Selasa, September 29, 2009

Perahu Kertas: Melebihi Ekspektasi

Aku masih ingat ketika buku ini tiba-tiba nongol di iniBuku bulan lalu. Maklum, penulisnya adalah Dee yang buku-bukunya tentunya sudah masuk wish-list ku, ga peduli isinya bagus atau nggak, whatsoever kata orang, yang penting beli dan punya koleksinya. Apalagi iniBuku ngasih embel-embel kalo pre-order bakalan dapet tanda tangannya Dee di dalam bukunya. Yah, sebenernya ga terlalu penting, tapi sesekali bolehlah. Dan lebih spesial lagi, bukunya diantar pas hari ulang tahunku. Komplit deh. Walaupun demikian, bukunya baru mulai kubaca belakangan ini aja. Maklum, waktu kubeli masih ada antrian buku yang mesti kubaca.

Buku ini menceritakan kisah Kugy dan Keenan. Kugy yang berantakan, cuek, aneh, namun senang membuat dongeng. Disisi yang lain Keenan cerdas dan pandai melukis. Keduanya memiliki karakter yang berlawanan namun saling melengkapi. Dari awal sampai akhir buku ini, keduanya menghadapi banyak sekali rintangan dan konflik-konflik. Baik Kugy dan Keenan berusaha mencari jati diri mereka masing-masing, antara realita dan kenyataan. Pada akhirnya mereka dihadapkan pada pilihan yang sulit: merelakan kata hati mereka dan menerima kenyataan yang ada.

Novel ini adalah novel tentang cinta, namun tentunya tidak dikemas dengan cara yang biasa. Yang membuat novel ini menarik adalah alur cerita yang dibuat seolah semuanya terjadi secara kebetulan. Rumit dan berliku-liku tapi dibuat sebenarnya sederhana. Jika dibuat film, pemainnya sih nggak terlalu banyak, tapi masing-masing memiliki hubungan dengan pemain-pemain yang lain. Alur ceritanya dibuat memiliki banyak konflik yang seolah-olah tak pernah habis, membuat pembacanya terutama aku, selalu penasaran dan ingin segera menyelesaikan bukunya. Banyak sekali hal-hal konyol dan lucu yang kutemui di novel ini, begitu pula hal-hal yang mengharukan dan menyedihkan, terutama di bagian ketika Keenan atau Kugy dihadapkan pada pilihan yang pahit.

Baru tahu kalo novel ini mulai ditulis pada tahun 1996 dan sempat terhenti dan nggal dilanjutkan lagi. Tapi katanya novel ini ditulis ulang dari nol, nggak melanjutkan dari versi sebelumnya. Walaupun aku belum membaca semua karya Dee (baru baca Supernova yg pertama, Rectoverso, dan Filosofi Kopi), I guess this is her best novel lah. Apalagi dikerjainnya selama 60 hari doang. Recommended dan worth lah..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar