|
suhu nya 6° C |
Hari ke-2 kuawali dengan gowes PP ke arah Kajen. Karena jarak Dieng-Kajen cukup jauh, kurang lebih 70-80km, aku putuskan untuk mencari rute yang kira-kira PP bisa dapat fondo 100km, jadi hanya sampai sekitaran Pagilaran.
Start gowes sekitar jam 6 pagi, suhu udara diluar sangat dingin menurut ukuranku, 6 derajat
celcius. Dengan cuaca seperti ini, gowes sebentar saja rasanya berat di paru-paru, mungkin karena tidak terbiasa menghirup udara yang begitu dingin. Namun karena rute yang kuambil menuruni dataran tinggi, jadi kupikir semakin jauh aku dari Dieng seharusnya suhunya semakin naik.
Rute menuju Pagilaran sangat indah. Pagi itu cuaca sangat cerah, tidak ada awan. Jalanan juga relatif mulus dan sepi, sehingga ketika menuruni Dieng tidak perlu banyak mengerem. Namun demikian dari Dieng menuju Pagilaran tidak melulu turun, bisa dikatakan walaupun relatif turun, tapi banyak segmen rolling. Dan ketika mendekati Pagilaran, malah menanjak, jadi seolah di tengah-tengah itu ada lembah.
|
langit di Dieng-Pagilaran yang cerah |
|
rute gowes Day-2 |
Sejujurnya aku agak terlalu meng-underestimate rute yang kupilih ini, dengan jarak 100km kupikir akan bisa kuselesaikan dalam waktu 5 jam lah mentok-mentoknya. Ternyata malah 5 jam lewat. Rute pulangnya jelas menanjak dan beberapa tanjakannya lumayan menguras tenaga, sampai ada tanjakan yang aku mesti berhenti di tengah-tengah karena kaki sudah tak kuat mengayuh. Akhirnya aku sampai kembali ke penginapan sekitar jam 12 lewat, meleset cukup jauh dari target awalku.
Setelah istirahat sebentar dan makan siang, kami sekeluarga menuju Candi Bima yang kebetulan lokasinya tak jauh dari penginapan, sekitar 500m saja. Karena lokasinya yang berada di pinggir jalan, dan memang hanya ada 1 candi saja disitu, jadi lokasi candi ini terbuka. Pengunjung bebas untuk masuk ke area candi tanpa perlu membayar tiket masuk. Disini kami hanya berfoto-foto saja.
|
candi Bima |
Destinasi kami berikutnya adalah Kawah Sikidang, yang lokasinya juga tak jauh dari Candi Bima, kurang lebih 1 km. Kawah Sikidang ini tampaknya menjadi salah satu destinasi wisata favorit di Dieng. Ketika kami sampai kesana, tempat wisata ini cukup ramai dipadati oleh pengunjung, padahal waktu itu sudah sore, sudah jam 3 lewat. Karena ketika kami kesini sudah sore, jadi nggak banyak yang kami explore, hanya berjalan mengikuti jembatan kayu yang dibangun mengelilingi area kawah. Berdasarkan informasi yang kudapat, di area wisata ini ada tempat hiburan lain seperti ATV, motorcross, dll.
Yang sedikit mengesalkan adalah setelah selesai mengitari area kawah dan hendak keluar, pengunjung harus melewati area kios-kios yang menjajakan oleh-oleh dan pernak-pernik khas Dieng. Area oleh-oleh ini sangat panjang menurutku dan jalurnya dibuat mengular. Sehingga dari ujung jembatan kayu hingga pintu keluar bisa memakan waktu 20-30 menit sendiri. Mungkin niatnya sih bagus ya, untuk memajukan ekonomi lokal, tetapi ya nggak sampai dipaksa 30 menit juga harusnya.
|
kawah Sikidang |
Setelah selesai mengunjungi Kawah Sikidang, kami menuju kawasan Candi Arjuna, yang lokasinya berada lebih dekat dengan pusat kota. Agak sedikit buru-buru karena ketika sampai di lokasinya, jam sudah menunjukkan pukul 4 lewat. Loketnya saja sebenarnya sudah mau ditutup, namun pada akhirnya kami masih bisa masuk karena ketika di Kawah Sikidang kami membeli tiket terusan yang bisa digunakan juga untuk memasuki area Candi Arjuna.
|
candi Arjuna |
Kami tidak bisa berlama-lama disini karena tak lama setelah kami berfoto-foto di area candi, ada pengumuman dari petugas kalau area wisatnya akan segera ditutup. Beruntung jalan keluar area Candi Arjuna ini tidak seperti Kawah Sikidang. Tidak perlu berjalan jauh dulu untuk sampai pintu keluar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar