Selasa, Desember 26, 2023

Yang Tersisa dari Jabar Loop

Pada tanggal 9-12 Desember lalu, aku berhasil menyelesaikan gowes melewati rute Jabar Loop, yang menjadi salah satu resolusiku di tahun 2023. Rencana awalnya, rute ini akan aku jajal bersama Om Ewin, teman gowes yang kukenal ketika Audax YUCC 1200K 2022 lalu. Namun karena beberapa hal, rencana ini belum terlaksana hingga mendekati akhir tahun 2023. Rute Jabar Loop yang kugambar waktu itu memiliki jarak tempuh sekitar 950km an dengan rute memutari Jawa Barat, melewati pesisir pantai selatan dan utara berlawanan dengan arah jarum jam.

Nah bagaimana ceritanya akhirnya aku bisa memiliki nyali untuk menyelesaikan rute ini? Berawal dari kiriman di sebuah grup WA untuk mengikuti challenge #seceng yang diadakan oleh akun pelotonrocket di Instagram, dimana challenge nya adalah gowes minimal sejauh 1000km selama 10 hari dari tanggal 8 s/d 17 Desember 2023. Waktu itu masih mikir-mikir karena jujurly lagi nggak pengen gowes jauh-jauh. Jarak 1000km buat 10 hari ini jelas perlu rada all out minimal di weekend. Weekday paling paling gowes tipis-tipis saja sekedar nambah-nambah kilometer.

Tetiba oleh penyelenggara acaranya aku dimasukkan ke group Strava untuk challenge ini, padahal aku belum daftar 🤣, yang akhirnyaaku jadi malah merasa ter-challenge. Aku lalu berpikir rute mana yang bisa dipake untuk minggat, yang jelas aku agak malas kalau hanya nge-loop saja di Bintaro hanya untuk mengejar jarak. Banten Loop? Jujur rada kapok, lagipula sudah pernah juga. Akhirnya terbersit Jabar Loop yang kebetulan sudah masuk wishlist dari dulu. Sejujurnya mikir-mikir juga dengan rute ini karena elev gain nya sekitaran 8000m ++ yang tentunya bakalan menguras tenaga. Dan karena jaraknya cukup jauh, perlu spare waktu 4 hari untuk menyelesaikannya.

Pada awalnya kepikiran buat gowes sendiri, tapi somehow rada ngeri kalau malam-malam hutan sendirian. Singkat cerita, salah satu teman gowes ultra,m Terry mau menemani, setelah sebelumnya kuracunin juga buat daftar di challenge #seceng nya. Setelah waktu eksekusinya fixed diputuskan di tanggal 9-11 Desember, kita coba mengajak salah satu goweser yang demen gowes jauh juga, Om Peter, yang sayangnya ternyata pada hari H sudah ada agenda lain. Jadi akhirnya kami gowes berdua saja.


Rute

Untuk rutenya sendiri sesuai dengan namanya memutari Jawa Barat berlawanan dengan arah jarum jam. Pada awalnya rute yang kubuat hanya sepanjang 950km an, start dan finish di Bintaro. Namun belakangan disesuaikan sedikit dari rute yang sudah disepakati diawal, sedikit ditambah di daerah yang menuju arah Ujung Genteng dan ketika di Cirebon dilewatkan ke Indramayu terlebih dulu agar jaraknya bertambah dan mendekati 1000km Dengan jarak mendekati 1000km, kami berencana untuk menyelesaikan gowes ini dalam waktu 3 hari + 1 hari spare, 2 malam menginap, dan di hari ke-3 akan langsung diselesaikan tanpa menginap lagi.

Rincian rute nya kurang lebih seperti ini:

Hari ke 1

Citos (Tikum) - Depok Margonda - Juanda - Bogor - Tajur - Cibadak - Pelabuhan Ratu - Surade - Cikaso - Tegal Buleud - Sindang Barang - Cidaun (menginap - km 330)

Hari ke 2

Rancabuaya - Pameungpeuk - Cijeruk - Cipatujah - Cikalong - Cijulang - Pangandaran - Banjar - Ciamis - Cijiking - Kuningan (menginap - km 680)

Hari ke 3

Cirebon - Indramayu - Cikampek - Cikarang - Bekasi - Kalimalang - Gatsu - Palmerah - Pd Indah - Bintaro

Untuk pace kami sepakat untuk tidak ngegas, tidak ada gocekan maut, dan intinya gowes damai lah. Dengan pace ini harapannya waktu berhentinya tidak perlu sering-sering. Berhenti hanya untuk isi bidon saja atau ketika jam makan. Khusus berhenti ketika jam makan, aku minta tambahan waktu untuk sholat.


Persiapan & Barang Bawaan

Dengan estimasi waktu tempuh sekitar 3 hari, ini berarti perlu 2 malam menginap, yang artinya minimal perlu membawa 2 stel pakaian ganti. Awalnya mau bawa saddle bag yang 7L, cuma akhirnya kuputusan untuk membawa saddle bag 14L agar bisa muat banyak sekalian.

Kurang lebih berikut settingan & barang bawaan yang kubawa:

Sepeda & gear

  • Wheelset Superteam 50mm, rimbrake carbon
  • Chainring: Rotor 52/42T oval
  • Sprocket: 12-32T
  • Aerobar


Barang bawaan

  • Saddle bag 14L (Apidura)
  • Top tube bag 1L 2x (Apidura & Urbncase)
  • Pouch bag
  • Hydration vest, isi air 2L (Apidura)
  • Lampu depan Rockbros 1000Lm (2x)
  • Lampu belakang Rockbros (2x)
  • Cyclocomp 2x (Wahoo Elemnt Roam & Bolt)
  • Bib panjang & jersey & pakaian dalam 3stel (termasuk 1 yg dipakai di D1)
  • Manset tangan 2x
  • Kaos oblong 1x
  • Celana pendek 1x
  • Peralatan mandi
  • Handuk 1x
  • Kabel, konverter, charger 2x, powerbank
  • Sarung & sajadah
  • Ban dalam 2x
  • Tools, Tire lever, pompa, tambalan ban, tube extender 2x, pinset, lem cold patch (masuk ke tempat bidon)
  • Bidon 1x
  • Sarung tangan 1x

Total barang bawaan diatas sekitar 4kg++ diluar hydration vest. Kalau dimasukkan perhitungan mungkin nambah 1.5kg++ karena aku bawa air sampai full 2L.


Gowes Day-1

Hari pertama, aku jalan dari rumah jam 5:30 untuk janjian dengan Om Terry di tikum (Citos) jam 6 pagi. Tanpa berlama-lama kami langsung gowes santai menyusuri rute yang sudah disepakati. Pace benar-benar damai, tanpa gocekan bahkan di rute flat sekalipun. Power dan NP terpantau stabil di Z2.


Melewati Tajur, tanjakan gradien halus ternyata menjadi berat karena efek barang bawaan yang banyak. Dari Bogor menuju Tajur hingga berbelok ke arah Sukabumi menjadi tantangan pertama yang nyata. Gradien halus saja sudah cukup melelahkan, padahal ini baru di awal-awal. Tantangan berikutnya ada di jalur Cibadak - Pelabuhan Ratu: walaupun sebenarnya rutenya relatif turun (dari bukit menuju pantai) akan tetapi penuh rolling. Di cyclocomp ku tercatat di rute itu kami mendapatkan elev gain sekitaran 400m++

Pitstop pertama di km 140, daerah Pelabuhan Ratu setelah melewati jembatan untuk mengisi bidon. Kebetulan isi bidon sudah menipis, dan setelah nya kami harus melewati tanjakan panjang sejauh 17.5km. Walaupun gradiennya tipis dan halus, tetapi dengan barang bawaan yang agak overload, berasa beud. Selepas tanjakan panjang, kami melipir untuk makan siang. Alhamdulillah masih bisa nemu menu favorit yang berkuah: Sup Ayam.

Sesuai dengan informasi sebelumnya, menuju ke arah Ujung Genteng rutenya aku belokkan sedikit untuk menambah kilometer. Ternyata rute ini sama dengan Rute Bentang Jawa 2023 kemarin. Dan karena Om Terry ikut di event Bentang Jawa di Agustus lalu, jadi lumayan ada bocoran mengenai kondisi jalannya yang ternyata ada beberapa segmen yang kurang bagus. Kurang hapal di daerah mana, namun jika kulihat di maps di sekitaran daerah Mareleng yang jalannya kurang bagus.

Banyak melewati jalanan berlubang tampaknya membuat banku bocor halus. Sehari sebelumnya ketika aku tes memang habis bocor halus, terkena besi staples kecil, namun aku tambal tanpa kuganti ban dalamnya. Nah sepertinya kena banyak goncangan selama melewati jalanan jelek membuat bocor halusnya kambuh. Untuk menghemat waktu, aku putuskan untuk pompa ulang saja. Namun, setelah dipompa ulang, ternyata hanya bertahan 7 km sebelum akhirnya bocor lagi. Saat itu sudah jam 5 sore dan akhirnya kuputuskan untuk ganti ban dalam. Beruntung Om Terry bawa pompa elektrik, jadi nggak perlu menghabisan banyak tenaga untuk memompa.

Menuju ke daerah Tegal Buleud, rutenya menjadi agak menantang. Banyak rolling & melewati hutan. Kami melewati Tegal Buleud ketika senja. Beruntung keindahan senja bisa tertangkap kamera. Di Tegal Buleud saja jalannya berbelok seperti letter U mengarah ke barat, sehingga bisa melihat sunset. Sekitaran jam 8 malam kami berhenti untuk makan, di daerah Agrabinta sktr 60km an lagi menuju target kami, untuk menginap di Cidaun. Lucunya ketika makan malam, mati listrik, terpaksa kami makan bergelap-gelapan. Ketika mau jalan, eh listriknya menyala lagi.

Baru gowes sekitar 20km dari tempat makan, terjadi insiden. Karena jalanan relatif gelap, aku yang kebetulan berada di depan nggak ngeh ada motor yang diparkir di pinggir jalan. Aku terlambat untuk menghindar menghindar, akhirnya terjadi crash.

Aku merasakan banyak darah masuk ke mulut. Kupikir mukaku yang terluka, ternyata bibir atas yang sobek. Beruntung disitu ada warung dan aku ditolong oleh pemilik warung, dan diantar pula ke klinik terdekat. Dokternya bilang lukanya nggak terlalu dalam jadi nggak perlu dijahit, cuma karena kupikir daripada kenapa2 akhirnya aku minta dijahit saja.

Singkat cerita bginilah kondisi setelah kembali dari klinik

  • Bibir atas sobek: 3 jahitan
  • Bahu kanan baret, luka-luka tambahan di siku, dan tangan
  • WS depan agak peang
  • Stang sepeda nggak lurus
  • Helm baret
  • Jersey sobek
  • BiB sobek
  • Gagang kacamata bengkok, lensa baret, nose pad ilang

Tampaknya sebelum menabrak refleksku sempat menghindar sedikit, beruntung yang kena duluan menabrak motor adalah handlebar ku, jadi wheelsetku masih aman walaupun peang dikit dan menggesek rim brake. Akhirnya bisa diakali dengan melonggarkan rim brake.

Setelah dicek lebih lanjut tampaknya sepedaku relatif aman untuk dipakai. Lebih khawatir dengan kacamataku, gagang kanannya bengkok, tidak bisa dipakai untuk menahan di telinga. Ditambah lagi lensa kanannya baret-baret banget. Beruntung aku memakai headband. Gagangnya bisa aku selipkan ke headband walaupun tetep aja sakit karena nose pad kanan hilang entah kemana.

Tadinya plan menginap mau disesuaikan, jadi ke Sindang Barang yang jaraknya 15km, namun akhirnya kuputuskan untuk lanjut ke Cidaun yg berjarak 40km lagi, sesuai dengan plan awal. Selain itu Om Terry juga sudah bayar DP untuk menginap disana, jadi kupikir bakalan mubazir kalau nggak menginap di Cidaun. Di perjalanan menuju pengiunapan, hujan turun rintik-rintik, jadi bikin parno. Alhamdulillah akhirnya bisa sampai Cidaun lewat tengah malam dikit, di km 330.


Gowes Day 2

Hari ke-2, kami start jam 6 pagi. Beruntung penginapannya mau menyediakan sarapan nasi goreng yang diantar jam 5 pagi, jadi kami start dengan perut sudah terisi. Keluar penginapan kami langsung disambut dengan tanjakan 5.5km dengan gradien 4.3%. Walaupun masih pagi, hawanya cukup panas dan lembab. Tanjakan halus sepanjang 5.5km kami libas pelan-pelan, sambil misuh-misuh. Kaki juga rasanya masih belum panas. 

Setelah tanjakan ya tentu saja ada turunan. Namun demikian menuju Rancabuaya, kami melewati beberapa rute rolling dengan gradien yang lumayan tajam. Rute di pagi itu benar-benar menantang. Mungkin bakalan zonk kalau kami nggak sarapan terlebih dahulu, karena masih pagi, warung-warung juga belum buka. 25km dari titik start, kami sampai di Rancabuaya. Kami melipir di minimarket terdekat untuk isi bidon yang memang sudah habis dari semalam. Sekalian aku beli plester untuk kutempel di hidung, jadi kacamataku tidak terlalu sakit ketika kugunakan tanpa nose pad.

Perjalanan menyusuri jalur pantai selatan menuju Pangandaran di hari itu sangat melelahkan. Banyak sekali rolling2an tajam dari titik start sampai daerah Cipatujah. Jujurly kami agak underestimate di hari ke-2 ini. Kupikir rutenya bakal flat, ternyata zonk. Di perjalanan menuju Cipatujah, kami diguyur hujan yang cukup deras. Disini kami lanjut walaupun kami putuskan untuk nggak pakai jas hujan, khawatir panas dan gerah karena rutenya banyak rolling & nanjak. Sisi positifnya adalah suhu jadi lumayan adem dibanding panas terik, tapi jeleknya ketika turunan mesti hati-hati. Ban depan yang agak peang bikin nggak tenang. Jahitanku yang belum kering jadi benyek karena kepapar hujan deras.


Bebannya juga ditambah dengan barang bawaan. Di daerah Pameungpeuk, kami berencana untuk mengirimkan baju kotor lewat kurir. Namun apa daya, di hari Minggu ternyata mereka tidak melayani orderan masuk, hanya distribusi barang yang dikirimkan keana. Asli deh.. ini menjadi pelajaran kalau mungkin kedepan mau mengulang: jangan terlalu banyak membawa barang bawaan.

Kami makan siang di Cipatujah, km 430. Cukup mengecewakan, 6jam hanya dapat 100km, akibat terlalu underestimate dengan rutenya. Karena badan kami basah kuyup, jadi agak lama juga istirahatnya.

Dari Cipatujah menuju Pangandaran, rute relatif flat. Kondisi jalanan bisa dibilang bagus walaupun ada segmen aspal kasar yang membuat speed turun. Kami melewati Pangandaran km 520 pukul 5:30 an sore, masih belum gelap. Beberapa km dari Pangandaran, kami harus melewati tanjakan halus sepanjang 3km, beruntung belum terlalu gelap ketika melewati tanjakan ini karena daerahnya berupa hutan.

Sekitar pukul 7:30 malam, kami sampai di Banjarsari km 563. Disitu kami putuskan untuk menginap di Ciamis yang berjarak 45 km an lagi karena sudah cukup malam. Tidak akan mengejar jika harus menginap di Kuningan yang berjarak 70km an dari Ciamis. Terlebih lagi aku tahu jalur dari Ciamis menuju Kuningan ini lumayan nanjak juga dan daerahnya relatif sepi. Bakalan zonk jika dipaksakan.

Akhirnya kami sampai di Ciamis jam 10 malam, km 607, dan menginap disana. Hari ke-2 gowes, kami hanya bisa menempuh jarak 280km an, dari target awal 340km an.


Gowes Day-3

Kami memulai hari ke-3 dengan sarapan soto di dekat alun-alun Ciamis. Beruntung bisa sarapan yang berkuah, karena dengan luka jahitan di bibir atasku, agak susah untuk makan-makanan kering. Setelah selesai sarapan, tanpa berlama-lama kami melanjutkan perjalanan ke arah utara menuju Cirebon. Beberapa km setelah sarapan, kami disuguhi tanjakan halus sepanjang 4km, dengan gradien 4% dan terus menanjak hingga melewati daerah Kawali.


Di Kawali kami mencoba mencari jasa kurir yang ternyata belum buka. Pada saat itu jam 8 pagi, kurirnya baru buka jam 8:30. Takut kelamaan akhirnya lanjut gowes dan melibas 8km tanjakan halus berikutnya lagi sampai di daerah Panawangan. Disini akhirnya kami menemukan jasa kurir yang sudah buka. Tercatat baju kotor yang aku kirimkan seberat 1.7kg. Lumayan berat juga. Dari Panawangan rutenya rolling namun cenderung turun hingga daerah Cikijing. Pengurangan beban sebanyak 1.7kg nya sangat terasa. Gowes jadi lebih enteng walaupun menggunakan 2-3 gear yang lebih berat. 

Mendekati Cikijing, jalanan berubah menjadi flat. Jika di zoom out, kami sedang melewati lembah, dengan kedua bukitnya ada di daerah Panawangan dan sebelum Kuningan. Setelah lewat dari Cikijing, kami disuguhi lagi tanjakan halus. Namun karena barang bawaan sudah minim, tidak terlalu terasa berat. Ini adalah tanjalan panjang terakhir kami di rute Jabar Loop. Karena setelah ini jalanan cenderung turun dan flat hingga Jakarta.

Kami sampai di Kuningan pukul 11 siang (km 680). Perlu 5 jam kesini dari Ciamis, untuk menempuh jarak sekitaran 70km. Terbayang kalau di hari sebelumnya dipaksakan untuk menginap di Kuningan, mungkin baru sampai sini ketika dini hari.

Dari Kuningan menuju Cirebon rutenya berupa turunan sepanjang hampir 30km. Sampai di Cirebon pas banget dengan jam makan siang. Karena nggak nemu soto, akhirnya kami melipir di warung Sop Iga. Lumayan lah paling nggak masih makanan kuah. Disini kami istirahat cukup lama karena panasnya cukup terik pada saat itu, skalian re-fuel dan sholat.

Karena niatnya memang mencari tambahan km, rutenya nggak langsung dilewatin ke arah pantura, tapi melewati Indramayu dulu. Sungguh niat 😛. Jalanannya bagus diawal, namun mendekati daerah pesisir pantai anginnya kencang sekali dan jalanannya agak jelek. Mungkin karena dekat kawasan industri (Pertamina Refinery) jadi banyak dilewati truk, alhasil banyak segmen jalan cor yang agak retak. Sekitar jam 4 sore kami melewati kota Indramayu, dan 30 menit kemudian kami masuk ke jalur pantura di Lohbener.

Kami makan malam di daerah Ciasem (km 845) jam 7:30 malam, seperti biasa menu yang kami pilih adalah menu berkuah: soto ayam. Tak lama setelah kami selesai makan, hujan turun cukup deras. Anginnya juga lumayan kencang. Karena jalan panturanya ini cukup ramai dan banyak truk, aku agak-agak khawatir untuk melanjutkan gowes. Akhirnya kami lanjut setelah hujannya agak mereda. Pertama kalinya ini kupakai jas hujan, agak khawatir masuk angin juga sih.

Memasuki daerah Dawuan (sekitaran km 880), bannya Terry bocor, sekitar jam 10 malam Beruntung begitu diganti langung aman tanpa masalah, dan kami lanjut gowes lagi.


Mendekati Cikarang, pace menjadi lebih pelan karena Om Terry ngantuk berat. Akhirnya setelah lewat Cikarang kami berhenti sebentar. Karena aku juga sudah lumayan ngantuk ngantuk, kumanfaatkan untuk power nap. Lumayan dapat power nap sekitaran 20 menitan, setelah itu kembal fresh untuk lanjut gas kembali ke Jakarta melewati Bekasi, Kalimalang, Cawang, dan Gatot Subroto.

Di pertigaan menuju Tendean, kami berpisah. Disini Om Terry berbelok ke arah Tendean sementara aku lanjut ke arah Palmerah, dan berbelok menuju Pondok Indah, Lebak Bulus, Pondok Pinang, dan kembali ke Bintaro. Agak memutar untuk mengejar target.

Berhubung jarak masih kurang 20 km an lagi ketika sampai Bintaro, terpaksa aku muter dulu. Dengan sisa-sisa tenaga yang ada pace ku juga nggak bisa terlali kencang. Dan akhirnya bisa finish di McD UPJ pas adzan shubuh berkumandang dengan jarak tempuh 1000km lewat dikit. Sayangnya di jam sepagi ini menu #mcflurry belum tersedia, terpaksa selebrasinya hanya dengan minuman dan french fries, yang rasanya asin banget, zonk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar