Selasa, April 03, 2018

The Power of Power Meter

Sesuai dengan postingan sebelumnya mengenai berbagai macam sensor yang digunakan dalam bersepedapower meter merupakan salah satu sensor yang keberadaannya cukup penting, khususnya dalam sesi training. Harganya yang cukup mahal sempat membuatku berpikir dua kali untuk membelinya. Namun demikian sensor ini menjadi salah satu perangkat sepeda yang menurutku paling worth untuk dibeli di tahun 2017 lalu. Alih-alih meng-upgrade group set yang sudah direncanakan jauh-jauh sebelumnya, aku putuskan untuk membeli power meter, yang ternyata lebih memberikan manfaat.


Menahan keinginan untuk upgrade
Dulu, seringkali terpikir keinginan untuk mengupgrade part sepeda seperti groupsetwheelset, dan bahkan frame dengan harapan ini akan meningkatkan kecepatan dan performa terutama ketika gowes bersama goweser-goweser yang lain maupun sesi gowes nanjak. Namun demikian kecepatan dan performa ini tidak bisa diukur secara akurat karena kondisi setiap aktivitas bersepeda berbeda-beda, jadi komparasinya tidak bisa head-to-head. Jadilah digunakan persepsi, yang tentunya sangat dipengaruhi oleh subyektifitas. Dan pada akhirnya setelah meng-upgradebiasanya yang dirasakan gowes menjadi lebih bersemangat, dan merasa bahwa performanya meningkat padahal tak lebih dari euforia sesaat saja.

Nah, setelah memiliki power meter, usaha yang dikeluarkan selama aktivitas bersepeda menjadi lebih bisa diukur. Tak peduli dengan framegroupset, dan wheelset yang digunakan, daya yang dikeluarkan tetap sama. Upgrade part sepeda yang tepat hanya akan membuat daya yang dikeluarkan menjadi lebih efisien (misalnya resistensi yang lebih rendah) sehingga kecepatan bertambah walaupun daya yang dikeluarkan sama. Karena tujuanku memang bukan untuk menjadi pembalap yang segala sesuatunya harus seefisien mungkin untuk mencapai kecepatan yang setinggi-tingginya, segala macam upgrade tersebut menjadi kurang penting.

FTP Test & Power Chart
FTP atau Functional Treshold Power pada dasarnya adalah daya rata-rata maksimal yang bisa kita keluarkan dalam waktu 1 jam. Melalui power meter, nilai FTP tersebut bisa diukur dan digunakan sebagai acuan dalam sesi latihan/training. Peningkatan nilai FTP menunjukkan peningkatan performa, dan inilah keinginanku dari awal, bukan sekedar peningkatan kecepatan saja, tetapi juga meningkatkan kekuatan dengkulku.

Dulu aku senang melihat kecepatan bisa meningkat namun heart rate ku drop ketika gowes di dalam peloton. Setelah memiliki power meter, bisa diukur ketika dalam peloton, daya yang dikeluarkan juga jauh lebih kecil, sehingga dengan watt yang sama kecepatan yang didapat berbeda cukup signifikan jika dibandingkan dengan gowes sendirian. Sehingga disini aku melihat gowes di dalam peloton pada dasarnya hanya untuk social ride saja dan kurang efektif dalam meningkatkan performa. Tentunya ini hanya berlaku jika peloton yang kita ikuti memiliki kecepatan rata-rata yang sama atau lebih rendah dari kecepatan rata-rata yang bisa kita capai jika gowes sendirian. Namun demikian, bergabung dengan peloton yang terlalu kencang juga kurang bagus untuk latihan, karena bisa jadi malah menguras tenaga dengan sangat cepat dan kita tidak mendapatkan manfaat apa-apa.

Informasi lain yang bisa didapatkan dengan power meter adalah power chart yang menunjukkan daya maksimum yang bisa kita pertahankan dalam periode waktu tertentu. Misalnya kita bisa mengeluarkan daya maksimum 200 watt dalam 1 menit. Nah biasanya angka ini akan semakin kecil seiring dengan bertambahnya periode waktunya. Dari power chart ini kita bisa mengukur berapa lama kita akan bertahan dengan daya tertentu. Sebagai contohnya, jika kita tarik-tarikan di dalam peloton dan pada saat itu daya yang dikeluarkan 200 watt, bisa dipastikan setelah 1 menit kita akan drop dan tidak bisa mengikuti peloton tersebut. Contoh lain misalnya kita akan melibas tanjakan, dimana best effort kita adalah 1 menit dengan daya rata-rata yang dikeluarkan 170 watt. Nah ini artinya sebenarnya kita bisa melibas tanjakan tersebut dalam waktu yang lebih cepat karena waktu best effort dengan usaha 170 watt tersebut berada di bawah power chart kita.

Watt/kg
Selain mengetahui informasi usaha/power, juga dapat diketahui informasi lainnya, yaitu usaha dibagi berat badan tubuh, dimana satuan metrik ini adalah watt/kg. Dalam kondisi jalanan yang flat, nilai dari usaha/power akan berbanding lurus dengan kecepatan yang dihasilkan. Goweser dengan power/FTP yang lebih besar akan menghasilkan kecepatan yang lebih besar pula di jalanan yang flat, tidak dipengaruhi oleh berat badannya. Sementara, ini tidak berlaku untuk kondisi medan yang didominasi oleh tanjakan. Besarnya metrik watt/kg menentukan goweser yang paling cepat melibas tanjakan.

Nah salah satu tujuanku memiliki power meter ini adalah untuk meningkatkan nilai metrik watt/kgini. Karena berat badanku hanya 54 kg, aku merasa cukup sulit untuk dapat meningkatkan FTP ku secara signifikan, katakanlah 60 watt lebih tinggi dari FTP ku saat ini. Namun demikian karena berat badanku ini pula, nilai metrik watt/kg terkerek cukup lumayan, dan menjadi keuntungan tersendiri dalam melibas jalanan yang didominasi oleh tanjakan.

Zwift
Zwift adalah aplikasi yang memungkinkan goweser untuk gowes secara virtual dengan goweser-goweser lain dari seluruh dunia. Untuk dapat menggunakan aplikasi ini, goweser hanya memerlukan modal trainer (trainer apapun tidak masalah) dan sensor speed. Namun demikian akan jauh lebih baik jika memiliki power meter, karena tentu hasilnya menjadi lebih akurat. Dengan sensor speed saja, bisa curang jila resistensi trainer nya diset minimum atau bahkan tanpa resistensi sama sekali. Selain itu, aplikasi ini menyediakan program latihan secara terstruktur yang disesuaikan dengan FTP. Jadi bisa dikatakan untuk program training yang sama, polanya akan sama untuk setiap goweser, namun yang membedakan adalah target powernya.

Sebelum menggunakan Zwift, sesi latihan yang aku lakukan bisa dibilang tidak terstruktur. Interval training yang menyiksa itu kulakukan tanpa menggunakan hitung-hitungan. Jadi nggak tahu deh apakah hitungannya overtraining atau bahkan undertraining. Selain itu, berlatih tanpa alat bantu itu benar-benar sangat membosankan. 10 menit akan terasa sangat lama, jika yang dilihat hanyalah bike computer yang berukuran kecil. Disambi nonton TV, yang ada malah tidak fokus.

Walaupun hasilnya menurutku belum terlihat secara signifikan (well, untuk pekerja kantoran sepertiku sangat sulit berkomitmen untuk gowes setiap hari), namun kurasa programnya cukup OK. Selama FTP yang dijadikan basis latihannya sudah sesuai dengan keadaan sebenarnya, maka semua sesi latihannya do-able kok. Do-able namun menuntut usaha yang all out. Aku akui, di setiap awal sesi, aku seringkali ragu apakah sesi tersebut bisa aku selesaikan. Namun beberapa sesi sudah aku lalui dan sejauh ini bisa diselesaikan. Nah karena alasan itu lah walaupun hasilnya belum terlalu terlihat, namun latihannya sudah benar, tinggal masalah komitmen waktu untuk rutin berlatihnya saja yang agak sulit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar