Rabu, Juli 25, 2012

Business Trip ke Hong Kong - Day 2

Rupanya paket kamar hotel yang sudah dipesan bukan paket yang menyertakan sarapan. Di tempat yang nyari makanan halal aja susah, tentunya ini menjadi masalah serius. Kalo di negeri sendiri sih, bukan masalah besar lah. Tinggal keluar nyari warung, seapes-apesnya makan indomie pake telor jelas cukup mengenyangkan untuk sarapan.

Beruntung vendornya berbaik hati untuk mengajak sarapan di hotel, yang tentunya keluar duit lagi 200HKD x 9 = 1800 HKD menguap lagi pagi itu. Walapun sarapan di hotel yang cukup ternama, mesti hati-hati juga untuk memilih menu makanan yang tersedia. Mau ngambil menu nasi aja mesti lihat baik-baik, karena bisa jadi disamping menunya tertera gambar  piglet.



Aku memilih untuk makan roti dan menjadi vegetarian pagi itu. Menghabiskan banyak sayuran dan buah, berharap bisa lumayan kenyang dan bertahan sampai siang.

Kesalahan Nomor 4: Gara-gara ga pesen paket kamar yang bener, mubazir nih 1800 HKD cuma buat sarapan doang. #doh

Acara berikutnya adalah training. Bagian ini nggak usah dibahas lah yah.

Waktu makan siang telah tiba. Kami diajak untuk makan di sebuah resto yang konon berisi western food. Ternyata nggak western-western amat, tercium aroma bumbu-bumbu khas orang sana. Jadi tambah ragu deh. Sebagian teman-temanku memesan Nasi Kari yang ada embel-embel Malaysia-nya, berharap makanannya halal, dan memang kayaknya mereka nggak bakal kenyang kalau nggak makan nasi. Sementara aku memesan salmon salad, dan berharap nggak ada bumbu aneh-aneh di makananku.

Well, aku dulu pernah mencoba nasi kari di Malaysia. Dan aku nggak suka, huekk. Aroma bumbunya menyengat, udah mirip sama masakan India lah, yang mencium baunya saja udah membuat nafsu makanku hilang. Makanya walaupun ada menu tersebut aku nggak pesan.

Hebatnya, teman-temanku malah memesan menu tersebut. Dan lebih hebatnya lagi ketika pesanan tersebut diantar, mereka bilang: "Sepertinya mantabh dan enak nih". Kupikir lidahku yang nggak normal karena memang nggak terlalu suka kari Malaysia, sementara dari pandangan pertama, teman-temanku sudah memberikan penilaian positif.

Okeh, itu adalah kesan pertama karena dari pagi hanya makan sedikit nasi sehingga nggak kenyang. Kesan berikutnya: yang aku lihat kebanyakan yang pesan nasi kari menyisakan makanannya. Sisanya lumayan banyak lagi. Alasan mereka macam-macam, dari mulai nggak cocok sama perut, sampai nggak tahan sama aromanya, de el el. Sangat kontras dengan kesan pertama. Bahkan ada yang sampai muntah, dan menduga itu kari ada unsur pork nya. Aku yakin, setelah ini mereka akan berpikir 2 kali untuk memesan makanan yang berbau-bau kari :p

Kesalahan Nomor 5: Sebaiknya jangan memesan makanan yang mengandung kata-kata "kari". Apalagi kalau pesannya di resto Malaysia atau India. Resiko ditanggung sendiri.

Selesai training hari itu, kami langsung tancap ke Ladies Market, yang konon banyak barang-barang bagus disitu. Barang-barang branded juga ada disitu, tapi harganya sih so-so lah. Dibilang lebih murah juga nggak, dibilang lebih mahal juga nggak ngerti juga karena memang nggak tahu harga bandingannya di Indonesia #halah.

Yang nggak kusuka adalah jalannya terlalu crowded dengan orang-orang. Kalau jalannya nggak barengan, bisa ilang deh saking banyaknya orang yang lalu-lalang. Memang ada bagian jalan yang menawarkan barang-barang seperti kaos dan pernak-pernik lain yang khas. Hanya sayangnya, karena tempatnya terlalu ramai, kami semua menjadi agak-agak malas untuk belanja. Hanya melihat-lihat saja jadinya.

Pulang dengan tangan kosong, kami memutuskan untuk mengunjungi Mesjid di kawasan Kowloon dan sholat maghrib disana. Mesjidnya berada tepat di samping Kowloon Park. Dan setelah melihat posisinya, ternyata lokasinya nggak terlalu jauh dari hotel tempat kami menginap. Thanks untuk aplikasi City Maps 2Go di iPad ku yang sangat membantu sekali untuk mencari lokasi selama di HK. Aplikasi tersebut nggak beda jauh dengan Google Maps, namun menyediakan fitur peta secara offline, jadi aku nggak perlu khawatir untuk tergantung dengan ketersediaan koneksi ke internet.

Kami makan malam di sebuah resto tak jauh dari Mesjid Kowloon. Rupanya disana banyak resto-resto yang terletak di dalam gedung dan tidak memiliki plang di luar. Sebagai sarana promosi, mereka menyebar orang diluar untuk membagi-bagikan brosur makanan. Jadi agak-agak susah menemukan lokasi restonya kalau sebelumnya nggak tahu.

Beruntung kami menemukan resto yang memiliki sertifikat halal. Walaupun demikian, rupanya resto yang kami sambangi menyediakan menu-menu khas India. Membayangkannya saja sudah agak-agak malas, tapi paling nggak nyari halal nya dulu lah.

Sudah bisa diduga, tak satupun dari kami yang memesan makanan yang mengandung kata-kata "kari". 7 orang memesan nasi goreng, dengan asumsi inilah menu yang paling aman di perut dan nggak bikin muntah tentunya :p. Sementara dua orang lagi nggak memesan makan malam, dengan alasan masih kenyang dan nggak nafsu makan akibat memakan nasi kari pada siang hari sebelumnya. Yeah, semacam trauma gitu kali yah, masih terbayang aroma kari yang bikin eneg dan membuat nafsu makan hilang.

Ternyata, nasi gorengnya lumayan lezat. Untuk ukuran menu India, menu nasi gorengnya bisa kubilang enak, dan cocok di perut. Lalu bagaimana dengan 2 orang temanku? Mereka sempet mencoba nasi goreng yang kupesan dan bilang enak juga, tapi ketika ditawari tetep nggak mau dengan alasan bla bla bla. Kami bertujuh sih udah ngeledekin mereka agar nggak perlu gengsi kalau memang lapar :p

Kesalahan Nomor 6: Gengsi membawa perut kosong semalaman. Huehehe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar