Jumat, Januari 21, 2011

Masihkan Kejujuran Diperlukan?


Di dalam hidup ini tidak ada yang sempurna. Kondisi ideal tidak pernah ada. Sifat manusia yang tidak pernah puas menunjukkan adanya keinginan-keinginan baru yang harus selalu terpenuhi. Sudah seharusnya kita sebagai manusia bisa mengatur keinginan-keinginan tersebut, memilah-milahnya berdasarkan skala prioritas, dan apakah ada hak-hak orang lain yang kita ambil dalam memenuhi keinginan-keinginan tersebut.

Begitu halnya dengan dunia kerja, tidak ada kondisi ideal disini. Jangan berpikir bahwa semua orang yang berada di sekitar kita bekerja dengan jujur. Bukan berarti kita berprasangka buruk dengan mereka, tetapi lihatlah kenyataan. Dimana-mana selalu terdengar si X melakukan ini itu, si Y selalu mencari muka, dan lain sebagainya. Entahlah, jika ada kondisi yang benar-benar ideal, aku menyangsikannya. Bahkan jika mau ditelaah lebih lanjut lagi dalam skala yang lebih besar, apakah perusahaan tempat kita bekerja sudah berperilaku dengan jujur dan ideal? Tanyakanlah kepada diri masing-masing. Terkadang perusahaan hanya menargetkan peningkatan revenue, revenue, dan revenue, tanpa ada guideline bagaimana cara memperoleh revenue yang baik, jujur, dan tidak merugikan orang lain. Lantas apakah bisa dianggap jujur juga seandainya perusahaan tempat kita bekerja juga bekerja sama dengan perusahaan lain anggap saja perusahaan X, dan perusahaan X ini bertindak tidak jujur dalam mencapai targetnya, sementara revenue yang didapat di share dengan perusahaan kita. Semua orang mungkin menyadari bahwa ini salah dan harus diperbaiki, tetapi seolah-olah tidak ada tindakan apa-apa untuk memperbaikinya. Sepertinya menghitung pendapatan lebih mudah dibandingkan dengan menghitung semua dosa diakibatkan karena tindakan yang tidak jujur.

Selain hal diatas, ada lagi bentuk-bentuk ketidakjujuran lainnya. Segelintir orang-orang yang mencari keuntungan demi kepentingan pribadi yang tidak ada sangkut pautnya dengan kepentingan perusahaan atau bahkan merugikan kepentingan perusahaan itu sendiri. Lantas ada juga orang-orang yang memancing di air keruh, mengambil keuntungan dari suasana yang tidak kondusif: mencari muka, melakukan fitnah, menyebar berita-berita yang tidak benar, saling sikut menyikut dalam lingkungan kerja. Dan tentunya yang harus diingat, berapa banyak hak orang lain yang terambil karena tindakan-tindakan diatas. Jadi penasaran, apa sih motif untuk melakukan hal-hal seperti diatas? Apakah karena alasan materi? Ingin diperhatikan oleh atasan? Membat suasana kerja menjadi tidak kondusif? Entahlah. Tentunya masih ada bentuk-bentuk ketidakjujuran lain dengan skala lebih rendah: terlambat masuk kerja, bekerja dengan setengah hati, mangkir ketika jam kerja, pulang lebih awal, dan lain sebagainya.

Saat ini sudah banyak orang yang pintar, cerdas, dan memiliki keahlian, tetapi mungkin banyak diantaranya yang tidak jujur, terutama ketika dihadapkan pada godaan-godaan dan kondisi yang 'memaksa' mereka untuk menyimpang. Pertanyaannya sekarang adalah dengan melihat kondisi saat ini apakah keberadaan orang yang jujur masih dibutuhkan? Idealnya tentu saja iya, tetapi marilah kita melihat dari sudut pandang yang lebih realistis. Mungkin jawabannya tidak akan selalu iya, tergantung dari situasi dan kepentingan masing-masing.

Catatan: Tulisan ini hanyalah opini dan sedikit curhatan penulis dan tidak ada maksud untuk menyinggung pihak-pihak tertentu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar