Rabu, Januari 29, 2014

Macet.. macet.. macet..

Bagi penduduk Jakarta, tentunya sudah tidak asing lagi dengan kata “macet”. Bisa terjadi kapan saja tanpa diduga, dan penyebabnya bisa bermacam-macam. Terlalu banyak kendaraan yang ada di jalan sudah jelas menjadi salah satu penyebab utamanya. Namun, belakangan ini kemacetan identik dengan hujan deras yang belakangan ini melanda Jakarta. Dimana terjadi hujan yang cukup deras, bisa dipastikan akan menyebabkan kemacetan. Genangan air yang cukup tinggi menjadi musuh utama para pemilik kendaraan. Tengsin kan kalo tiba-tiba nekat nerobos dan ternyata mogok di tengah genangan.


Beruntung sampai sejauh ini, masalah hujan deras dan banjir ini tidak terlalu menjadi masalah buatku. Sebagai pengguna setia Commuter Line, jalur yang kulalui aman dari banjir. Dari Stasiun tujuan ke arah kantorku pun sejauh ini aman-aman saja. Bahkan ketika Jakarta dilanda banjir yang lumayan hebat beberapa 2 minggu kebelakang, jalur yang kulalui tetap aman. Sampai akhirnya kejadian yang aku alami hari ini cukup menyadarkanku bahwa jalur yang aku lalui tiap hari bisa menjadi tidak “aman” gara-gara hujan.

Hujan deras pada malam sebelumnya telah membuat genangan yang cukup tinggi pada beberapa titik menuju kantorku. Yang paling parah mungkin banjir di daerah Tendean dan genangan yang cukup tinggi di perempatan Kuningan. Alhasil banyak kendaraan yang tidak bisa melewati kedua titik ini, dan terjadilah kemacetan yang cukup panjang.

Dan untuk pertama kalinya dalam sejarah, aku memutuskan untuk berjalan kaki dari Stasiun Palmerah hingga ke kantor. Itu pun dengan jalan memutar ke perempatan Slipi terlebih dahulu karena biasanya aku naik Transjakarta dari sana. Setelah mengetahui jalanan macet yang begitu parah dari grup WA kantor, aku putuskan untuk berjalan kaki hingga ke kantor. Pagi itu aku berjalan kurang lebih sejauh 6 km dengan waktu tempuh kurang lebih 1 jam 20 menit. Beruntung ada temen, kalo nggak bete dah tuh jalan sendirian.

Beberapa hal yang bisa aku simpulkan dari kejadian ini:

  • Ketika macet parah terjadi, hindari Transjakarta. Alasan utamanya adalah, ketika macet sudah sangat parah, jalur Transjakarta kemungkinan tidak steril, jadi nggak ngaruh. Alasan kedua, bus Transjakarta tertutup dan penumpang hanya bisa turun dan naik di halte. Bisa bete kan tuh di dalam bus nggak bisa ngapa-ngapain.
  • Waktu tempuh dari Slipi ke kantor kurang lebih 1 jam. Dengan membandingkan dengan bus yang searah (P55), setelah kuperhatikan waktu tempuhnya nggak terlalu beda jauh. Bus P55 sedikit lebih cepat karena masuk jalur busway. Jadi kecepatan bus kurang lebih sama dengan kecepatan jalan kaki. Sebagai catatan, bus P55 yang aku maksud ini sangat-sangat penuh. Udah nggak mungkin juga bisa naik. Naik bus berikutnya? Yang jelas bakalan lebih lama lagi sampai kantor
  • Merasa sangat bersyukur menjadi pejalan kaki dibandingkan dengan pengendara sepeda motor maupun mobil. Jangankan mobil, sepeda motor aja ikut-ikutan stuck.

2 komentar: