Senin, Juli 09, 2012

Kereta dan Masa Laluku


Aku sering merasa sebal jika ada orang-orang yang mengomentari mengapa aku lebih memilih kereta dibandingkan dengan alat transportasi lain. Dari mulai orang tua, keluarga, sampai atasan di kantorku sendiri. Komentarnya pun beragam, dari mulai naik kereta itu lama dan nggak praktis lah, bikin repot lah, capek lah, sampai dibilang malu-maluin naik kereta, kayak nggak sanggup aja beli tiket pesawat. Komentar yang terakhir itu memang cukup menyakitkan, dan memang sih tiket pesawat dan tiket kereta untuk jurusan Jakarta-Surabaya bedanya nggak jauh-jauh amat padahal. Tetapi, aku tetap memilih kereta.



Mengingat masa laluku dulu, kereta memang sudah menjadi alat transportasi favorit. Dari sejak kecil tinggal di Ciamis, aku selalu naik kereta untuk pulang pergi ke kampung halamanku di Tulungagung. Memang beberapa kali pernah naik bus, itu juga karena sudah tidak kebagian tiket. Dari mulai kereta ekonomi yang awut-awutan, sampai akhirnya naik kereta berkelas bisnis yang agak mendingan (paling nggak lampunya nyala lah, nggak seperti kereta ekonomi yang gelap gulita kalau malam), sampai akhirnya sekarang aku selalu menggunakan kelas eksekutif.

Perjalanan yang diperlukan dari Jakarta ke Jawa Timur memang memakan waktu cukup lama. Biasanya semalaman, atau 12 jam lebih. Namun, entah kenapa dari dulu aku sangat menikmati waktu-waktu tersebut. Hobi favoritku selama dalam perjalanan ini adalah membaca buku. Terkadang jika hari belum gelap ataupun masih pagi menjelang siang, tak bosan kupandangi pemandangan di luar. Jika beruntung aku bisa menikmati matahari terbit ataupun matahari tenggelam, yang memberikan nuansa yang berbeda karena kupandangi dalam keadaan bergerak cepat. Pemandangan favoritku adalah hamparan sawah yang menghijau sebelum posisi matahari terlalu tinggi. Pada jam-jam tersebut biasanya suasana diluar masih diselimuti kabut tebal, dan akan hilang sedikit demi sedikit ketika waktu semakin siang dan cahaya matahari yang keemasan mulai menyapu kabut.

Aku memiliki waktu yang cukup bahkan berlebih untuk merenung dan berpikir. Dan hal inilah yang tidak bisa aku dapatkan dengan menggunakan alat transportasi lain, seperti pesawat misalnya, yang memberikan kesan terburu-buru untukku. Perjalanan jauh sudah sepantasnya untuk dinikmati. Dan hanya disaat-saat seperti inilah, beban pikiranku bisa sedikit tenang. Dengan suasana rileks, biasanya selalu ada pemikiran-pemikiran baru yang muncul dengan sendirinya. Inspirasi, itulah yang aku cari.

Dunia sudah berputar semakin cepat. Rutinitas dan pekerjaan sehari-hari tak menyisakan cukup waktu untuk membenahi diriku sendiri. Perjalanan di kereta seolah membuat waktu disekitarku melambat, dan memaksaku untuk menikmati semua yang ada disekelilingku yang hampir semuanya statis, kecuali jendela yang memberikan pemandangan bergerak yang selalu dinamis. Tak ada yang berubah dari perjalanan yang sudah kulakukan dengan alat transportasi ini dari sejak kecil. Kereta akan selalu menjadi alat transportasi favoritku.

1 komentar:

  1. setuju pak Eko, naek kereta jarak jauh itu menurut saya romantis...sayang sekarang naek kereta itu ribet, berhubung KRL ga boleh berhenti di Gambir, jadi susah untuk catch the train. dari rumah lebih deket dan praktis ke bandara

    BalasHapus