Senin, Mei 20, 2019

Catatan Perjalanan ke Solo

Beberapa waktu lalu kami sekeluarga pergi ke Solo untuk menghadiri undangan acara pernikahan teman kantorku. Karena beberapa hari sebelumnya istriku ada acara kantor di luar kota, pada awalnya rencana ini bersifat tentatif menggunakan jalur darat. Karena tentatif ini lah, rencananya kami akan go show saja, toh juga belum pesan kamar hotel. Jadi kalaupun nggak jadi, nggak rugi apa-apa. Niatnya kami jadi pergi ke Solo sekalian jalan-jalan singkat: wisata kulineran sekalian mampir ke Borobudur & Museum Ambarawa.

Perjalanan Dini Hari
Hari Jumat sepulang kantor, aku sengaja tidur cepat. Rencananya kami akan berangkat dari rumah sekitar jam 1:30 dini hari, dengan tujuan pertama kami Candi Borobudur. Harapannya, sampai Candi Borobudur masih pagi, jadi punya banyak waktu luang untuk istirahat sebelum menghadiri undangan resepsi pernikahan temanku jam 7 malam keesokan harinya.

Aku bangun jam 1 pagi dan langsung memeriksa Google Maps. Wow, ternyata jam segitu JORR macet parah. Ditambah dari keluar JORR hingga Cikarang juga merah darah. Ternyata di hari Jumat malam hujan deras dan beberapa wilayan terkena banjir cukup parah, sehingga jam 1 malam pun masih bersisa macetnya. Akhirnya kuputuskan untuk tidur lagi, berharap 1 jam kemudian kondisi jalanan sudah membaik.

Jam 2 pagi, kondisi masih belum berubah, JORR masih merah darah. Kulanjutkan lagi tidurku hingga jam 3 pagi. Nah disini kulihat JORR sudah agak mendingan, tapi dari Bekasi sampai Cikarang masih merah. Akhirnya kuputuskan untuk berangkat, karena aku khawatir semakin siang kondisi di tol Cikampek akan semakin tidak kondusif. Dalam hari perasaanku sudah nggak enak, karena alamat bakalan tambah lama ini perjalanannya.

Sekitar jam 8 pagi aku keluar tol di Batang untuk mengisi bensin sekaligus memberikan kesempatan kepada anak-anakku untuk mandi. Nah dari sini aku mengarahkan Google Maps ke Borobudur. Ternyata perjalanannya memerlukan waktu sekitar 3 jam lewat jika lewat tol dengan jarak kurang lebih 180km. Sementara itu aku bisa menggunakan jalur alternatif dengan jarak yang jauh lebih pendek, 127 km namun waktu tempuhnya sekitar 30 menit lebih lambat. Setelah berdiskusi dengan istriku, akhirnya kuputuskan untuk tidak lewat tol.

Batang-Magelang-Borobudur
Jalur yang kami lalui tidak semulus yang kami bayangkan. Karena namanya jalan pintas, ya wajar saja jika jalanannya tidak selalu mulus dan memakan waktu 3,5 jam walaupun jaraknya hanya 127km. Aku tidak ingat nama-nama daerah yang kami lalui, namun aku sangat menikmati rutenya. Dari mulai jalan aspal mulus, jalan beton, hingga jalan kecil dan berlubang dimana-mana kami lalui. Jalanan rata dengan pemandangan sawah hingga jalanan naik turun melalui perbukitan juga kami lalui. Beruntung karena rute yang kuambil bisa dibilang rute alternatif, jalanannya tidak terlalu ramai, cenderung sepi.

Sebelum sampai ke Candi Borobudur, kami putuskan mampir dulu di Magelang untuk makan siang berhubung kami belum sarapan sejak berangkat. Berbekal Google kami mencoba mencari kuliner yang direkomendasikan, dan akhirnya kami putuskan untuk mencoba Sop Senerek Bu Atmo. Setelah sampai di lokasi, ternyata warung nya kecil dan agak kurang meyakinkan. Namun berhubung sudah lapar, percaya aja deh dengan rekomendasi netizen.

sop senerek
Setelah mencoba sop senerek, jujur saja rasanya agak-agak asing. Mungkin karena campuran bahan-bahannya agak nggak biasa kali yah, karena aku sendiri belum pernah mencoba campuran seperti kacang merah, wortel, bayam, dan jeroan dijadikan satu seperti ini. Ditambah lagi cita rasa sup nya cenderung agak manis. Kurasa jika tanpa jeroan, sop senerek ini akan menjadi menu sehat karena isinya sayuran semua. Hehehe.

Setelah makan siang perjalanan dilanjutkan ke Candi Borobudur yang lokasinya tidak terlalu jauh dari kota Magelang, kurang lebih 30 menit saja. Kami sampai sekitaran jam 2 siang. Beruntung juga kami sampai sudah siang menjelang sore, jadi sudah tidak terlalu panas. Namun demikian walaupun sudah sore, lokasi ini cukup ramai oleh pengunjung. Harga tiket masuk untuk dewasa Rp 40.000 sementara untuk anak-anak Rp 20.000.

Berhubung waktu kami cukup sempit untuk mengejar acara pernikahan temanku di Solo, jadi kami berkeliling di Candi Borobudur hanya 2 jam saja. Sebenarnya sih bisa lebih cepat, namun berhubung bawa anak-anak ya mau nggak mau dibawa sedikit santai. Waktu 2 jam tersebut sudah cukup lah untuk berjalan dari pintu masuk, naik ke candi, berfoto ria, menuruni candi, dan membeli oleh-oleh. Harap diketahui jalan dari pintu masuk menuju candi dan dari candi hingga ke pintu keluar lumayan jauh. Kurasa kalau ditotal 800m s/d 1km ada kali yah.


Candi Borobudur
Borobudur-Solo
Jam 4 sore kami meninggalkan Candi Borobudur dan langsung menuju Solo. Seperti biasa kami mengandalkan Google Maps untuk mencari rute tercepat. Pada saat itu ada 3 rute yang bisa kuambil: lewat utara (melewati Salatiga), lawat jalur tengah, atau lewat selatan (melewati Yogyakarta). Dan tentu saja rute tercepat adalah rute jalur tengah seperti yang ada pada gambar dibawah. Secara jarak memang tidak terlalu jauh, kurang dari 80 km, tapi perjalanannya memerlukan waktu 2 jam lewat. Perhitunganku masih cukup lah waktunya untuk mengejar resepsi pernikahan temanku di jam 7 malam.

Berhubung rencana perjalanan ini go show, alias nggak pakai plan macem-macem, pada saat itu kami belum menentukan dimana kami akan menginap. Nah jadi di perjalanan menuju Solo ini jadinya kami baru mencari hotel untuk menginap. Dan ternyata, mencari hotel untuk hari Sabtu pada saat itu sangatlah sulit. Hotel-hotel berbintang 4 dan 3 sudah di telpon satu persatu dan semuanya penuh. Ada sih beberapa yang bintang 5 yang masih available tapi harganya sudah nggak masuk akal, apalagi ini hanya untuk semalam saja, besok paginya juga sudah caw. Setelah menelpon ke belasan hotel, akhirnya dapat juga kamar kosong di sebuah hotel syariah di kawasan dekat Universitas Muhammadiyah. Wew.. nggak lagi-lagi deh untuk urusan hotel baru pesan di hari H seperti ini.

Sementara itu, perjalanan menuju Solo tidak semulus yang kuharapkan. Google Maps ternyata mengarahkan ke rute alternatif, dimana rute yang kulalui adalah jalan potong dan tidak melalui jalur utamanya. Bisa dibayangkan sore-sore menjelang maghrib kami melewati jalanan yang hanya muat 1 mobil ditambah lagi jalanannya naik turun karena melewati perbukitan. Di beberapa ruas kombinasinya sedikit mengerikan, tanjakan/turunan dengan belokan patah. Beberapa kali aku mesti memindahkan transmisi mobilku ke gigi 1 secara manual karena transmisi otomatisnya sudah tidak mampu menangani buasnya tanjakan.

Setelah jalur potong ini berakhir, kami masuk kembali ke jalur utama. Dan disinilah aku merasa tidak menyesal mengambil rute ini. Pemandangannya luar biasa indah walaupun hari sudah hampir gelap. Jika seandainya aku melewati rute ini pagi-pagi, tentunya akan jauh lebih menyenangkan. Jalur yang kulewati menyusuri lereng gunung Merbabu, sementara di sebelah kananku kulihat lembah dan pemandangan gunung Merapi. Suatu hari nanti kuharap bisa kembali melewati rute ini, namun menggunakan sepeda tentunya :D.

Kami tiba di hotel jam 18:45. Langsung mandi, sholat, dan berangkat lagi ke acara resepsi jam 19:30, dan tiba di lokasi resepsi kira-kira jam 8 malam. Walaupun lokasinya dekat, rupanya jalanan macet dimana-mana. Beruntung di acara resepsi ini masih kebagian makanan walaupun rasanya kurang puas.
Mie Jawa

Setelah resepsi, kami tidak langsung ke hotel. Akhirnya kami putuskan untuk lanjut makan mie jawa di dekat rumah tante istriku di daerah Karanganyar. Tadinya mau sekalian mampir kesana, namun karena keluarga tante istriku sedang keluar kota, jadinya ya mampir di warung mie jawa nya saja. Lagi-lagi kami beruntung, ini warung mie jawa nya udah mau tutup, jadi kami adalah pelanggan terakhir disini.

Solo-Ambarawa-Tegal-Jakarta
Hari Minggu kami checkout pukul 9 pagi. Tujuan kami berikutnya adalah Museum Ambarawa. Perjalanan ditempuh dalam waktu kurang lebih 1 jam melalui tol. Niat awalnya sih mau nyobain naik kereta yang ada di museum ini, namun apa daya tiketnya sudah habis untuk semua perjalanan di hari itu. Konon katanya sih kalau mau berniat naik keretanya yang hanya tersedia di akhir pekan atau hari libur itu, mesti datang pagi-pagi sebelum museum buka (jam buka museum jam 08:00). Temanku yang pernah datang jam 8:15 saja katanya sudah kehabisan tiket.

Tiket masuk ke Museum Ambarawa ini cukup murah meriah, Rp 10.000 untuk dewasa dan Rp 5.000 untuk anak-anak. Sementara tiket kereta wisatanya Rp 50.000 yang dengan jadwal keberangkatan pukul 10:00, 12:00, dan 14:00 yang hanya dibuka di hari libur saja.



Museum Ambarawa

Walaupun tidak bisa naik kereta, kami bisa melihat-lihat koleksi lokomotif yang pernah dioperasikan dalam dunia perkeretaapian Indonesia. Entah ada berapa banyak koleksinya, modelnya mirip-mirip, namun jika dilihat lebih detail nomor serinya berbeda. Di museum ini, pengunjung juga dapat melihat diorama sejarah perkeretaapian Indonesia, dari awal awal hingga kini.

Cukup lama kami berada di museum ini, selain tempatnya lumayan luas, ada banyak spot untuk berfoto-foto ria. Ada banyak model lokomotif dan gerbong kereta yang bisa dijadikan latar belakang. Selain itu karena museum ini dulunya adalah stasiun kereta, jadi tambah unik deh. Terlebih lagi bangunan stasiunnya ini masih menggunakan gaya bangunan belanda yang lama.

Di lokasi museum ini juga ada banyak penjual makanan dan minuman, jadi tidak perlu khawatir pengunjung akan kelaparan. Namun demikian penjual makanannya ini tidak berjualan di dalam museum, melainkan di tempat parkir, di luar museum. Kami meninggalkan museum Ambarawa kurang lebih jam 1 siang, untuk selanjutnya melanjutkan perjalanan kembali melalui tol menuju Jakarta.

Sate Tegal
Di tengah perjalanan kami memutuskan untuk mampir di Tegal, untuk menikmati wisata kuliner sate Tegal yang menjadi rekomendasi salah satu anggota keluargaku: Sate Tegal Warung Bu Eva yang lokasinya tidak jauh dari pintu tol kota Tegal. Kami memesan  sate kambing, gule, dan tongseng, biar sekalian nggak penasaran. Rasa satenya lumayan enak kalau dibandingkan dengan beberapa sate kambing yang pernah kujajal di Jakarta. Porsi daging nya lebih besar, dan lebih empuk. Gulenya biasa saja, namun setelah diberi kecap menjadi jauh lebih oke. Sementara untuk tongseng kurasa biasa-biasa saja, cenderung tidak sesuai dengan ekspektasiku.

Dan pada akhirnya kami melanjutkan perjalanan lagi menuju Jakarta jam 16:30, dan baru sampai Jakarta sekitar jam 22:30. Jalan tolnya ternyata ramai dan semakin mendekati Jakarta semakin banyak titik-titik kemacetan.