Kamis, November 23, 2023

Catatan Liburan ke Ambarawa & Dieng

Setelah tertunda entah berapa lama, akhirnya aku sekeluarga berkesempatan untuk liburan ke Dieng. Dieng menjadi salah satu wishlist destinasi yang ingin kami kunjungi sejak beberapa tahun ke belakang, dan akhirnya baru bisa tereksekusi di akhir bulan Juni lalu bertepatan dengan waktu liburan sekolah anak-anak. Berdasarkan informasi yang kami dapatkan di internet, banyak spot wisata yang bisa kami kunjungi di Dieng. Selain itu, aku juga berencana untuk mencoba beberapa rute tanjakan di daerah sekitaran Dieng. Dengan pertimbangan ini pada akhirnya, kami memutuskan untuk mengambil waktu liburan agak lama, yaitu selama 4 hari. Seandainya bukan karena rencana untuk mengikuti RUPS nya Samudera Indonesia di tanggal 28 Juni, mungkin akan ku-extend liburanku hingga waktu Idul Adha.

Hari ke-1
Destinasi kami di hari pertama adalah mengunjungi Fort Willem I dan Candi Gedong Songo yang keduanya ada di Ambarawa. Kami tiba di Fort Willem I di hari Sabtu jam 9 pagi, pas banget dengan jam bukanya. Untuk menuju kesini, jalanannya agak sedikit membingungkan. Bahkan dengan menggunakan Google Maps pun bisa nyasar karena diarahkan untuk melewati jalanan perumahan. Setelah melihat petanya baik-baik akhirnya bisa sampai juga ke lokasi.


Fort Willem I

Untuk masuk kesini, kami dikenai biaya Rp 5000 per orang, dan tanpa tiket. Entah ya, ini resmi apa nggak, tapi dengan harga segini harusnya sih nggak perlu banyak komplain. Ibu yang menjadi petugas loket juga mengingatkan agar jangan menggunakan drone disini yang belakangan aku baru sadar kalau Fort Willem I ini berdempetan dengan area Lapas Ambarawa.

Kami kurang lebih 1 jam berada disini, mencoba mengeksplorasi area benteng. Sisa-sisa peninggalan bentengnya ini memang oke untuk foto-foto. Beruntung cuaca pada saat itu sangat cerah, tidak ada mendung sama sekali. Sayangnya sih ini bentengnya tampak tidak terlalu terawat. Banyak bagian benteng yang tampaknya dibiarkan begitu saja, seolah untuk memberikan kesan “kuno” dan vintage.

Destinasi kami berikutnya adalah Candi Gedong Songo. Kebetulan istriku cukup tertarik dengan wisata-wisata mengunjungi tempat-tempat bersejarah, jadilah spot ini kami pilih. Well.. sejujurnya kami tidak melakukan riset terlebih dahulu terkait dengan destinasi kami yang kedua ini. Karena kebetulan istriku senang dan tertarik dengan lokasi wisata yang bersejarah semacam Candi, jadilah spot ini kami pilih, tanpa mengetahui seberapa jauh jarak spot ini dari Ambarawa dan seperti apa di dalamnya.

Perjalanan dari Fort Willem I ke Candi Gedong Songo ditempuh dalam waktu kurang lebih 30 menit, dan yang tidak terbayangkan adalah situs candi ini terletak di kaki gunung. Jadi untuk kesana kami melalui jalanan yang menanjak. Jalannya bagus sih, tetapi ketika berbelok untuk memasuki kawasan Candi, tanjakannya lumayan curam. Setelah kami sampai di lokasi wisatanya, kami baru sadar bahwa jalanan yang kami lewati ini mentok di kawasan Candi, seolah-olah 2-3 km jalanan yang terakhir kami lewati dibuat hanya untuk mengakses situs candi.

Harga tiket untuk memasuki kawasan Candi adalah Rp 15.000 per orang, diluar tiket parkir kendaraan Rp 5.000. Setelah memasuki tempat wisatanya, kami baru menyadari kalau Candi Gedong Songo ini terdiri dari 9 candi sesuai dengan namanya (songo = 9), dan lokasinya tersebar. Untuk mengunjungi semua candi, pengunjung perlu effort lebih, berjalan kaki cukup jauh. Masing-masing candi lokasinya tidak selalu berdekatan. Candi pertama yang kebetulan berada di dekat pintu masuk, bisa dibilang lokasinya di paling bawah, yang artinya untuk mengunjungi semua candi, selain jaraknya cukup jauh, juga menanjak. Entah aku tidak menghitung jaraknya, tapi kuperkirakan kami berjalan kurang lebih 3-4 km dari mulai masuk hingga keluar. Jika tidak ingin berjalan kaki, ada opsi lain yaitu menyewa kuda, bisa menghemat waktu dan tenaga. Aku dan istriku memutuskan untuk berjalan kaki, karena ingin lebih menikmati suasana kompleks candi yang berada di kaki gunung dan juga tidak ingin terburu-buru oleh waktu. 




candi-candi di kawasan Candi Gedong Songo

Kami meninggalkan Candi Gedong Songo sekitar jam 3 sore menuju Dieng. Plan awalnya tidak sesore ini, namun karena memang sebelum kesini tidak melakukan riset terlebih dahulu terkait dengan lokasi dan detail tempat wisatanya, jadi kami sedikit salah perhitungan. Perjalanan menuju Dieng memakan waktu kurang lebih 2 jam. Menurut Google Maps, ada jalan pintas, jadi kami tidak turun lagi ke Ambarawa dan melewati jalanan utama ke arah Temanggung. Rute yang kami ambil melalui Jumo, Ngadirejo, Tambi, lalu ke Dieng. 

Jalanannya walaupun bukan jalur utama, tapi masih oke. Sebelum melewati Jumo seingatku jalanannya sedikit jelek, tapi masih oke lah. Setelah melewati Ngadirejo, jalanannya mulai menanjak. Mungkin perlu sedikit hati-hati disini, karena selain menanjak jalanannya juga relatif sempit dan banyak tikungan tajam. Ada banyak blind spot, jadi perlu berhati-hati juga dengan kendaraan dari arah sebaliknya. Namun demikian, perjalanan dari Ngadirejo menuju perkebunan teh Tambi memberikan pemandangan yang luar biasa indahnya. Walaupun pada saat itu cuacanya mendung, tetapi pemandangan Gunung di sisi sebelah kanan tidak terlupakan. Berharap suatu saat nanti aku diberi kesempatan untuk menjajal rute ini menggunakan sepeda, tentunya bisa lebih puas untuk menikmati pemandangannya.

 

Keluar dari Tambi, kami menuju Dieng melewati jalur utama Wonosobo - Dieng. Jalanan lebih lebar dan lebih ramai. Ketika kami melewati rute ini, ada beberapa ruas jalan yang sedang diperbaiki sehingga kendaraan mesti bergantian lewat dari arah sebaliknya. Sedikit macet, namun setelah melewati ruas jalan ini, jalanan kembali lancar hingga kami sampai ke tempat penginapan: Royal Cabin.

pemandangan dari belakang homestay

Homestay tempat kami menginap cukup oke, dengan harga yang tidak terlalu mahal, 1 juta/malam. Fasilitas yang kami dapatkan adalah: air panas untuk mandi, WiFi, air minum, dapur beserta peralatannya untuk memasak, TV, dan 3 tempat tidur. Teorinya sih bisa menampung 6 orang dewasa.

Setelah menurunkan barang-barang, aku langsung mengeluarkan sepedaku. Waktu itu sudah jam 5 sore, kurasa cukup untuk gowes sebentar ke area sekitar homestay. Aku putuskan untuk gowes ke arah desa Sembungan, yang konon Desa tertinggi di pulau Jawa dengan ketinggian 2463 mdpl. Hanya saja aku sedikit meragukan klaim ini sih, kalau aku lihat di Wahoo ku sih titik paling tinggi ada di 2146 mdpl. Entah mana yang benar. Gowesnya nggak jauh hanyak 13km, tapi perlu waktu tempuh sekitar 40 menit untuk PP.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar