Senin, Desember 16, 2013

Selamat Datang Ebooks

Beberapa tahun lalu, buku masih menjadi pilihanku dalam menemani perjalanan pulang pergi ke kantor. Kala itu kereta KRL yang biasa aku naiki tak sepenuh sekarang. Walaupun bisa dibilang kondisi KRL tidak terlalu lengang, namun masih bisa untuk membaca buku dengan nyaman. Buku elektronik atau disebut dengan ebook pada saat itu belum terlalu populer. Dan walaupun pada saat itu sudah banyak ebook yang beredar, aku lebih memilih buku.

Ada beberapa alasan kenapa aku lebih memilih buku fisik dibandingkan dengan ebook. Buku fisik lebih aku pilih karena untuk buku-buku lokal, lebih mudah aku temukan versi fisiknya di toko buku terdekat dibandingkan dengan versi ebooknya. Selain itu buku fisik lebih bisa dikoleksi dan dipajang di rak buku (walaupun menuh-menuhin juga sih ujung-ujungnya), sehingga lebih bisa menumbuhkan rasa memiliki terhadap buku itu. Alasan terakhir adalah, pada saat itu perangkat yang bisa digunakan untuk membaca ebook belum terlalu mendukung. Pada saat itu, layar ponsel berukuran kecil dan belum memiliki layar sentuh seperti sekarang. Jadi membaca ebook menggunakan ponsel bisa dikatakan kurang nyaman.



Kini semuanya telah berubah. Ponsel-ponsel yang beredar saat ini memiliki layar yang cukup besar. Terlebih lagi sejak tarif KRL turun, penumpangnya pun semakin banyak. Kondisi ini menyebabkan kereta semakin penuh sesak. Membaca buku di KRL bisa dibilang sedikit mustahil pada saat jam-jam sibuk. Namun demikian, membaca artikel atau bermain-main dengan ponsel masih memungkinkan.

Melihat kondisi seperti diatas, daripada di kereta bengong dan mati gaya (salah satunya disebabkan karena jaringan Telkomsel sepanjang Palmerah-Sudimara sangat tidak stabil untuk koneksi internet), akan lebih bermanfaat jika waktu 30 menit selama di perjalanan bisa aku manfaatkan untuk membaca ebook. Jika dihitung-hitung, dalam sehari waktu yang bisa aku sisihkan untuk membaca ebook kurang lebih 1 jam (ditambah dengan waktu tunggu di stasiun). Dan waktu tersebut tanpa mengurangi jatah waktuku selama di rumah. Artinya dalam sebulan pulang-pergi, bisa kumanfaatkan waktu kurang lebih 20 jam untuk membaca. Waktu tersebut kuperkirakan cukup untuk membaca 3 sampai 5 buku.

Sayangnya, ebook dengan konten lokal masih sedikit sulit untuk dicari. Jangankan buku lokal, buku best seller di luar saja kadang-kadang sulit dicari. Format buku juga menjadi isu lain. Saat ini aku menyukai ebook dengan format epub, karena bisa fleksibel dan menyesuaikan dengan besarnya ukuran layar perangkat yang aku gunakan. Format PDF agak sedikit tidak manusiawi untuk dibaca melalui ponsel, namun cukup nyaman dibaca melalui tablet. Membaca melalui tablet tentunya menjadi masalah lain jika konteksnya di KRL.

Selain itu, saat ini belum ada toko yang menjual ebook secara bebas. Memang ada beberapa aplikasi seperti Wayang Force atau Scoop yang menjual buku dan majalah lokal, namun aku tidak terlalu menyukai mekanisme tersebut, karena artinya aku harus selalu tergantung pada aplikasi tersebut untuk membaca konten yang aku inginkan. Sayangnya iTunes belum merambah bisnis buku elektroniknya ke Indonesia. Saat ini, di Indonesia iTunes hanya melayani penjualan musik/video saja. Padahal jika sebuah konten sudah tersedia di iTunes, pengguna akan memiliki konten ebooknya dan bisa ditransfer ke semua perangkat (iPhone/iPod/iPad/Mac). Jadi yah, mohon maaf saja jika untuk sementara ini konten-konten ebook ku berasal dari media yang belum jelas legalitasnya.

2 komentar:

  1. ebooks memang sangat bagus sebagai bahan bacaan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup setuju sekali, terutama sangat praktis dan tidak memakan tempat :)

      Hapus