Event Lakoni telah masuk ke dalam wishlist ku di tahun 2025. Namun di tahun ini aku tak menyangka waktu penyelenggaraan nya sangat mepet dengan pengumuman event nya, hanya memberikan waktu 2-3 minggu. Tadinya kupikir eventnya tidak jadi, karena hingga 1 bulan sebelum penyelenggaraan tidak ada info apa-apa di kanal sosial medianya. Malah event 5500 yang diadakan oleh rute syahdu di akhir bulan Mei, sudah dibuka sebelum pengumuman Lakoni. Karena acaranya terbilang mepet, sepertinya format acaanya pun sedikit diubah dari tahun sebelumnya. Jika tahun sebelumnya 2 hari gowes (jarak 400km dengan 8000m elev gain), kali ini dibuat 1 hari 300km. Namun demikian di hari kedua dilanjutkan dengan trekking ke kaki Gunung Merapi. Pada awalnya aku agak sedikit kecewa karena ekspektasiku formatnya sama dengan tahun sebelumnya, namun karena memang sudah masuk wishlist, jadi ya mesti diikuti.
Pada akhirnya format gowes + trekking ini menjadi blessing. Mei menjadi bulan yang melelahkan. Seminggu sebelum event, aku baru saja pulang kampung seminggu di Tulungagung karena ayahku baru saja meninggal, yang dilanjutkan dengan menghadiri pernikahan saudara sepupuku di Malang. Pada saat itu kondisi fisik dan moodku sedang kurang oke, namun aku merasa event Lakoni ini tetap perlu aku ikuti karena kupikir pikiranku bisa sedikit lebih tenang. Aku anggap acara gowes + trekking ini bagian dari healing. Karena acara di hari kedua hanya trekking, artinya aku bisa pulang lebih cepat, nggak perlu mengambil cuti di hari Senin nya.
Yang aku sukai dari Lakoni ini adalah opsi All-in-one package yang disediakan dari panitia. Panitia menyediakan penginapan (karena acaranya 2 hari) dan juga memberikan opsi untuk menginap di tempat yang sama di 1 hari sebelum event. Lakoni start dan finish di Asram Edupark, lokasinya di pinggiran kota Yogyakarta, sudah masuk daerah Sleman. Konsep ini sangat menarik menurutku, nggak perlu mikir lagi mesti nginep dimana. Ditambah lagi lokasinya tidak di dalam kota, bisa lebih sat-set, karena bagaimanapun menariknya kota Yogyakarta, kalau aku kesini sendirian untuk acara gowes, selalu nggak pengen berlama-lama. Dengan biaya pendaftaran 1.5jt (early bird) untuk acara gowes, trekking, dan 1 malam menginap + 200K untuk biaya menginap di H-1.
Karena kesibukanku seminggu sebelumnya, bisa dibilang tidak ada persiapan apapun untuk event Lakoni ini. Terlebih lagi bisa dibilang aku sudah tidak terlalu sering lagi gowes endurance. Dengan kondisi ini, aku hanya berharap bisa menikmati rute yang disajikan tanpa perlu grasak-grusuk kejar setoran. Yang penting sepeda dan barang bawaan standar yang biasa kugunakan untuk gowes minggat tidak terlewat.
Hari H-1 Technical Meeting
Berhubung aku lumayan santai ketika menyetir ke Yogyakarta, aku baru sampai di Asram Edupark sore hari. Pada saat itu hujan cukup deras, yang membuatku sedikit khawatir cuacanya akan terulang keesokan harinya di hari H. Karena hujan deras inilah, panitia memundurkan waktu untuk technical meeting yang tadinya akan diadakan di jam 4 sore, menjadi jam 7 malam.> Karena tiba lebih awal, akhirnya aku malah ngobrol-ngobrol banyak dengan teman-teman panitia yang sudah hadir terlebih dahulu sambil menunggu peserta lain berdatangan.
![]() |
Registrasi ulang sebelum Technical Meeting & cangkir suvenir |
Pada saat Technical Meeting aku baru tahu kalau pesertanya tidak banyak untuk yang kategori 300km (ada 2 kategori: 200km dan 300km). Pesertanya sekitaran 16 orang, yang belakangan sepertinya ada rekan-rekan dari panitia juga yang sepertinya yang masuk ke 16 orang ini menjadi peserta. Sepertinya karena pengumumannya sangat mepet, jadi tidak terlalu banyak yang mendaftar. Padahal konsep acaranya kupikir sangat bagus. Di Technical Meeting ini setiap peserta mendapatkan race kit, suvenir berupa cangkir besi (entah besi atau baja yah) bertuliskan Lakoni.>
Rute Lakoni 300 akan start dari Asram Edupark lalu menanjak ke arah Kaliurang, turun lagi ke arah Prambanan, Clongop, Hutan Pinus Mangunan, Parangtritis, Pantai Glagah/Bandara YIA, Waduk Sermo, Selokan Mataram, Magelang (Candi Borobudur), dan finish lagi di Asram Edupark. Panitia menyediakan 2 titik Check Point yang lokasinya di sekitaran km100 (Hutan Pinus Mangunan) dan km210 (Waduk Sermo).
Hari H (Gowes 300km)
Race Lakoni dimulai ketika hari masih relatif gelap. Aku agak lupa, mungkin jam 5:30 kami baru jalan. Startnya pun berbarengan dengan kategori 200km. Info dari panitia, kami akan gowes berbarengan dulu beberapa km setelah itu baru dilepas. Karena aku tidak terlalu terburu-buru, aku start di paling belakang, sampai aku tidak menyadari kalau ternyata segmen untuk gowes barengnya telah habis, dan tahu-tahu jarakku dengan para peserta yang di depanku semakin menjauh. Karena jalan ke Kaliurang nanjak halus dan lumayan panjang, pada akhirnya bisa kususul satu persatu sebelum segmen tanjakannya berakhir dan rutenya berubah menjadi turunan panjang menuju Prambanan. Pemandangan ke arah Kaliurang seharusnya indah seandainya saja pada hari itu cerah. Karena cuacanya lumayan mendung, sehingga Gunung Merapi nya tak terlalu terekspos.
![]() |
Baru start sudah nanjak |
sebelum start |
Tanjakan berikutnya setelah melewati Prambanan berada di daerah Clongop. Agak sedikit terkesima karena sebelumnya jalanan yang kulewati tidak terlalu bagus, lalu ketika nanjak berubah 180% menjadi jalanan lebar dan beraspal mulus. Katanya pemandangan disini seharusnya indah juga, bisa melihat desa yang ada di bawah, namun sayangnya pada saat kulewati jalanannya tertutup oleh kabut yang cukup tebal. Padahal hari sudah cukup siang, seingatku aku lewat Clongop sekitar jam 8 pagi. Sebelum tanjakan Clongop, aku gowes bareng dengan 3 peserta lain, namun pada akhirnya di ujung tanjakan aku tinggal berdua saja, yang pada akhirnya juga peserta ini melipir duluan untuk refuelling sementara aku melanjutkan perjalanan.
![]() |
Tanjakan Clongop yang syahdu |
![]() |
Panas poll, 30 menit dari Clongop |
30 menit dari Clongop, aku memasuki rute rolling. Karakter jalannya mirip seperti JLS. Yang aku heran kondisinya berbeda 180 derajat dibandingkan dengan Clongop yang adem dan tertutup kabut. Pada saat itu waktu baru menunjukkan jam 8:30 pagi, tetapi panasnya minta ampun. Panas terik, tidak ada kabut sama sekali. Aku merasa segmen ini adalah segmen terpanas yang kulalui di hari itu, padahal belum siang. Mungkin karena cuaca teriknya dikombinasikan dengan udara yang lembab, membuat panasnya semakin menjadi.
![]() |
rute gowesnya berada dekat dengan spot wisata Gunung Api Purba Nglanggeran |
Aku tiba di CP 1 Hutan Pinus Mangunan sekitar jam 10 pagi.> Sudah ada beberapa peserta lain yang sedang beristirahat disini, ternyata titik CP kategori 200km dan 300km sama, hanya jaraknya saja yang berbeda, seolah 300km adalah versi yang dibuat memutar lebih jauh. Setelah refuelling dan mendapatkan stempel dari panitia aku kembali melanjutkan perjalanan. Tadinya pengen foto-foto di spot foto Hutan Pinus Mangunan ini, namun karena kulihat cukup banyak antriannya, aku memilih skip.
![]() |
CP 1: Hutan Pinus Mangunan |
Setelah melewati turunan dari Mangunan menuju Imogori, rutenya Lakoni ini menjadi relatif membosankan. Rute yang tadinya naik turun, sekarang didominasi oleh rute flat. Dari total elev gain 3000m sepanjang 300km, lebih dari setengahnya sudah tercapai di CP 1, yang jaraknya baru 1/3 nya.
siang yang terik di Parangtritis |
Setelah makan siang, aku ijin untuk jalan duluan untuk mencari mesjid. Gogor ternyata non muslim, jadi kupersilakan dia untuk jalan duluan, namun dia sepertinya punya attitude yang baik, nunggu aku jalan duluan baru dia jalan. Pada akhirnya aku sholat di mesjid yang lokasinya tak terlalu jauh dari lokasi kami makan. Jalanannya agak hancur disitu, nggak sampai 1km. Dan seingatku gowes di hari itu, rasa-rasanya segmen jalan yang sejelek ini hanya disitu aja, sisa rute lainnya relatif mulus, kalaupun jalanannya jelek, masih bisa dipilih-pilih. Sementara segmen yang ini, didominasi batu yang seperti makadam yang biasa digunakan untuk pondasi sebelum jalanan diaspal.
![]() |
Selalu ada cerita dibalik teman seperjalanan |
seingatku, ini satu-satunya segmen jalanan paling jelek di sepanjang rute 300km |
Aku sampai di titik CP 2 di ujung segmen Waduk Sermo sekitar jam 3 sore. Disana aku bertemu lagi dengan Gogor dan peserta lain yang mengambil kategori 200km. Gogor jalan duluan, sementara aku beristirahat sejenak sekaligus refuelling. Aku sedikit salah perhitungan disini, tadinya kupikir titik-titik CP di event Lakoni akan berada di Indomaret/Alfamart, dimana disini aku sudah terbiasa untuk membeli makanan/minuman favoritku untuk refuelling. Karena titik CP nya di warung kecil, aku jadi malas untuk eksperimen untuk mengkonsumsi makanan lain, sehingga aku merasa refuelling ku di kedua titik CP ini kurang maksimal. Dan karena aku memang berniat untuk mengurangi waktu berhenti, di event ini aku benar-benar hanya berhenti untuk refuelling di titik CP dan di warung Pantai Glagah untuk makan siang.
![]() |
Sore yang syahdu |
Mungkin hanya 10 menit aku berhenti di CP 2 sebelum melanjutkan perjalanan. Setelah CP 2, jalanannya berupa turunan panjang sebelum akhirnya berbelok tajam. Hampir saja aku bablas, seandainya aku tidak pelan-pelan ketika turun, mungkin sudah celaka di belokan. Sehabis segmen turunan ini, peserta diberikan tanjakan yang cukup terjal dan lumayan panjang, menuju titik pertama kami memasuki area Waduk Sermo, namun rute keluarnya berbeda dengan rute ketika masuk.
![]() |
sebelum memasuki segmen Selokan Mataram |
Sekitar jam 4 sore aku melewati segmen yang menurutku paling indah sepanjang event ini. Dari kejauhan aku melihat di sebelah kiriku pemandangan lembah dimana dari kejauhan aku bisa melihat matahari akan tenggelam di balik bukit. Tak lama setelah aku menyadari ini, rutenya ternyata berbelok ke kiri. Pucuk dicinta ulam pun tiba, aku terkagum dengan pemandangan yang kulihat di depanku.>
![]() |
Rute Selokan Mataram/Jalur Luna Maya |
Setelah menuruni lembah, aku masuk ke jalan kecil, menyusuri sungai irigasi. Belakangan aku baru tahu kalau di aplikasi Maps, nama sungainya ini adalah Selokan Mataram. Teman-teman di Yogyakarta memberi nama rutenya ini sebagai Rute Luna Maya karena konon sang artis pernah bersepeda di jalur ini. Rute yang kulewati kira-kira sepanjang 16km, menyusuri saluran irigasi. Walaupun jalurnya relatif sempit, cukup untuk 2 motor berpapasan, namun jalanannya mulus, ramah road bike. Rute ini benar-benar indah. Di samping kiriku bukit yang sejajar dengan rute yang kulewati, cahaya matahari sore yang lembut menyapa dari arah kiri, sementara di sebelah kananku hamparan sawah. Rasanya setelah gowes sejauh 230an km, tidak ada apa-apanya dibanding dengan pengalamanku pada saat itu melewati rute ini.
![]() |
kembali ke jalan raya |
Setelah melewati area Candi Borobudur, kupikir rutenya akan melewati jalan yang relatif besar. Ternyata banyak diarahkan ke jalur-jalur tikus. Hal ini membuatku lebih berhati-hati sehingga tidak bisa terlalu cepat. Apalagi namanya jalur tikus tentunya jalannya tak selalu mulus. Di malam itu, persediaan airku sudah habis, berapa kali aku berpikiran untuk berhenti melipir, mengisi bidon, namun tetap kupaksakan untuk jalan. Cuaca di hari itu agak-agak aneh, entah kenapa walaupun tidak terlalu panas, namun aku merasa cepat sekali haus. 2 bidonku yang kuisi penuh di CP2 sudah habis padahal gowesnya di sore hari, dan itupun baru 3 jam gowes.
![]() |
Menuju finish |
Yang membuatku sedikit senang adalah, sejak aku melewati segmen Selokan Mataram, ada motor fotografer yang menemaniku, bisa dibilang hingga titik finish. Walaupun tidak benar-benar mengikutiku, tetapi banyak mengambil dokumentasiku di sepanjang perjalanan menuju titik finish. Ini membantu dari sisi moral, paling nggak aku tahu kalau aku tidak nyasar.
Pada akhirnya aku finish sekitaran jam 19:30 di Asram Edupark. Tak kusangka ternyata aku finish pertama. Gogor ternyata melipir setelah melewati Selokan Mataram, dan kususul dia setelah itu. Gogor finish 30 menit kemudian, bersamaan dengan satu peserta lain. Di titik finish, sebagai “medali”, aku mendapatkan kayu bulat bertuliskan logo Lakoni, bentuknya seperti tatakan, namun ukurannya pas untuk penutup cangkir yang sudah diberikan sebelumnya. Kalau kata Om Bob selaku penyelenggara event Lakoni, ada filosofinya. Penutup gelas ini, analoginya kita telah menyelesaikan apa yang sudah kita mulai.
![]() |
Akhirnya finish |
Aku finish dengan kondisi dehidrasi parah dan nyaris bonked. Karena tidak ada makanan di lokasi finish, pada akhirnya aku keluar dari area Asram Edupark, makan besar di warung yang berlokasi dekat dengan Asram. Aku habis 2 porsi: Nasi Goreng dan Cap Cay kuah. Setelah makan besar pun, aku langsung menuju Indomaret terdekat: minum susu dan minuman favoritku: Mogu-mogu, dan juga es krim yang seharian pada saat itu nggak kesampaian untuk aku konsumsi karena memang nggak berhenti sama sekali di minimarket.
Di hari pertama itu, aku merasa sangat puas: bisa menyelesaikan rute sesuai target waktu, pemandangan di Selokan Mataram yang sungguh tak terlupakan, bisa ketemu dengan goweser-goweser baru, dan banyaknya konten karena sepanjang perjalanan aku difoto banyak sekali oleh fotografer. Yang terakhir ini bisa dibilang adalah aspek penting: dengan foto-foto dan dokumentasi yang baik, bisa dibuat story yang menarik untuk diingat.
Hari H+1 (Trekking 6km)
Di hari kedua, aku sempatkan untuk lari 30 menit di area Asram Edupark sebelum acara trekking. Tidak semua peserta Lakoni 300km ikut trekking. Memang acaranya sih bisa dibilang opsional, tidak mandatory. Karena malam sebelumnya aku tidur cukup nyenyak, pagi itu lumayan fresh. Kaki pun masih aman ketika kucoba berlari 30 menit.
Kami trekking di daerah Kaliurang. Peserta yang ikut, loading menggunakan kendaraan. Dari sini kami berjalan kaki dengan rute loop, namun formatnya agak-agak nggak standar. Alih-alih menggunakan jalanan utama, bisa dibilang rute yang diambil sedikit blusukan melewati rute yang jarang dilalui orang. Menyusuri sungai kecil, hingga menerabas jalur single track yang biasa digunakan warga sekitar untuk mencari rumput. Di tengah rute, kami melalui Plunyon, yang view nya sangat bagus, bisa melihat Gunung Merapi dari kejauhan. Seandainya cuaca pada hari itu cerah, pasti pemandangannya lebih indah lagi.
![]() |
Keseruan ketika acara trekking |
Walaupun jaraknya hanya 6km an, aktivitas pagi itu lumayan melelahkan karena pemilihan rute yang memang agak-agak lain. Tapi sejujurnya sih aku puas, aktivitas ini sesuai dengan ekspektasiku: mendekat dengan alam. Seandainya waktuku lebih luang, diajak trekking lebih jauh pun sepertinya menarik.>
![]() |
Rute nerabas |
Penutup
Bisa dibilang aku sangat puas dengan event Lakoni 300km ini. Nggak ribet urusan penginapan, rute gowes yang ciamik, jalanan yang relatif mulus, ketemu dengan temen-temen baru, konten dan foto-foto yang berlimpah (rasa-rasanya baru kali ini aku ikut event yang foto-fotoku banyak banget sampai bingung milihnya), hingga acara trekking di hari kedua yang bikin mata adem. Aku merasa tidak sedang mengikuti event gowes, tapi sedang menikmati paket healing dengan aktivitas outdoor. Semoga di tahun depan event ini masih ada dan aku bisa berpartisipasi di dalamnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar