Citorek menjadi salah satu rute wishlist ku di 2024. Sudah lama aku rencanakan untuk gowes kesini bareng dengan rekanku, namun apadaya karena kurang nyali jadilah rencana ini tertunda terus. Apalagi mendengar beberapa cerita teman-temanku yang dari sana katanya kapok. Melihat salah satu goweser yang cukup kurespect di Strava juga perlu waktu lumayan lama untuk bisa PP. Jadi taksiran awal, dengan rute PP dari Bintaro sekitaran 220 km, ini akan menjadi acara gowes berangkat pagi pulang malem.
rute & elevasi |
Bintaro - Cipanas
Start dari rumah jam 5:05, langsung menuju tikum pertama di Hotel Santika untuk ketemu dengan Om Terry. Rencananya kami akan ketemu dengan Om Handika di daerah Tenjo pada pukul 06:45 di Warung Soto Tangkar Bu Iis, 42km dari Bintaro. Namun apa daya karena emang gowesnya nggak ngegas-ngegas amat, kami sampai disana pukul 7:15 an.
Dari Warung Soto Tangkar, kami melanjutkan perjalananan menuju Jasinga, berbelok kanan menyusuri Jalan Raya Bogor - Rangkasbitung yang didominasi oleh rute rolling. Dengan pace gowes yang cukup santai, membuat rute rolling yang kami lewati tidak terlalu berat dan relatif bisa dinikmati. Sebelum berbelok menuju Citorek, kami berhenti di Cipanas (km 82) untuk re-fuel dan ngobrol ngalor-ngidul. Hingga km 82 tercatat elev gain yang didapatkan sekitaran 700-800m, padahal tidak ada tanjakan yang perlu effort berat, semuanya didapatkan dari segmen rolling.
Pada hari itu kebetulan ada salah satu fotografer, om Agis, temannya Om Handika yang mau merekam aktivitas gowesnya. Karena kebetulan kami ikut gowes kesana, jadi lumayan ada yang mendokumentasikan aktivitas dan canda ria kami sepanjang gowes menuju Citorek. Ketemu di daerah Jasinga, Om Agis mengambil foto-foto sambil terus menemani hingga Citorek, bahkan hinga pulang sampai Cipanas.
Cipanas - Citorek
Kami melanjutkan perjalanan sekitar jam 9:30 dari Alfamart Cipanas menuju Citorek. Menurut perhitungan dari rute yang kubuat, jarak dari Cipanas ke Citorek sekitaran 35km, dimana rutenya tidak full nanjak, melainkan melewati beberapa bukit. Nanjak, lalu turun, nanjak lagi, turun lagi, dan begitulah. Dari Cipanas hingga Citorek ada 4 tanjakan dan 3 turunan yang harus kami lewati. Itu berarti ketika pulang kami harus melewati 4 turunan dan 3 tanjakan. Total 7 tanjakan & turunan.
Melewati tanjakan pertama kami bertiga masih gowes bareng. Tanjakan kedua, ini cukup panjang dan cukup curam. Disini Om Handika langsung ngebut di depan. Dengan niat awal ingin gowes dengan pace yang nggak terlalu nge-push, aku atur putaran kakiku. Kebetulan Om Terry juga tampaknya nggak mau terlalu ngepush, jadi kami gowes barengan. Tanjakan ke-2 ini seingatku lumayan panjang, 6-7km dengan avg gradien sekitaran 7%.
Turun dari puncak tanjakan kedua, kami menyadari turunannya sangat curam, dan ini jelas bakalan menjadi PR ketika pulang. Aku baru sadar, mungkin inilah yang membuat orang-orang kapok kesini, rute pulangnya masih memberikan tantangan yang berat. Aku hitung panjangnya sekitar 4km, berarti nanti pas pulang mesti bisa mengatur strategi agar jangan sampai zonk. Tanjakan ketiga yang relatif lebih pendek daripada tanjakan kedua masih bisa kami libas dengan pace damai. Gradiennya tidak securam tanjakan kedua, jadi masih bisa dinikmati.
Alhamdulillah cuaca cukup adem hari itu. Mendung dan sedikit gerimis dari sejak awal tanjakan kedua. Seandainya cuaca hari itu panas terik, mungkin akan sangat menyengat mengingat jalur yang kami lewati banyak didominasi oleh jalan cor. Jalanan sepanjang Cipanas - Citorek bisa dibilang bagus, gowesable untuk ukuran road bike. Hanya ada satu segmen jalan rusaknya, agak lupa kalau nggak salah antara tanjakan 2 & 3. Jalanan rusaknya juga hanya 20m, sepertinya rusak karena cuaca.Setelah melewati tanjakan ke-3, hujan mulai turun agak deras. Karena nggak deras-deras amat kami lanjut hingga melewati desa Citorek. Nah ternyata Om Handika dan Om Agis menunggu di salah satu warung disini. Katanya karena ujannya cukup deras dari sebelumnya, mereka memutuskan untuk berhenti disitu.
Tanjakan 4 - Finish
Setelah minum sebentar, kami melanjutkan perjalanan menuju Gunung Luhur, destinasi akhir kami yang berjarak kurang lebih 7km dari desa Citorek. Rutenya diawali dengan turunan halus disertai dengan segmen rolling dan berakhir dengan tanjakan ekstrem sepanjang 1.4km dengan rata-rata gradien 14%. Walaupun sepintas ini dibawah tanjakan Ciherang/Puncak 2, namun aku merasa tanjakan Gunung Luhur ini lebih curam. Melihat cyclo comp ku, gradiennya selalu diatas 2 digit, dan beberapa kali kulihat menyentuh 20%.
Yang tadinya kami gowes barengan, akhirnya mengikuti pace masing-masing. Aku masih mencoba menempel Om Handika walaupun kurasa Om Handika juga nggak all out disini. Menuju pertengahan segmen, kulihat Om Terry semakin jauh di belakang. Gir-ku sudah mentok 34T oval di depan + 32T di belakang. Bahkan dengan konfigurasi yang sudah mentok ini pun cadence nya sudah maksimal, nggak berani nurunin cadence lagi karena nanti akan lebih effort. Keberadaan Om Agis di sesi gowes kali ini menjadi penambah semangat, dokumentasi menjadi lebih penting.. Wkwk. Di sebelah kiriku jurang, dan disana sekilas bisa kulihat pemandangan lembah yang indah. Jika bukan karena ingin menyelesaikan tanjakan ini tanpa nuntun, aku akan memilih untuk berhenti sejenak dan foto-foto disana.
Akhirnya kami sampai di tempat tujuan kami sekitaran jam 12:40 an. Disana aku langsung pesan indomie dan teh manis panas. Ternyata disana ada yang jual duren juga, akhirnya kami beli durennya juga, kebetulan murah meriah 100 ribu dapet 3 biji, manis, dan isi dalamnya juga banyak. Dengan harga segini udah nggak terlalu mikir lah kalau ada 1 atau 2 biji yang failed rasanya.
Pulang: Citorek-Cipanas
Kami menikmati makanan sambil ngobrol ngalor-ngidul 2 jam lebih disini. Setelah sholat, kami memutuskan untuk pulang. Waktu sudah menunjukkan pukul 14:45 pada saat itu. Harapannya kami bisa foto-foto di spot tanjakan yang bisa melihat lembah desa Citorek dari puncak Gunung Luhur, namun apadaya karena hujan, puncak Gunung Luhur dipenuhi kabut dengan jarak pandang 5-10m, belum lagi pas kami pulang agak hujan. Jadi kami skip dan langsung menuruni puncak bukit pelan-pelan. Alhamdulillah ketika turun tidak ada masalah, kebetulan hari itu aku ingin mengetes wheelset alloy ku yang sudah lama tak kupakai. Walaupun berat, namun fungsi pengeremannya maksimal. Di kondisi hujan dengan turunan gradien diatas 10% remnya masih pakem.
Nah sebenarnya sebelum pulang, ada situasi yang tak terduga terjadi. Perutku tetiba melilit. Kurasa karena efek campuran makan durian, indomie, dan kopi. Ditambah lagi dari awal aku sudah minum soda juga. Namun kupikir karena masih bisa ditahan, kubiarkan saja dengan harapan akan hilang dengan perlahan.
Melewati desa Citorek hujan turun semakin deras. Karena aku nggak bawa jas hujan (ketinggalan) akhirnya melipir dulu di warung terdekat untuk membeli jas hujan. Beruntung hujannya nggak deras-deras amat, jadi belum terlalu mengganggu pandanganku. Sebagai pengguna kacamata minus gede, hujan deras sangat meresahkan, selain mengganggu pandangan, ketika melewati turunan pun jadi perlu ekstra hati-hati.
Nah tibalah kami melewati tanjakan ke-6 dari 7 tanjakan yang harus kami lewati sepanjang rute Cipanas - Citorek - Cipanas. Tanjakan sepanjang 4km ini lumayan berasa. Dengan gradien 2 digit, ditambah lagi kami masih memakai jas hujan walaupun hujan sudah relatif reda membuat kaki dan badan sama-sama panas. Beruntung sudah makan indomie di Gunung Luhur, paling nggak bisa mengurangi resiko kaki kram. Di puncak tanjakan ke-6 ini kami melepas jas hujan sebelum melanjutkan perjalanan ke Cipanas.
Tanjakan terakhir, jaraknya relatif pendek, hanya sekitar 1km an, namun ternyata gradiennya lumayan, ada beberapa ruas yang gradiennya diatas 15%, hampir menyentuh 20%. Walaupun pendek, lumayan pedas. Tanjakan terakhir ini menjadi pengingat agar suatu saat gowes kesini lagi jangan terlalu ngegas dari awal. Dan lebih baik berharap cuacanya mendung atau hujan sekalian biar adem.
Kami sampai di Cipanas sekitar pukul 17:15. Katika aku sampai, Om Agis sudah pulang duluan, kebetulan rumahnya tak jauh dari Cipanas. Jika dihitung-hitung perjalanan Cipanas - Citorek versus sebaliknya selisih waktunya tidak terlalu jauh. Seharusnya bisa lebih cepat, namun karena ketika turun hujan, jadi lebih pelan gowesnya.
Kami melipir di Indomaret untuk beristirahat dan ngobrol ngalor-ngidul lagi. Salahnya disini aku makan es buah yang membuat perutku semakin bergejolak. Karena di lambungku banyak gas, makan es buah malah membuat perutku makin penuh dan menekan lambung. Disini aku masih mencoba menahan rasa sakit.
Pulang: Cipanas - Bintaro
Kami melanjutkan perjalanan jam 17:45 menuju Tenjo. Karena kondisiku udah nggak enak banget, terpaksa aku gowes dengan pace yang lebih pelan. Om Handika & Om Terry jauh di depan ketika melewati rute rolling Cipanas - Jasinga. Bagaimanapun juga, gerakan gowes yang memutar kaki ini menekan ke lambung, sepelan apapun putarannya tetap akan terasa.
Dari Jasinga menuju Tenjo, Om Handika ngegas. Terpaksa aku mengikuti ritmenya karena tidak ingin tertinggal. Jalanan sudah mulai gelap karena sudah melewati waktu maghrib. Niat awalnya kami akan makan malam di Warung Soto Tangkar Bu Iis. Namun ketika sampai sana ternyata sudah tutup. Entah apakah memang tidak buka sampai malam atau karena dagangannya sudah laku semua. Pada akhirnya di sini kami berpisah. Om Handika menuju ke arah Tenjo, aku dan Om Terry belok kanan menuju Parung Panjang.Setelah berpisah, kami langsung memelankan pace. Wkwk.. selain karena memang nggak mau terlalu ngegas, jalanan menuju Parung Panjang ini tidak semulus jalanan sebelumnya dari Jasinga-Tenjo. Sepanjang perjalanan beberapa kali aku tertinggal dari Om Terry, beruntung doi masih mau nungguin.
Akhirnya sebelum sampai Bintaro kami berpisah. Aku sampai rumah jam 9 malam. Setelah beres-beres sepeda sung muntah-muntah. Wew.. menjadi pelajaran berharga kali ini. Kalau ada acara gowes-gowes jauh begini sebaiknya dihindari makan-makanan yang tajam. Namun demikian aku merasa puas sekali dengan gowes di hari itu, 230km, 16 jam, dengan 4000m elev gain bukan sesuatu yang bisa dilakukan setiap minggunya.
Mantap om . Terimakasih sudah berbagi pengalaman singkat
BalasHapusTerimakasih Om
Hapus