Minggu, Maret 18, 2012

Bahagia itu Sederhana

Dalam perjalanan pulang beberapa waktu yang lalu, aku transit di Stasiun Manggarai. Seperti biasanya stasiun ini selalu sibuk, karena memang berada di persimpangan jalur dari Bogor, Bekasi, Stasiun Kota, dan Tanah Abang. Kuperhatikan orang-orang yang yang berada disekelilingku, yang kebanyakan adalah penumpang. Pada umumnya mereka sibuk dengan urusan masing-masing, entah itu mengutak-atik ponsel mereka masing-masing, membaca koran, atau sekedar melamun sambil menunggu kereta tiba.

Ada yang menggelitik pikiranku saat mataku menangkap seorang ibu dan anaknya bermain-main di area peron. Ibu dan anak tersebut juga berinteraksi dengan petugas stasiun yang juga sedang senggang. Melihat dari cara interaksi mereka, sepertinya ibu dan anak tersebut bukan calon penumpang dan tinggal di area dekat stasiun. Pemandangannya sangat kontras, mereka bisa tertawa-tawa dengan lepas, berbeda dengan ekspresi dan mimik para calon penumpang yang kebanyakan justru serius, atau bahkan tanpa ekspresi.

Setelah kuamati cukup lama, aku menyadari arti kebahagiaan itu begitu sederhana, tetapi banyak orang yang terus mencarinya. Mencari kebahagiaan, tetapi pada akhirnya apa yang mereka dapatkan hanyalah kebahagiaan semu. Mengamati apa yang terjadi di depan mataku, aku hanya bisa terdiam. Aku merasa iri, aku merasa malu pada diriku sendiri. Rasanya perasaan bahagia seperti yang dirasakan oleh ibu dan anak tersebut, jarang sekali kurasakan belakangan ini. Sepertinya kesibukanku belakangan ini dan tekanan-tekanan dari pekerjaan telah membuatku lupa tentang arti bahagia itu sendiri.

Yah, bahagia itu sangat sederhana, namun juga menjadi pilihan. Setiap orang punya hak untuk merasa bahagia. Dan setiap orang juga punya pilihan untuk merasa bahagia ataupun tak merasa bahagia. Berusaha untuk mendapatkan sesuatu yang telah diharapkan bisa memberikan kebahagiaan. Melakukan hal-hal yang menyenangkan juga bisa memberikan kebahagiaan. Merasa bersyukur dengan apa yang sudah kita miliki juga bisa memberikan kebahagiaan. Tinggal kita mau pilih yang mana.

Ah, kurasa minggu-minggu berikutnya, aku harus mulai meluangkan lebih banyak waktu untuk sekedar menikmati hidup dan merenungkan segala hal yang sudah kumiliki dan membebaskan diri dari pikiran-pikiran yang malah membuat dunia tampak begitu rumit. Banyak jalan menuju Roma, dan banyak pula jalan menuju kebahagiaan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar