Rabu, November 29, 2023

Catatan Liburan ke Ambarawa & Dieng - Day 3

Seperti biasa, aku mengawali aktivitas hariku dengan bergowes ria. Rute yang kupilih di hari ke-3 ini adalah Dieng-Bawang PP dimana jaraknya hanya sekitaran 35km PP. Tadinya hendak mengamil rute yang nge-loop melewati Bawang, namun karena takut nantinya terlalu lama kupikir akan lebih bijak jika aku mengambil rute pendek sehingga waktu berlibur bersama keluargaku bisa lebih lama.

Rute Dieng-Bawang ini cukup menarik karena melewati Tol Kahyangan, yang merupakan salah satu destinasi wisata di Dieng. Tol Kahyangan ini bukan jalan tol ya, tetapi jalanan cor yang kiri kanannya adalah lembah, jadi pemandangannya jelas oke banget. Namun demikian rute kesini cukup menantang, entah ya bawa mobil kesini aku juga mungkin mikir-mikir karena jalanannya cukup sempit dan ada jurangnya pula.


Tol Kahyangan Dieng

Dari Tol Kahyangan menuju Bawang, jalanannya langsung menurun tajam. Sayangnya jalanan turunnya ini tidak terlalu mulus cornya, jadi gowes kesini ngeri-ngeri sedap ketika turunnya, takut bablas. Rute ini juga sangat sepi, kurasa dengan jalanan yang sempit dan curam seperti ini tidak akan terlalu banyak kendaraan yang lewat. Di beberapa titik kulihat ada pos-pos dimana ada orang, yang kurasa adalah penduduk lokal. Mereka siap membantu mengarahkan jalan jika ada mobil yang lewat, terutama dari arah Bawang menuju Dieng.

PR paling berat tentunya adalah rute pulang dari Bawang menuju Dieng. Nanjaknya nggak abis-abis. Gradien 15% sampai 20%++ sudah tidak aneh, jika dapat gradien dibawah 15% aja hitungannya bisa recovery. Rute tanjakan ini mungkin tak akan pernah aku lupakan, saking beratnya. Beberapa kali aku harus berhenti untuk beristirahat. Mau lanjut pun PR lagi karena tanjakannya lumayan curam, agak susah mencari momentum memasang cleat di sepatuku. Bahkan chainring 48-32T yang kupakai tidak berdaya menghadapi tanjakan perih di rute ini.

Akhirnya aku sampai di penginapan hampir jam 10 pagi. Sekali lagi aku meng-underestimate rute yang kupilih. Jarak sejauh 37km ini kutempuh dalam waktu kurang lebih 3.5 jam. Luar biasa.

air terjun Sikarim

Di hari ke-3 ini kami memutuskan untuk menyewa jeep untuk mengunjungi beberapa spot wisata yang lokasinya agak jauh. Selain agak jauh, jalanan menuju ke spot ini juga agak ngeri-ngeri sedap jika menggunakan kendaraan pribadi karena harus melalui turunan yang lumayan curam. Di Dieng, banyak tempat penyewaan jeep. Bisa dikatakan, di hampir semua lokasi wisata yang berada di sekitaran penginapan pasti ada penyewaan jeep. Namun demikian untuk range harganya mungkin berbeda-beda.

Destinasi pertama kami adalah Air Terjun Sikarim. Untuk menuju ke lokasi ini, kami melewati Desa Sembungan, yang berdasarkan klaimnya merupakan desa tertinggi di pulau Jawa. Dari sini kami menuruni bukit. Jalanannya berkelok-kelok dan turunannya sangat curam. Rem blong bisa masuk ke jurang. Berdasarkan informasi dari driver jeep yang kami sewa, biasanya kendaraan seperti mobil lewat sini hanya untuk turun. Untuk rute sebaliknya jika kendaraannya bukan 4x4 bakalan susah. Air Terjun Sikarim ini bisa dibilang berada di tengah-tengah elevasinya, jadi belum turun terlalu jauh dari Desa Sembungan. Namun demikian menggunakan kendaraan dari arah bawah masih aman kalau mau ke lokasi air terjun, hanya saja jika ingin diteruskan ke Desa Sembungan baru deh ngeri-ngeri sedap.

Air Terjun Sikarim ini lokasinya tidak terlalu jauh dari pintu masuk, berjalan kaki sebentar sudah sampai di kaki air terjunnya. Kami tidak berlama-lama disini, setelah selesai berfoto ria, kami melanjutkan perjalanan kembali menuruni dataran tinggi Dieng, menuju destinasi kami berikutnya: Telaga Menjer.

Telaga Menjer

Telaga Menjer memiliki luas 70 hektar, dan berada di ketinggian 1300 mdpl. Berdasarkan informasi yang kudapat, telaga ini terbentuk dari letusan gunung berapi di masa lalu. Info dari driver jeep kami telaga ini sangat dalam, hingga walaupun air dari telaga ini dipakai untuk pembangkit listrik, airnya tidak habis-habis. Walaupun tidak ada sungai yang bermuara di telaga ini, sepertinya banyak mata air di sekitaran lokasi telaga.

Kami juga tidak berlama-lama disini, hanya berfoto ria di pinggir telaga. Sebenarnya ada perahu yang bisa kami sewa, namun karena perahunya baru jalan jika sudah penuh dan kami perlu menunggu pengunjung lain terlebih dahulu, kami mengurungkan niat.

pemandangan Telaga Menjer dari Kahyangan Skyline

Dari Telaga Menjer kami menuju Kahyangan Skyline yang lokasinya berada di bukit di atas Telaga Menjer. Sayangnya jalanan menuju ke lokasinya agak-agak jauh dari jalanan utama, dan jalanannya pun batu makadam. Memang sudah paling tepat menyewa jeep kalau mau kesini. Pemandangan di Kahyangan Skyline ini menurutku oke banget, dari sini kami bisa melihat Telaga Menjer yang berada di kaki bukit dan juga Gunung Sindoro. Namun, sayangnya pada hari itu cuaca sedang mendung, berfoto di spot yang sudah disediakan efeknya jadi backlight. Gunung Sindoro nya pun tertutup awan. Mungkin jika mengambil waktu pagi atau sunrise sepertinya oke banget.

Selesai dari Telaga Menjer, kami melanjutkan perjalanan ke Kebun Teh Panama. Tadinya ekspektasi kami sih ke Kebun Teh Tambi, namun karena ternyata perjalanannya cukup memakan waktu karena rutenya jadi sedikit memutar, kami memutuskan untuk ke Kebun Teh Panama saja.

kebun teh Panama

Nah di Kebun Teh Panama ini, kami sedikit berlama-lama. Disini sebenarnya hanya ada kebun teh saja sih. Namun demikian disediakan jembatan kayu yang memutari tempat wisatanya. Karena area wisatanya cukup luas, jadi kami berjalan-jalan dan banyak berfoto-foto disini.

mie ongklok + sate
Rencana awalnya, setelah daari Kebun Teh Panama kami akan menuju Batu Angkruk dimana disini seharusnya kami bisa melihat Gunung Sindoro dan Sumbing dengan view lembah. Namun di tengah perjalanan menuju Batu Angkruk hujan turun, cukup deras pula. Dan berhubung hari itu sudah terlalu sore, kami putuskan untuk tidak memaksakan ke Batu Angkruk dan langsung kembali saja ke Dieng. Begitu memasuki dataran tinggi Dieng, hujannya hilang. Memang seperti itu informasi dari driver jeep kami, di Dieng nya sendiri relatif jarang hujan.

Malam harinya, kami makan diluar, mencoba makanan khas Dieng: Mie Ongklok. Well, sejujurnya aku tidak terlalu suka. Agak-agak aneh sih rasanya, gimana gitu makan mie pakai sate. Mungkin memang belum terbiasa saja kali ya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar