Minggu, Juli 11, 2021

Geopark Ciletuh Marathon Cycling 2021

Beberapa waktu yang lalu tepatnya pada tanggal 19 Juni aku mengikuti event gowes Geopark Ciletuh Marathon Cycling 2021 (GCMC 2021). Beruntung aku mendapat informasi mengenai event ini dari salah seorang temanku sehingga bisa ikut mendaftar. Sudah cukup lama juga aku ingin menjajal rutenya setelah mendengar testimoni positif dari teman-temanku yang sebelumnya sudah pernah gowes ke Ciletuh. Katanya rutenya cukup menantang namun pemandangannya sangat oke.


Mengenai Event GCMC 2021

Event ini dibagi menjadi dua kategori jarak: 100km dan 300km. Aku dan kedua orang temanku mengambil jarak 100km. Sesuai dengan brosur, titik startnya ada di Boxies Mall Bogor dengan titik finish di Puncak Darma Ciletuh. Ada 3 Check Point (CP) diantara titik start dan finish, dimana peserta diwajibkan untuk check in secara berturutan dari titik start hingga finish menggunakan aplikasi HP. Untuk biaya pendaftarannya sendiri sebesar Rp 300 ribu untuk kategori 100km. Rencana awalnya, kami bertiga akan gowes PP, jadi jarak yang akan ditempuh sekitaran 200km.


Start s/d CP 2 Arus Liar Rafting

Peserta 100km sudah bisa start dari jam 05:00. Namun demikian karena suatu hal, kami bertiga start jam 6:30, sudah cukup  terlambat dari jadwal. Sementara sebelum kami, sudah banyak peserta yang start duluan. Memang dari awal niatnya nggak gowes buru-buru juga, namun start kesiangan ini sedikit diluar perkiraan. 

Start belakangan


Karena start kesiangan rute yang kami lalui hingga CP1 (Parung Kuda) sudah cukup ramai walaupun nggak sampai macet parah. Karena jalurnya melewati jalan utama menuju Sukabumi, mesti sedikit berhati-hati karena mesti berbagi jalan dengan truk dan angkot. Karena jalanannya cenderung menurun hingga Km35, tidak perlu terlalu banyak effort disini. 


Di sekitar Km35 kami keluar dari jalur utama, belok kanan menuju Cikidang. Nah setelah berbelok, jalanan menjadi relatif lebih sepi. Tidak banyak kendaraan yang berlalu lalang walaupun jam sudah menunjukkan hampir jam 8 siang. Seingatku 20km pertama setelah kami berbelok, rute yang kami lalui cenderung flat. Ada beberapa segmen rolling namun tidak terlalu berat. Kombinasi  kondisin jalanan yang sepi dan relatif bagus (untuk ukuran road bike tentunya) membuat jalur ini cocok untuk pecinta gowes blusukan. Pemandangannya pun lumayan oke, ada segmen hutan dan kebun sawit yang kami lewati.



Setelah keluar jalur utama, rute menjadi relatif lebih sepi


Nah di 10km terakhir menuju CP Arus Liar, jalur rollingnya lebih parah. Segmen tanjakannya menjadi lebih panjang dan gradiennya pun lebih tinggi. Tepat sebelum CP Arus Liar, kami melewati turunan cukup panjang dan lumayan curam. Perlu ekstra hati-hari disini, selain curam, ada beberapa turunan yang patah.  Namun demikian, di segmen turunan ini jalanannya lebih lebar, untuk mengakomodasi kendaraan-kendaraan dari arah sebaliknya yang mungkin mengalami kesulitan ketika menanjak.


Kami tiba di CP2 Arus Liar sekitan jam 9:15. Diluar ekspektasiku banyak makanan ringan yang disediakan oleh panitia: Buah-buahan (pisang, jeruk, jambu), hydro coco, hingga minuman C1000. Makanan ini lumayan berlimpah jumlahnya, padahal sebelum kami tentunya sudah banyak yang sudah sampai duluan disini. Nah berhubung kami memang niatnya gowes santai, disini kami cukup lama beristirahat sambil ngopi santai.


Setelah melewati rute turunan yang panjang dan curam tadi, kami berpikir ulang untuk rute pulangnya nanti sepertinya akan mengambil jalur utama yang melewati Cibadak, yang katanya sih lebih landai. Terbayang jika harus melewati rute yang sama, tanjakan yang harus kami lalui bakalan lumayan berat.


CP 2 Arus Liar s/d CP 3 Vihara Nam Hai Kwan Se Im Pu Sa 

Setelah beristirahat selama 1 jam lebih di Arus Liar, kami melanjutkan perjalanan menuju CP 3. Disini rutenya menjadi lebih menantang dibandingkan dengan sebelumnya. Ada beberapa segmen tanjakan yang lumayan panjang dan dengan gradien yang lumayan. Rasa-rasanya sudah tidak terhitung berapa kali aku melihat rambu-rambu tanjakan curam, sedikit memberikan peringatan untuk pegowes agar bersiap-siap untuk memindahkan gear ke sprocket yang lebih besar.


Tidak hanya tanjakannya yang menantang, namun turunannya juga tak kalah berbahaya. Kombinasi turunan dan belokan tajam menurutku sangat berbahaya terutama untuk pengguna sepeda dengan rim brake. Terlebih lagi ketika turunan jalanannya tidak terlalu mulus (yang memang didesain agar kendaraan bermotor tidak terlalu ngebut ketika turunan), ini membuatku mesti sering mengeram. Disini aku hampir menabrak pick up ketika melewati kombinasi turunan dan belokan tajam. Sepedaku oversteer ketika belokan karena terlambat mengerem. Memang seharusnya di rute yang seperti ini mengerem lebih awal untuk mengurangi kecepatan akan lebih baik daripada mengerem secara langsung. Mengerem mendadak ketika melewati jalanan menurun + belokan bisa membuat sepeda menjadi tidak stabil.


Ketika mengganti ban dala, tak disangka ada mobil panitia lewat.
Foto-foto deh


Ketika melewati segmen turunan panjang, ban depan dan belakangku tetiba kempes. Sepertinya karena aku menggunakan rem secara terus-menerus sehingga rim wheelsetnya panas, dan ketika melewati jalanan yang tidak rata akhirnya membuat ban bocor. Beruntung aku membawa 2 ban dalam cadangan. Langsung kuganti ban dalamnya, dan beruntung temanku membantu mengganti ban yang lainnya sehingga aku tidak perlu berhenti terlalu lama.


Berfoto ria setelah berbelok dari
jalur utama , untuk menuju Ciletuh
Sebelum Pelabuhan Ratu, kami melewati hutan. Banyak kera terlihat di sebelah kiri dan kanan jalan. Namun karena disini jalanannya berupa turunan curam dan tidak mulus, aku sudah tidak sempat memperhatikan kera-kera di sepanjang jalan. Di rute turunan ini juga menurutku sama berbahayanya dengan turunan sebelumnya yang membuat banku bocor. Namun demikian, jalanannya cenderung lurus dan tidak berbelok tajam seperti sebelumnya.


Setelah kurang lebih 5km dari Pelabuhan Ratu kami keluar dari jalur utama melewati jalan yang lebih kecil, kami sudah berada di jalan yang menuju Ciletuh. Jalanannya relatif lebih sepi dibandingkan dengan jalur utama sebelumnya. 2km pertama sejak berbelok, jalanannya relatif flat, namun setelahnya mulai naik turun hingga CP3 Vihara. Kami sampai di CP3 sekitar jam 12:15. Disini kami beristirahat sebentar sambil berfoto-foto ria. Berdasarkan informasi dari rute GPX yang diberikan panitia, jarak dari Vihara hingga Puncak Darma sekitar 20km. 


Jalur utama menuju Ciletuh



Menuju Finish
Karena berdasarkan informasi dari panitia ada segmen KOM dari CP3 menuju finish di Puncak Darma, dari awal aku sudah berniat untuk all out disini. Sekedar ingin mengetahui berapa catatan waktuku dalam kondisi all out. Karena alasan inilah, setelah CP3, aku jalan duluan, meninggalkan kedua temanku yang memang pace nya lebih santai. Namanya segmen tanjakan tentunya akan sulit untuk tunggu-tungguan. Lebih baik menunggu di titik finish saja.

Sebelum ngegas,  foto 
sepeda dulu di Vihara

Belakangan aku baru mendapat informasi bahwa segmen KOM nya ternyata dimulai dari pertigaan ketika keluar dari jalan utama dan berbelok menuju Ciletuh. Agak aneh sih menurutku, selain karena perubahan ini tidak diinformasikan sebelumnya, segmen KOM seharusnya ya tidak melewati titik CP, agar lebih fair. Karena perlu waktu juga untuk berhenti di CP dan melakukan check in melalui aplikasi.


Rute sepanjang 20km dari CP3 Vihara hingga Puncak Darma menyusuri pantai. Jalanannya relatif bagus, berupa aspal walaupun bukan kualitas terbaik. Sepanjang jalur, tidak banyak ditemui pepohonan yang tinggi, vegetasinya terkesan gersang. Melewati rute ini jam 1 siang tentunya menjadi PR tersendiri karena selain melawan teriknya matahari dan cuaca yang panas, juga angin yang cukup kencang. Jika sebelumnya rute naik turunnya tergolong ringan, setelah melewati Vihara rutenya menjadi semakin menantang. Segmen rolling yang menguras tenaga menjadi semakin banyak, dan tanjakannya kurasa juga semakin panjang.


Wahoo Elemnt Roam yang kugunakan aku set untuk menampilkan halaman peta dari rute GPX yang diberikan panitia. Sebenarnya jalurnya ini sudah hanya satu, tidak ada persimpangan lagi hingga titik finish, namun yang kuperlukan adalah gradien naik dan turunnya dari rute yang akan kulewati, sehingga aku bisa mengantisipasi jika di depan akan ada tanjakan panjang. Di segmen ini jujur aku sudah tidak melihat berapa HR dan rerata effort power yang kukeluarkan, benar-benar hanya melihat power saat ini dan gradien dari rute yang akan kulalui.



Tanjakan Dini, gagal kutaklukkan, bisa dilihat pemandangan di latar belakangnya sangat indah

Menjelang 10km terakhir aku melihat gradien tanjakan yang lebih curam dari biasanya. Belakangan aku baru tahu tanjakan ini dinamakan tanjakan Dini yang konon adalah tanjakan tercuram di rute ini. Sayangnya aku terlambat menyadari curamnya tanjakan ini. Walaupun aku sudah mencoba memperlambat pace ku sebelum tanjakan Dini, HR ku langsung naik cepat ke atas 170 ketika baru mencapai 1/3 tanjakan. Sepertinya karena sudah ngegas di 10km sebelumnya, tenagaku belum pulih. Akhirnya dengan sprocket terbesarku di 28T, aku mencoba menyelesaikan tanjakan dengan pola zig-zag. Namun karena nafasku sudah habis, sepertinya karena HR yang sudah mentok, akhirnya aku memutuskan berhenti sebentar di belokan yang konturnya sedikit merata. Disini sudah ada warung dan beberapa fotografer yang langsung datang mengabadikan momen-momen kegagalanku melewati tankjakan ini.
Sisi lain dari Tanjakan Dini. Foto ter-epic
kedua temanku ketika mencoba melibas nya


Aku berhenti sejenak dan minum air dari bidonku yang sudah tinggal sedikit. Berhenti di warung jelas bukan opsi yang kuambil. Aku memutuskan untuk melanjutkan sisa tanjakan yang tinggal sedikit dan relatif lebih landai dibanding segmen tanjakan yang pertama. Akan sangat menyenangkan jika puncak dari tanjakan ini adalah titik finishnya, namun kenyataannya masih ada sekitar 10km lagi menuju titik finish.


Setelah tanjakan Dini, tenagaku sudah banyak terkuras. Dan setelah itu segmen rolling lainnya yang tak kalah melelahkan sudah siap menyambut. Begitu ketemu tanjakan berikutnya, kedua pahaku mulai ngambek dan kram. Di depan, masih tersisa satu tanjakan panjang, yang kurasa adalah segmen tanjakan paling panjang di rute ini. Walaupun secara gradien jauh lebih landai dibandingkan dengan tanjakan Dini, namun dengan tenaga yang sudah terkuras dan kondisi kaki yang sudah mulai kram, ini menjadi tantangan tersendiri. Yang menyebalkan adalah kramku akan kumat kalau menggunakan gear belakang yang paling ringan, tetapi jika kutambah resistensinya ke gear yang lebih berat, malah tidak terlalu berasa kram, namun beban di kaki menjadi lebih berat karena memaksaku menggunakan cadence rendah.


