Senin, Desember 23, 2013

Shafiya - 3 Bulan

Bulan ini Shafiya akan berumur 3 bulan. Dari sejak lahir hingga sekarang, perkembangannya bisa dibilang cukup pesat. Alhamdulillah hingga sekarang masih ASI eksklusif, tidak seperti kakaknya, Quanta, yang sejak lahir sudah dicekoki susu formula. Mungkin karena penyebab itulah, Shafiya di usianya yang hampir 3 bulan tidak segemuk kakaknya dulu di usia yang sama. Dibilang kurus juga nggak sih, tetapi pipinya nggak sebulat Quanta dulu di usia yang sama.

Pada usianya yang beranjak 3 bulan, Shafiya sudah bisa tengkurap, namum belum bisa menegakkan kepalanya. Tangan dan kakinya juga lebih sering digerakkan. Tidak seperti kakaknya yang pada usia sama cenderung tidak banyak ngoceh, Shafiya sering bersuara dan mengoceh. Sepertinya nanti kemampuan berbicaranya akan lebih cepat dibandingkan dengan kakaknya nih. Shafiya juga sudah mulai bisa mengenali wajah orang-orang di sekitarnya. Jika aku ajak ngobrol, dia senang sekali lalu tersenyum dan tertawa. Padahal dulu kakaknya nggak kayak begini. Dipanggil-panggil cuek aja, kalau Shafiya ketika kupanggil langsung senyum. Makanya ngambil foto Shafiya pas lagi tersenyum bisa dibilang gampang banget.



Perbedaan lain dengan kakaknya adalah Shafiya lebih nggak rewel. Kalau nangis, penyebabnya jelas. Kalau nggak lagi haus, berarti pipis, atau nggak nyaman aja. Kalau udah waktunya tidur tapi belum bisa tidur juga dia nangis juga. Dan sekarang nambah lagi penyebabnya. Kalau ada kakaknya di deket dia, lalu Shafiya nangis, ini bisa jadi kakaknya abis mukul perutnya atau lagi tidur digangguin sampai bangun. Ampun memang nih, kelihatannya kakaknya sangat gemes sama adiknya, sehingga beberapa kali menjadi korban ‘abuse’, diculek matanya lah, dipukul perutnya lah, kalau nggak dilempar barang-barangnya dia. Kalau sudah nangis, hanya ibunya aja yang bisa menenangkan. Sepertinya sudah bisa membedakan yang mana ibunya dan mana yang bukan dari baunya. Kalau dulu Quanta dipegang siapa aja nggak masalah. Serem aja dulu kalau ada yang mau menculik, bisa nggak ketahuan.


Proses lahiran Shafiya
Sedikit bercerita terkait dengan proses kelahirannya dulu, Shafiya lahir di RSIA Buah Hati Ciputat. Rumah Sakit nya menurutku tidak terlalu besar, namun berdasarkan pengalaman teman-temanku, pelayanannya cukup recommended. Ada dua dokter kandungan yang sangat direkomendasikan disitu: dr Muchlis dan dr Ismail. Konon sih katanya dr Muchlis sangat direkomendasikan, namun antriannya itu loh, yang bikin nggak sabar. Pagi-pagi saja pasiennya sudah membludak. Alhasil, aku dan istri lebih memilih dokter Ismail yang antriannya lebih masuk akal, dan alhamdulillah ternyata cocok juga dengan dokternya.

Layanan di rumah sakit ini lumayan oke, walaupun menurutku sih masih banyak kekurangan-kekurangannya seperti misalnya: tempat parkir yang sangat-sangat terbatas, ruang tunggu yang tidak terlalu luas, rincian pada kuitansi kurang lengkap (nama dokter, tindakan, dan jenis obat tidak dicetak di kuitansi), dan lain sebagainya. Untuk tarif, bisa dibilang tidak terlalu mahal. Biaya konsultasi untuk dokter spesialis diatas hanya Rp. 85.000. Tentunya itu belum termasuk biaya administrasi dan obat. Selain itu pengalamanku dengan dokter Ismail, tidak pernah memberikan sembarang obat. Dalam artian, intinya sih dalam persepsiku dokter atau bahkan rumah sakit nya bukan tipe rumah sakit yang gampang “menjual obat”.

Pada awalnya, istriku berencana untuk melahirkan secara normal, yang didukung secara penuh oleh dokter Ismail, namun dengan syarat bayinya tidak boleh terlalu besar ketika lahir nanti. Di kunjungan terakhir, perkiraan berat bayi masih dalam batas yang diperbolehkan. Aku lupa berapa batasnya, kalo ndak salah sih 3kg. Alasan ini diambil karena anak pertama dulu lahir melalui caesar dan selisihnya hanya 2,5 tahun, sementara jarak yang dibilang aman adalah 3 tahun.

Kunjungan terakhir adalah H-3 sebelum lahiran, dimana ketika diperiksa sudah bukaan 1. Dokter menyarankan untuk kembali lagi 2 hari setelahnya atau jika sudah terasa mulas-mulas. Pada H-1 istriku mulas-mulas dan langsung saja aku ke RS untuk diperiksa, ternyata kontraksinya palsu dan masih bukaan 1. Karena sudah mendekati hari perkiraan lahir, dokternya menyarankan untuk dirawat inap saja. Pada malam harinya ketika diperiksa, sudah bukaan 3. Perawatnya menyarankan ketika nanti mulai terjadi kontraksi yang cukup hebat dan dirasa sakit pada bekas jahitan operasi yang sebelumnya agar segera memberitahukan ke perawat/dokter yang memeriksa. Dan benar saja, pada hari H dini hari, istriku merasa sakit pada bekas jahitan operasi yang sebelumnya. Resiko jika tetap memilih proses kelahiran normal adalah terjadi kerobekan di bagian dalam, dan ini tentunya sangat berbahaya. Akhirnya istriku memutuskan untuk persalinan caesar, dan dokter pun segera menyiapan ruang operasinya.

Istriku masuk kamar operasi jam 6:15, dan 30 menit kemudian Shafiya lahir. 30 menit setelah lahir, aku sudah bisa melihat Shafiya di ruang perawatan, ruang yang sama dengan ibunya. Setelah itu Shafiya didekatkan dengan ibunya untuk IMD. Pada hari pertama, ASI nya belum keluar, namun Shafiya tampaknya masih cukup sabar dan belum nangis-nangis. Dokter anak yang menangani Shafiya hanya menyarankan untuk menunggu hingga 2 hari, karena secara natural bayi bisa yang baru lahir bisa bertahan tanpa ASI selama 2 hari. Jika lewat dari itu, ASI nya belum keluar juga, baru akan diberikan tindakan (maksudnya diberikan susu formula).

Pengalaman ini berbeda sekali dengan RS sebelumnya ketika istriku melahirkan Quanta di Bekasi dulu. Menurutku RS nya cukup komersil walaupun dari sisi pelayanannya bisa dibilang lebih oke daripada RSIA Buah Hati. Ada beberapa alasan mengapa aku menyimpulkan demikian. Alasan yang pertama adalah beberapa kali aku dapati dokter disana memberikan obat yang kubilang tidak terlalu penting seperti misalnya antibiotik dan obat-obatan lain. Dengan melihat dan membandingkan dari jumlah obat yang diberikan tiap kali kunjungan, sudah bisa aku simpulkan demikian. Selain itu, RS ini bisa dibilang “sangat gampang” untuk merekomendasikan susu formula. Seolah susu formula itu menjadi “wajib”.



Selain itu, setelah lahir, Quanta lebih sering berada di ruang perawatan bayi yang terpisah dengan ruang perawatan ibunya. Entah apa alasannya, namun seingatku dulu ketika aku minta agar Quanta ditempatkan bersama ibunya, pihak RS mengatakan mereka tidak akan bertanggung jawab jika terjadi apa-apa. Sedikit terdengar mengancam sih, namun waktu itu namanya juga belum pengalaman. Daripada terjadi apa-apa kan lebih baik menurut saja. Berbeda dengan kejadian ketika Shafiya lahir, dokter dan suster di RS ini malah sangat menyarankan agar Shafiya tidur di kamar yang sama. Alhasil, dari lahir hingga pulang dari RS, Shafiya lebih banyak menghabiskan waktu bersama ibunya. Dibawa ke kamar perawatan yang terpisah hanya waktu-waktu tertentu saja untuk dimandikan dan diobservasi. Menurutku justru dengan ini malah membuat ibu lebih mandiri dalam mengurus anaknya.

Dan setelah keluar dari Rumah Sakit pun aku cukup terkejut dengan biaya yang yang harus aku keluarkan. Persalinan caesar ditambah dengan perawatan di kamar VVIP selama 5 hari menghabiskan biaya sekitar Rp 15 juta. Jauh lebih murah dibandingkan dengan biaya persalinan caesar untuk anak pertama yang kejadiannya hampir 2,5 tahun silam. Untuk persalinan, RSIA Buah Hati sudah memiliki paket-paket persalinan (persalinan normal/caesar yang dikombinasikan dengan tipe kamar). Kamar VVIP di RSIA ini bertarif Rp 550 ribu/malam. Yang VIP nya aku lupa berapa, kalo ndak salah Rp 400 ribu atau Rp 500 ribu gituh. Cuma bedanya tidak terlalu signifikan, VVIP ‘sedikit’ lebih luas dibandingkan dengan VIP.

Terlepas dari mahal atau murahnya biaya yang sudah aku keluarkan, pada intinya sih prinsipku sederhana saja. Proses kelahiran itu adalah proses alami yang sudah dialami manusia sejak pertama ada. Ketika jaman dulu dengan segala keterbatasannya saja bisa proses persalinan bisa dilakukan tanpa alat-alat yang canggih, berarti seharusnya proses tersebut berlaku hingga saat ini. That’s why aku paling sebel dengan RS yang komersil dan cenderung mengelabui pasiennya dengan segambreng istilah-istilah dan prosedur-prosedur yang ‘berlebih/lebih dari cukup’ hanya untuk menguras kantong pasiennya. Memang sih, semua biaya pengobatan ditanggung oleh kantor, namun rasanya nggak etis saja. Dan beruntung sejauh ini aku cukup puas dengan RSIA Buah Hati. Btw, ini hanya opini loh ya, sejauh ini sih aku belum mengalami kejadian yang kurang menyenangkan di RS ini.

4 komentar:

  1. Koreksi:

    1. Jarak aman utk persalinan caesar yang berikutnya adalah 2 thn kata dokter SpOG yg sebelumnya.
    2. Pembukaanku dari Sabtu tgl 21/09/13 sudah dua, tp masih sempit. Sampai Selasa dini hari juga masih dua, cuma sudah tipis (mau lanjut ke pembukaan selanjutnya) kata suster yg terakhir meriksa.
    3. Bayi bisa tahan berpuasa dr lahir, selama 3 Hari. Bukan 2 Hari.
    4. Kekurangan yg saya rasakan ada pada saat pasca operasi. Perawatan d ruang pemulihan, sblm dinyatakan cukup baik utk kembali k kmr biasa, terasa sgt kurang nyaman. Petugas medis (entah dokter atau suster) nya kurang ramah dan saat penanganan terkesan terburu-buru dan kasar. Padahal saat-saat habis operasi sangat krusial karena pasien cenderung mulai merasakan sakit setelah pengaruh obat biusnya habis. Udah gitu karena ruangannya bisa dibilang menyatu atau bersisian dgn ruang operasi jadi pasien tidak bisa langsung ditunggui oleh keluarganya (minimal suaminya) sepanjang masa pemulihan tersebut. Pdhl dukungan dr keluarga justru sgt diperlukan pd saat itu.

    BalasHapus
  2. wahhh biaya caesar nya lumayan murah juga ya(di bandingkan biaya cesar saya dulu di sukabumi),oiya mau tanya pak.. kalo dktr spesialis anak di rsia buah hati ada yang praktek pagi ga?maklum sy belum lama tinggal dipamulang,thx

    BalasHapus
  3. Saya biasanya ke dr Mutiara, jadwal prakteknya hari Selasa pagi, Kamis pagi, dan Sabtu sore. Untuk jadwal dokter spesialis yang lain saya kurang tahu. Mungkin bisa menghubungi langsung ke RS nya. Saya coba cek di website nya sepertinya jadwalnya sudah tidak up to date

    BalasHapus
  4. ihh baru baca...

    syukur banget pas Shafiya pindah RS ya...

    Salah satu kecurigaanku dengan RS Anta sebelumnya yg tidak pro-ASI, karena aku sempet lihat sertifikat kelahiran (eh apa tuh yg ada tulisan nama anak dll) anta yang ada logo Merk Susu nya itu lhoo...
    itu sebenere dilarang ...

    BalasHapus