Registrasi
Ada 5 paket yang ditawarkan: 1 paket basic (jersey, race pack, dll), dan 4 paket sisanya termasuk menginap di hotel Grand Ambarrukmo ⭐️⭐️⭐️⭐️ (yang infonya sih baru dibuka barengan dengan event ini) atau Royal Ambarrukmo ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️. Aku memilih paket basic dan menginap di hotel lain, dan berhubung mendaftar sebelum bulan Juni, dapat potongan diskon sebesar 15%.
Ada sedikit pengalaman yang kurang menyenangkan ketika registrasi. Registrasi online melalui web bermasalah, sehingga aku memutuskan untuk menghubungi contact person yang ada di website nya. Namun setelah membayar biaya registrasi, email informasi terkait dengan pendaftarannya tak kunjung dikirim. Dan akhirnya baru dikirimkan 2 minggu sebelum event. Entah apakah sistemnya memang bermasalah ataukah panitianya yang mungkin terlalu meng-underestimate dan kewalahan dalam menangani peserta yang mendaftar. Pada intinya sih, seharusnya hal-hal seperti ini bisa diantisipasi di awal. Dan kuharap di event-event berikutnya kejadian seperti ini tidak terulang kembali.
Race kit TdA 2017 |
Aku mengambil race kit sehari sebelumnya. Paketannya ternyata lumayan komplit. Selain jersey dan perlengkapan standar untuk acaranya, peserta mendapat tas Dagadu kecil dan juga sekotak bakpia dari Bakpiaku. Tampaknya cukup banyak juga yang mensponsori acara ini selain dari Grup Ambarrukmo itu sendiri.
Event Tour de Ambarrukmo ini diikuti oleh kurang lebih 700an peserta. Dengan titik start dari pelataran hotel Royal Ambarrukmo, acaranya dimulai pukul 05:30.
Pitstop 1
Pitstop 1 |
Pitstop 2
Pitstop 2 berada di Pantai Parangtritis. Jarak tempuh dari Pitstop 1 kurang lebih 39km dan ditempuh dalam waktu kurang lebih 1 jam 20 menit. Tidak seperti rute Pitstop 1 sebelumnya yang menyusuri jalan raya utama, rute menuju Pitstop 2 melalui jalanan aspal yang lebih sempit. Namun walaupun demikian, jalanannya tergolong mulus. Di rute ini rombongan goweser masih mengikuti peloton utama, namun menurutku Road Captain (RC) nya agak-agak sadis disini, di beberapa ruas mereka cukup ngebut dengan kecepatan sekitar 32-35kph. Belakangan baru tahu kalau RC untuk event ini adalah atlet-atlet nasional. Gatel kali yah ngeliat jalanan kosong dan mulus, maunya ngebut terus. ðŸ˜
Pitstop 2 |
Salah satu hiburan akal-akalan panitia |
Akal-akalan panitia yang lain, kukira beneran atlet putri yang sedang latihan untuk Asian Games |
Pitstop 3 berada di Griya Kupu Panggang. Jarak dari Pitstop 2 kurang lebih 20 km. Di rute antara Pitstop 2 dan Pitstop 3 ini ada segmen KOM & QOM dimana para peserta pria, wanita, maupun kelas atlet bisa mengikuti KOM & QOM ini untuk dihitung waktu tercepatnya. Karena segmen antara Pitstop 2 dan Pitstop 3 ini didominasi oleh tanjakan dan turunan, para peserta mulai terpecah-pecah disini, tidak seperti segmen sebelumnya dimana hanya ada 1 rombongan peloton utama.
Segmen KOM & QOM, segmen TTB |
Tanjakannya ternyata lumayan sadis. Tak jauh dari Pitstop 2, para peserta langsung disuguhkan tanjakan curam sepanjang 4km dengan rata-rata grade 9%. Aku jalan belakangan, dan sepanjang tanjakan kulihat banyak yang berhenti maupun TTB (tuntun bike). Banyak yang bilang tanjakannya lebih parah daripada Bromo 100K. Memang benar sih, Bromo 100K walaupun tanjakannya panjang, namun grade nya lebih bersahabat sehingga bisa diatur pace nya. Sementara tanjakan Parangtritis ini menurutku cukup curam, dan ada ruas yang grade nya konon sampai 16% an.
Titik finish segmen KOM & QOM ada di puncak tanjakan. Dari sisi peserta dipersilakan jika mau duluan menuju Pitstop 3, karena memang tidak memungkinkan jika harus menunggu semua peserta melewati segmen ini baru jalan bareng-bareng lagi. Aku memutuskan untuk jalan duluan agar bisa segera beristirahat di Pitstop 3.
Ternyata sisa rute dari segmen KOM & QOM hingga Pitstop 3 dipenuhi oleh tanjakan dan turunan yang tiada akhir. Salah strategi juga sih karena di segmen KOM & QOM, aku lumayan habis-habisan disini dengan harapan setelah segmen ini jalurnya lebih bersahabat. Ternyata sisaan rutenya rolling semua. Terasa sangat melelahkan, dan menurutku lebih menantang daripada segmen tanjakan KOM & QOM sebelumnya. Setiap tanjakan aku berharap ini adalah tanjakan terakhir, eh ternyata ada turunannya yang berarti di depan masih ada tanjakan lain yang menunggu untuk dilibas.
Untuk melibas rute Pitstop 3 ke Pitstop 4 khususnya segmen KOM & QOM kusarankan menggunakan crank compact 34-50T. Sementara untuk sprocket minimal 11-28T lah. Crank 36-52Tnggak disarankan kecuali ya sprocket belakangnya minimal 11-32T. Jangan sesekali menggunakan crank race 39-53T keatas kecuali memang atlet kali yah. Ada rekanku yang menjajal crank 39-53T, dan di tanjakan sepedanya tidak bisa bergerak alias berhenti 🤣🤣. Di acara TdA ini, aku menggunakan crank compact dan sprocket 11-28T alhamdulillah masih bisa melibas tanjakannya tanpa berhenti dan TTB.
Pitstop 4
Pitstop 4 |
Segmen menuju Pitstop 4 diawali dengan turunan yang cukup tajam. Setajam tanjakan di segmen KOM & QOM sebelumnya. Lumayan ngeri, dan peserta harus hati-hati disini karena jalanannya tidak ditutup sepenuhnya, jadi ada kemungkinan untuk berpapasan dengan kendaraan dari arah berlawanan yang akan naik.
Setelah itu rute sepanjang kurang lebih 37km didominasi oleh jalur yang cenderung flat. Secara overall, rutenya didominasi oleh jalanan aspal yang mulus. Walaupun ada sebagian ruas yang aspalnya agak kasar. Karena jalanannya flat, rutenya cenderung membosankan terlebih lagi peserta sudah terpecah-pecah dan terbagi ke dalam rombongan-rombongan kecil. Beruntung disini ada yang berinisiatif untuk membuat peloton. Lumayan lah menghemat waktu dan energi.
Namun sayangnya peloton yang aku ikuti termasuk peloton ekspress, dengan kecepatan rata-rata sekitar 33-36kph, tenagaku cepat terkuras habis. Salahnya lagi ketika istirahat di Pitstop 3 aku nggak makan berat, hanya minum saja. Alhasil 10 km menjelang titik Pitstop 4 aku sudah tidak bisa mengikuti peloton dan tiba-tiba aku merasa lemas dan tidak bertenaga. Tanda-tanda bonkedsudah terasa. Dan benar saja, tak lama kemudian mempertahankan speed di 24kph saja terasa sangat berat. Mau berhenti dulu melipir ke warung juga males karena nanggung. Fiuh.. pelajaran nih agar disiplin untuk segera mengisi energi setelah melewati rute yang menguras tenaga.
Sesampainya di Pitstop 4, aku langsung kalap mencari makanan. Nggak terasa 2 lemper dan 2 arem-arem langsung kumakan. Di titik ini, makanan dan minumannya tidak terlalu beragam, yang penting sih ada makanan berat agar bisa menggantikan energi yang sudah hilang.
Finish
Finish |
Akhirnya aku tiba di titik Finish, pelataran hotel Royal Ambarrukmo sekitar jam 2 kurang. Para peserta yang sudah finish dapat mengambil sertifikat dan medali. Serta berfoto-foto di photo spotyang disediakan. Makanan berat dan minuman juga sudah tersaji dan bisa dinikmati para peserta sambil menunggu pengumuman door prize dan pemenang segmen KOM & QOM.
Penutup
Event Tour de Ambarrukmo ini adalah event luar kota kedua yang aku ikuti setelah event Bromo 100K yang diadakan oleh Jawa Pos. Menurutku acara TdA 2017 kemarin terbilang sukses dan acaranya berlangsung sangat baik. Tahun depan sepertinya aku berencana untuk ikut lagi jika eventini diadakan kembali, dan berharap sih rute yang diambil bisa berbeda. Menyusuri jalanan aspal mulus ke daerah pinggiran yang sepi menurutku adalah pengalaman yang tak terlupakan. Apalagi jika pemandangannya bagus, tambah betah gowes berlama-lama.
Menurutku ada beberapa hal yang bisa diperbaiki untuk event kedepannya:
- Perbaikan mekanisme registrasi, jadi biar pesertanya juga nggak merasa di PHP in.
- Pengawalan dan penjagaan lalu lintas selama event berlangsung. Ada beberapa ruas yang menurutku kurang dijaga, khususnya di segmen tanjakan dan turunan. Seharusnya di segmen tersebut jalurnya steril untuk meminimalisir resiko. Cukup ngeri juga ketika sedang lelah di tanjakan tiba-tiba ada mobil yang melaju turun dari arah berlawanan.
- Jarak tempuh total sekitar 155km, berbeda dengan informasi resmi 148km.
- Activity Strava dan rute Tour de Ambarrukmo 2017 bisa dilihat disini
- Gambaran elevasi
Bantennya mana ni mas, siapa tau bs brangkat bareng kalo ada event lagi hehe
BalasHapus