Senin, Desember 04, 2023

Catatan Liburan ke Ambarawa & Dieng - Day 4

Karena hari ke-4 ini adalah hari terakhir kami di Dieng, aku sengaja tidak mengambil rute yang jauh untuk gowes. Rute yang kupilih kali ini adalah Dieng - Tambi PP, dengan jarak yang relatif pendek 30km saja yang bisa kuselesaikan dalam waktu kurang dari 3 jam termasuk foto-foto di area kebun teh daerah Tambi dan di area dekat Batu Angkruk yang seharusnya kami kunjungi di hari sebelumnya. Pagi itu cuaca cukup cerah, sehingga ketika menuruni Dieng menuju Tambi aku bisa melihat Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing dari kejauhan.

Pemandangan menuju Tambi

Di perjalanan kembali, ban belakangku bocor halus. Karena waktuku tidak banyak, kupikir akan lebih baik jika berhenti sebentar dan memompa hingga penuh dan melanjutkan kembali perjalanan dibandingkan mesti bongkar wheelset dan mengganti ban dalam. Alhasil di perjalanan pulang aku berhenti sampai 3 kali untuk memompa ban belakangku yang bocor.

Candi Gatotkaca & Setyaki

Museum Kailasa
Dengan waktu yang tersisa tidak terlalu lama, di hari terakhir ini kami mengunjungi Candi Gatotkaca & Setyaki dan juga Museum Kailasa yang lokasinya sebenarnya tidak terlalu jauh dari penginapan. Bisa dijangkau dengan berjalan kaki. Di Candi Gatotkaca kami hanya berfoto-foto ria sebentar, sekedar meninggalkan jejak digital dan langsung menuju ke Museum Kailasa yang berada di seberang kompleks Candi Gatotkaca. Museum Kailasa ini menurutku salah satu spot yang wajib dikunjungi, banyak informasi berkaitan dengan Dieng seperti sejarah, flora & fauna, dan kebudayaan masyarakat Dieng. Paling nggak ya sebagai wisatawan kita jadi tahu pernak-pernik tempat wisata yang kita kunjungi.

Dari sini kami melanjutkan perjalanan ke Batu Pandang Ratapan Angin. Seperti namanya, batu pandang, lokasi wisata ini berada di atas dataran tinggi Dieng. Karena cukup tinggi, untuk menuju ke lokasinya pengunjung harus berjalan kaki menaiki banyak anak tangga untuk mengelilingi spot-spot instagramable di lokasi ini. Dari beberapa titik, kami bisa melihat Telaga Warna yang berada tepat di kaki bukit Batu Pandang. Dari titik ini kami juga bisa melihat dataran tinggi Dieng dari ketinggian, hingga tempat penginapan kami juga seharusnya bisa terlihat dari kejauhan. Di titik yang lain, pengunjung juga bisa melihat Kawah Sikidang dari kejauhan. Sayangnya ketika kami berkunjung kesini, cuacanya sedikit mendung, jadi buat foto-foto kurang oke.

Batu Pandang Ratapan Angin
Dari Batu Pandang, kami melanjutkan perjalanan ke Telaga Warna. Sedikit berbeda dengan spot-spot wisata di Dieng dimana pengelolaannya berada dibawah Dinas Pariwisata, untuk Telaga Warna pengelolaannya berada dibawah Kementrian Lingkungan Hidup & Kehutanan (KLHK) karena Telaga Warna sendiri merupakan kawasan konservasi.

Area Telaga Warna ini cukup luas, dan pengunjung bisa berjalan cukup jauh untuk menelusuri jalan setapak yang sudah disediakan yang mengitari telaga. Karena areanya cukup luas, jadi semakin kedalam kita masuk, semakin sepi oleh pengunjung. Sebenarnya tidak terlalu banyak spot menarik disini, hanya saja karena aku sangat menikmati tempat wisata yang tidak terlalu ramai seperti ini, jadinya sih oke-oke saja.

Pada saat kami kesana, kami cukup takjub. Area telaga yang tadinya biasa-biasa saja tiba-tiba ditutupi kabut tebal. Transisinya terjadi begitu cepat. Dan ketika akhirnya kabutnya hilang, transisinya juga terjadi dalam hitungan menit.

salah satu spot di Telaga Warna
Telaga Warna menjadi lokasi terakhir yang kami kunjungi di Dieng. Setelah dari sini kami melanjutkan perjalanan untuk pulang kembali ke Jakarta. Pada awalnya rute yang akan kami ambil adalah dari Dieng menuju Kajen dan kemudian masuk Tol Pantura di daerah sekitaran Pekalongan. Namun karena aku penasaran dengan rute sepeda yang tidak jadi kueksekusi di hari ke-3, aku memilih rute yang lain. Jadi kami menuruni Dieng menuju ke arah Kajen, namun setelah melewati Batur, kami belok kanan menuju Bandar. Jalanannya pada awalnya cukup mulus, berupa cor. Namun di tengah-tengah berubah menjadi jalanan yang sedikit rusak namun masih cukup oke untuk dilewati mobil. Pemandangannya pun cukup indah seandainya pada saat itu tidak hujan. Kami melewati jalanan menurun diantara perbukitan, hingga melewati hutan dengan vegetasi cukup rapat, namun disini jalanannya sudah cor mulus.

Penutup

Sejujurnya, liburan 4 hari di Dieng ini masih terasa kurang. Selain ada rute-rute sepeda yang belum kucoba disini, masih ada beberapa lokasi wisata yang belum sempat kami kunjungi ramai-ramai: Tol Kahyangan, Batu Angkruk, Kebun Teh Tambi, hingga melihat matahari terbit di Sikunir. Jika ada kesempatan untuk kesini lagi, pasti akan aku ambil, 3-4 hari kurasa sudah cukup untuk mengeksplorasi sisa-sisa lokasi wisata yang belum kami kunjungi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar