Aku putuskan untuk mengambil cuti selama 3 hari, dari Jumat sampai hari Selasa di minggu depannya. Hari Jumat sampai di Yogya, dan hari Senin pulang kembali ke Jakarta. Sementara hari Selasa untuk jaga-jaga jika kecapaian di jalan. Anak-anak juga ijin dari sekolahya. Kebetulan baru masuk 1 minggu, jadi nggak apa-apa lah. Toh liburan keluar kota seperti ini juga jarang-jarang.
Pada awalnya, aku berencana untuk menginap di Hotel Grand Ambarrukmo, jadi mengambil paket TdA yang termasuk menginap disana. Namun sepertinya istriku nggak terlalu cocok dengan suasana hotelnya, padahal sih aku rasanya dulu pernah menginap disini nyaman-nyaman saja. Pada akhirnya sih kami putuskan untuk menginap di Hotel Tentrem walaupun rate nya lebih mahal daripada Royal Ambarrukmo. Dan berdasarkan review dari internet, pelayanannya sangat memuaskan. Selain itu kemungkinan besar acara gowes TdA nya akan berlangsung sampai sore hari, jadi sebisa mungkin hotel pilihan kami memungkinkan istri dan anak-anakku bisa nyaman di hotel tanpa perlu kemana-mana dari pagi sampai sore. Dan berhubung Hotel Tentrem ini di brosurnya memiliki fasilitas Kids Playground yang tampaknya oke, jadilah kami putuskan untuk menginap disini.
Perjalanan Berangkat
Kami sekeluarga berangkat hari Jumat pukul 1 malam. Dan setelah sebelumnya bertanya-tanya ke teman-temanku yang pernah menyetir ke Jogja, aku putuskan untuk melewati jalur Purwokerto. Jadi rutenya melalui tol Cikampek - Cipali dan keluar di pintu tol Pejagan menuju Yogyakarta melalui Purwokerto dan Kebumen. Sampai di tujuan sekitar pukul 15:00 setelah sebelumnya beberapa kali berhenti untuk sarapan, beristirahat, dan sholat Jumat.
Rute setelah melalui pintu tol Pejagan ini aku serahkan ke Google Maps, yang sejauh ini sih rutenya memang paling cepat dan estimasi waktunya juga akurat. Hanya saja apesnya ketika melewati Purwokerto, barengan dengan jadwal anak sekolahan dan orang berangkat kerja, jadi di agak melambat di beberapa titik.
Kolam renang Hotel Tentrem |
Sesampainya di Yogyakarta, kami langsung menuju hotel Tentrem untuk check in. Well, memang bener sih ini hotelnya sangat recommended. Walaupun lahan hotelnya sangat terbatas, namun kamarnya luas. Kami kebagian kamar yang menghadap ke arah jalan raya. Pelayanan hotelnya pun oke, dan tarif yang kami bayar sudah mencakup free minibar sampai kami checkout serta free internet dan WiFi selama berada di area hotel.
Menurutku yang agak-agak berbeda, minuman panas yang tersedia adalah kopi jahe sachet dan jamu kunyit asem. Diluar ekspektasi sih, namun aku mengharapkan ada opsi kopi hitam walaupun itu kopi sachetan juga. Tahu begini aku nyetok dari rumah. 😓
Lokasi hotel ini juga lumayan strategis, walaupun jaraknya lumayan jauh ke titik start acara TdA yang diadakan di hotel Royal Ambarrukmo. Di seberang hotel ada deretan warung-warung makan kalau mau skalian menjajal kuliner Yogyakarta. Kalau males keluar ya paling tinggal di gojek-in aja. Apalagi kota ini sedikit diluar ekspektasiku juga. Banyak sekali lampu merah di dalam kota dan jalan yang searah. Kalau bawa mobil dan nggak tahu jalan bisa-bisa malah muter-muter atau kejebak macet.
Fasilitas Kids Playground |
Sayangnya, walaupun kami berada Yogyakarta selama 4 hari, tidak terlalu banyak makanan khas sana yang kami jajal. Selain waktu kami terbatas, ada rasa malas juga untuk pergi kemana-mana karena alasan macet dan repot mesti nyari-nyari rute. Wisata kuliner yang kami jajal hanyalah Gudeg Yu Jum yang konon banyak direkomendasikan oleh teman-teman istriku dan Bakmi Jawa Mbah Gito.
Gudeg Yu Jum nya sendiri kami nggak makan di tempat. Cukup pesan via Gojek, makanan langsung diantar. Nggak perlu ribet-ribet keluar hotel. Toh urusan rasa pasti nya sama aja ya. Bukan tipikal makanan yang mesti dinikmati ketika masih panas.
Sementara itu untuk Bakmi Jawa Mbah Gito, kami kunjungi karena rekomendasi temanku. Well.. akhirnya aku bela-belain datang kesini setelah seharian mengunjungi kerabat istriku yang tinggal di Solo. Dan ternyata tempatnya rame bener. Perutku yang sudah keroncongan ini masih harus menunggu 1 jam hingga bakmi jawa pesananku diantar. Porsinya juga kurang bersahabat alias kurang mengenyangkan. Mau nambah lagi mikir-mikir karena artinya mesti nunggu 1 jam lagi.
Bakmi Jawa Mbah Gito |
Bakmi Jawa Mbah Gito ini menurutku dari sisi rasa lumayan lah. Walaupun dari segi rasa cukup oke, namun menurutku Bakmi Jawa Mbah Marso langgananku di Jatiasih masih jauh lebih enak. Dan dari harganya masih 11-12, yang artinya untuk ukuran Yogyakarta harga bakmi ini relatif lebih mahal. Untuk perut yang sedang keroncongan, aku sarankan untuk pesan dua porsi saja sekaligus daripada menyesal kemudian.
Belakangan aku baru tahu dari temanku yang memang sudah lama tinggal di Yogyakarta, ada lagi Bakmi Jawa lain yang katanya lebih lezat. Okeh, mungkin di kunjungan berikutnya akan aku sempatkan kesana.
Selama kunjunganku di Yogyakarta, minuman favoritku adalah wedang uwuh (sampah). Dimana ada opsi minuman ini aku akan memesannya. Minumannya berwarna merah, namun bukan dari pewarna buatan melainkan dari daun serta bahan-bahan lain yang dikeringkan. Komposisi utama yang bisa dengan jelas aku rasakan adalah jahe dan cengkeh. Sayang saja sih walaupun penyajiannya sepertinya sederhana, minuman seperti ini belum pernah aku temui di Jakarta. Dari sisi rasa memang nggak jauh dari wedang jahe, namun wedang uwuh lebih kaya rasa karena rempahnya lebih beragam.
Pantai Baron & Puncak Taman Buah Mangunan
Pantai Baron, dengan latar mercusuar |
Setelah browsing sana-sini, kami putuskan untuk ke Pantai Baron yang lokasinya kurang lebih 60km dari Yogyakarta. Walaupun lokasinya cukup jauh, namun akses menuju kesana tidaklah terlalu sulit. Jalanannya aspal mulus, mungkin hanya di 5 km terakhir saja yang jalanannya agak kasar, tapi tidak rusak. Aku salut dengan pemerintah daerahnya, pembangunan dan infrastruktur hingga ke pelosok yang jauh dari ibu kota Yogyakartanya sendiri sangat diperhatikan.
Kami sampai di Pantai Baron sekitar pukul 10. Dari tempat parkir langsung berjalan kaki menuju pantai yang lokasinya sekitaran 200m. Ternyata pantainya tidak terlalu ramai, mungkin karena kami berkunjung bukan pada hari libur. Pantainya sendiri berada di teluk, sehingga ombaknya tidak terlalu besar. Disini pengunjung bisa berenang di pantai walaupun ada peringatan dilarang mandi dan berenang di area tersebut. Mungkin maksudnya jangan terlalu ke tengah kali yah. Karena di beberapa titik lautnya cukup dalam dan tidak landai walaupun jaraknya sangat dengan bibir pantai.
anak-anak bermain di pantai |
Walaupun pada hari itu, cuacanya sangat cerah dan tidak berawan, namun menurutku tidak terlalu panas dan gerah. Pengunjung bisa menyewa payung besar untuk berteduh seharga Rp20 ribu dan bisa dinikmati sepuasnya hingga pulang. Aku dan istriku bisa berteduh sambil mengawasi anak-anak berenang.
Tak jauh dari pantai, ada mercusuar yang lokasinya berada di bukit dan bisa diakses dengan berjalan kaki. Sayangnya aku nggak sempat melihat-lihat ke mercusuar ini. Sepertinya pemandangan pantainya akan lebih indah jika bisa dilihat dari atas.
Kebun Buah Mangunan |
Tempat wisatanya sendiri menurutku cukup oke, cocok bagi orang-orang yang menyukai alam dan tidak terlalu senang dengan keramaian. Sayangnya kami tiba ketika hari masih panas dan tidak ada awan pula. Berdasarkan foto-foto yang aku dapatkan di internet, pengunjung bisa mengambil foto dengan latar belakang awan-awan yang posisinya lebih rendah daripada lokasi wisata ini. Mungkin datangnya mesti pagi-pagi buta kali yah, selain pemandangannya oke, bisa sekalian menikmati matahari terbit. Di satu sisi yang lain, pengunjung juga bisa melihat keindahan matahari tenggelam. Sayang saja kami tidak memiliki cukup waktu untuk menunggu sampai matahari tenggelam.
Sepulang dari Taman Buah Mangunan, kami langsung menuju Yogyakarta dan melanjutkan perjalanan pulang menuju Jakarta. Untuk rute pulang ini kami mengambil rute yang berbeda, sesuai dengan rute yang ditunjukkan oleh Google Maps. Kami tidak lagi melalui Purwokerto, tetapi melalui Purbalingga dan masuk tol dari Tegal.
Tampaknya rute yang kami ambil bukanlah rute utama yang dilalui oleh banyak kendaraan. Lebih mirip jalur alternatif dan jalur potong. Kami melalui rute ke arah Waduk Sempor dan terus ke utara melalui Purbalingga hingga ke Tegal. Sepanjang rute ini, jalurnya relatif sepi. Di beberapa ruas bahkan tidak ada lampu penerangan, bahkan tidak ada rumah penduduk di sebelah kanan dan kiri jalan. Jalanannya benar-benar gelap gulita. Kendaraan yang searah maupun dari arah berlawanan pun tidak ada. Kendaraan pribadi dan bus tidak ada yang lewat, paling sepeda motor dan kendaraan pengangkut barang yang lewat. Ngeri juga sih kalau sampai di begal di tengah jalan. Beruntung jalanannya relatif aman dan alhamdulillah tidak ada kejadian aneh-aneh.
Namun demikian, rute ini tidak semulus rute ketika berangkat yang cenderung lurus dan tidak berbelok-belok. Karena melalui beberapa pegunungan, banyak ditemui tanjakan dan turunan yang curam dan dikombinasikan dengan tikungan tajam. Tahu seperti ini, ketika berangkat aku akan mengambil rute ini, walaupun naik turun tetapi jalurnya relatif lebih sepi dan lancar.
Akhirnya sih perjalanan pulang memakan waktu lebih lama dibandingkan dengan ketika berangkat. Sempat berhenti beberapa kali untuk istirahat dan makan. Dan sebelum memasuki kota Tegal aku sudah nggak kuat karena sudah terlalu lelah menyetir sejak pagi. Akhirnya aku berhenti di pom bensin terdekat dan tidur.
Sedikit salah perhitungan karena masuk Bekasi sudah cukup siang. Terpaksa lah terkena macet di tol. Dari Bekasi sampai rumah memakan waktu kurang lebih 2 jam ðŸ˜ðŸ˜. Akhirnya sampai rumah jam 9 pagi dan setelah itu aku langsung hibernasi 😬.Sedikit salah perhitungan karena masuk Bekasi sudah cukup siang. Terpaksa lah terkena macet di tol. Dari Bekasi sampai rumah memakan waktu kurang lebih 2 jam ðŸ˜ðŸ˜. Akhirnya sampai rumah jam 9 pagi dan setelah itu aku langsung hibernasi 😬.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar