah Karenamu Aku Cemburu dan Catatan Hati Seorang Istri. Walaupun tak melulu membahas isu-isu poligami, bukunya layak dibaca. Menurutku, kedua buku tersebut 'mengajari' kaum laki-laki agar lebih memahami kaum perempuan, dalam hal perasaan. Dari buku itu aku jadi paham, banyak hal-hal kecil yang dianggap sepele ternyata bisa membuat si istri cemburu.

Minggu, Juni 22, 2008

Lyra's Oxford


Last week on weekday, I spent my time after office hours to PIM. I needed a little bit moment to refresh myself by walking around and buying some books. I really enjoyed going to PIM on weekday, since it's not too crowded of peoples. So I could walking around quietly.

When I went to Kinokuniya, I saw a Pullman's book. Yeah, it's Lyra's Oxford, a book which I had been looking for after finishing The Amber Spyglass. I accidentally found it. I recognize the book from it's red cover. I was so surprise that the book was only contains about 50 pages. And it's shape is far smaller than His Dark Material collection. I felt quite disappointed. Moreover, it's more expensive than HDM books. Nearly 100 k rupiahs. But I didn't care. I had to bought and read it.

Even it has no direct relation with the HDM series. It told the stories related with Oxford, witches, Will, Lord Asriel's war, etc. It's even told that the plot was taken 2 years after Lyra and Will were parted. About the witches and hers daemon which has the power of separation. And about Will's characters: encouraged and brave.

The story itself told about Lyra's life in Oxford. One time, there was a kind of bird which later was a witch daemon came to Lyra and asking for her help to find an elixir for his witch. The witch daemon told Lyra that there was a new disease which both of them were suffering from. When a witch died, her daemon remained alive, alone. Too horrible and miserable for daemon.

Along their journey of finding someone who could make the elixir, there were several uncanny things. Whenever the witch daemon met a flock of birds, he would have been attacked by them, begin with the starlings, pigeons, and swans.

At the end of the story, it was told that the witch and her daemon intended to trap and kill her and all the blame would be addressed to the one who in the book could make the elixir. They're all lying about the disease and the elixir. Finally Lyra was saved by a swan. And eventually she and her daemon realized the reason why the birds always attacked the witch daemon. They are all protecting Lyra. Yeah, and I had just realized why the chapter title is Lyra and The Birds.

I was quite satisfied of the book. HDM lovers should read this book I guess. Not too bad, but not too good. I would give 3.5 of 5 stars rating. The minus from this book is it has only around 50 pages, too short I think. The story is not profoundly explained. Moreover, I didn't understand why it's price is higher than HDM collection.

Kamis, Maret 13, 2008

Subtle Knife

I had been taking about 3 weeks for me to finish this book. The Subtle Knife is second sequel of His Dark Material, a novel written by Philip Pullman. It's a great novel even it doesn't explain satisfying conclusion. The conclusion of the whole story would be mentioned on the last sequel, Amber Spyglass which I hadn't read it yet.

On this book, Lyra continued her journey. She passed through the way to another world as had been told previously on The Golden Compass. Here, she met Will who discovered incidentally a doorway to the world Lyra had passed through.

The story continued.. Telling some conflicts before they finally found the Subtle Knife. It's a powerful knife. It could only work if it used by the bearer. Will was the bearer. The knife was able to cut anything in the world, including the smallest particle of matter and the most hardest thing in the world. It could make a 'window' used as a doorway to pass through between world.

On the other hand, Lyra's father, Lord Asriel was creating a formidable fortress and preparing a huge and enormous armies against the Authority. I conceive the Authority itself is God. So crazy, irrational, and insane. It told about rebellion of the angels. How could? Inconceivable how Philip Pullman could have this idea to his book.

Anyway, Lord Asriel armies wouldn't be able to defeat the Authority even its huge armies and formidable fortress unless he could obtain the Subtle Knife itself which means Will had to join his armies. It wasn't mentioned what's the reason this Subtle Knife could become the key to defeat the Authority. I believed, every undiscovered part of the first and second book would be answered on the last one. Ahh.. It is so tempting to read the Amber Spyglass. I'm a little bit curious about the conclusion of the whole story.

Back to the story.. There were Lee Scoresby, aeronaut who decided to find Stanislaus Grumman who knew something about the Dust. Moreover, as the story ran, it became obvious that Grumman came from different world who initially didn't have a daemon. Grumman was Will father who lost in the arctic when discovering it. He intuitively passed the 'window'. And because the landscape of his world and the new world were basically same -everywhere he saw, it was just only snow-, he didn't realize when he passed through it. Next, he couldn't find the way back to his world. In his new world, he got his daemon and became a shaman.

Finally Lee met Grumman and he was startled as he realized he came to Grumman because Grumman had summoned him using Navajo ring. Nice.. :P Here.. Grumman had waited Lee Scoresby to accompany him finding the knife bearer. He supposed to tell the knife bearer what to do. So, both of them teamed up and cross the world where the Ci'gazze was in.

Meanwhile, Lyra's mother, Mrs. Coulter were seeking Lyra. She, accompanied by Lord Boreal who lived in the same world as Will did, but he came from Lyra's world. While Mrs. Coulter was seeking Lyra, Lord Boreal was seeking for the Subtle Knife. I have no idea about what they did. As far as I know, the book don't mention what Mrs. Coulters purpose was on seeking Lyra, even from book one. Somehow, I was puzzled yet, why Lord Boreal desired the knife. Even I knew how powerful it was, it wasn't explained (as I know so far) what Lord Boreal would do if he had got the knife.

Morover, the queen witches, Serafina Pekkala was seeking Lyra as well, for in her witches world, this child would determine the whole world's destiny. She was so important that Mrs Coulter would seek her passionately. Because of the prophecy, Serafina Pekkala would help Lyra, following what the alethiometer told her. At last, she met Lyra when she and Will needed some help for both of them were pursued ferociously by the children of Ci'gazze and they wanted to kill both of them. Next, the queen witches found them and helped them.

At the end of the Book Two, Lee Scoresby was dead defending against the Imperial Navy Army who chased him through the doorway. Finally, Will met Grumman. As Grumman recognized Will was the bearer knife, he told Will what to do with the knife. He had to go to Lord Asriel and told him that he had the one weapon he needed above all others. They met in darkness so Will couldn't recognize his father. As soon as he could see Grumman's face, he recognize that he was his father who was so far he had been seeking to. As he recognize his father, Grumman was killed by one of the witch who used to loved him but he neglect her love which was on the witch point of view, it's the same as a scorn to her. Anyway, not long after killing Grumman using her arrow, she committed suicide using her own knife. Then, two angels visited upon him. Spoke to him that they need to bring him to Lord Asriel. But, Will wouldn't go without Lyra. Unfortunately, he couldn't find Lyra. I guessed, Mrs Coulter had found her and kidnapped her. Yeah.. It's the conclusion. I'm not satisfied about it and I'm eager to know what the story after that. Hhh.. I estimated, I could finish the third book in one month..