Setelah tanjakan Dini, hujan mulai turun, walaupun tidak terlalu deras, namun cukup membuat jalanan menjadi lebih licin. Disini aku nyaris lagi menabrak mobil dari arah berlawanan ketika melewati segmen turunan yang berbelok. Jalanan yang licin menjadi resiko tersendiri, apalagi jika kita berniat all out seperti yang kulakukan, sebisa mungkin ngegas terus, ketika jalanan berbelok, jadi ngeri-ngeri sedap khawatir oversteer keluar jalur.


Pada akhirnya aku sampai di titik finish sekitar jam 13:30, 1 jam lebih dikit dari CP3 Vihara. Kaki ku terasa  lemas, dan mungkin aku juga sudah mengalami dehidrasi yang cukup parah. Aku meminum 4 Hydro Coco berukuran 250ml yang disediakan panitia namun masih tetap terasa haus. Peserta pertama yang finish disini konon hanya memerlukan waktu tidak sampai 4.5jam. Mereka sudah finish duluan sekitar jam 11 siang. Hampir berbeda 3 jam dengan waktu finishku.



Akhirnya finish juga


Disini aku berfoto ria bersama temanku yang menggunakan MTB yang kebetulan sudah finish duluan. Puncak Darma walaupun bukan bukit tertinggi di rute yang kulewati, namun menyajikan pemandangan yang indah. Dari sini kita bisa melihat laut dari puncak bukit. Melihat tingginya jarak dari puncak bukit ke laut rasanya tidak terbayang inilah elevasi yang kudapatkan dari semua segmen tanjakan di 20km terakhir.


Sesampainya di titik finish, aku baru menyadari kenapa rata-rata orang yang gowes kesini one way saja, bukan PP. Karena jujur saja dari awal sampai finish rutenya bisa dibilang nggilani. Elevation gain hanya 2200m, namun tenaga dikuras habis-habisan oleh segmen rolling yang tidak terhitung banyaknya. Membayangkan mesti turun dari Puncak Darma ini hingga ke CP3 Vihara saja rasanya sudah mual.


Sambil menunggu kedua orang temanku yang kutinggalkan di CP 3, aku ngobrol-ngobrol dengan temanku sambil makan Indomie rebus yang rasanya menurutku sudah tidak karuan, mungkin karena sudah kelelahan juga. Temanku pada akhirnya baru sampai di titik finish sekitar jam 3 kurang.


Bonus: Rute Pulang

Jika mengikuti rencana awal, temanku yang menggunakan MTB dan juga kedua orang temanku yang sudah start barengan akan gowes PP. Namun mereka membatalkan rencana tersebut karena seperti alasan yang sudah kusebutkan diatas. Perlu mental yang kuat banget untuk bisa gowes PP. Mereka sempat membujukku untuk pulang loading saja, dan aku sempat ragu. Namun pada akhirnya kuputuskan untuk gowes PP walaupun akhirnya mesti gowes sendiri.


Ketika pulang, aku sempatkan berfoto
di salah satu spot yang menurutku bagus.
Sayang, aku tidak sempat berfoto di Tanjakan Dini,
padahal pemandangannya the best
Aku turun dari Puncak Darma jam 4 sore, begitu melewati tanjakan pertama yang gradiennya tidak seberapa, kakiku sudah ngambek. Berat memang, tapi it had to be done karena aku tidak memiliki opsi lain. Namun kuakui, rute pulang menyajikan pemandangan yang lebih oke dibandingkan dengan rute berangkat. Mungkin karena tidak terburu-buru oleh waktu, tidak seperti rute berangkat. Pemandangan di tanjakan Dini dari rute pulang menurutku adalah yang paling indah. Dari sini aku bisa melihat pemandangan laut  yang dipenuhi oleh perahu nelayan. Tak heran jika banyak orang yang berhenti dan berfoto ria disini.


Aku melewati rute yang berbeda ketika pulang, tidak lagi melewati Cikidang, tetapi melewati jalur utama Pelabuhan Ratu-Cibadak. Jalanannya lebih lebar dan lebih ramai, walaupun di beberapa titik jalanannya benar-benar gelap karena tidak ada lampu jalan. Dan tentu saja rute pulang ini jalanannya cenderung menanjak. Entah berapa banyak tanjakan yang kulewati. Ada beberapa yang gradiennya lumayan, namun kurasa tidak separah rute berangkat.


Pada akhirnya aku baru sampai di Boxies Mall jam 10 malam. Perjalanan kutempuh kurang lebih 5 jam 20 menit, dengan istirahat sekali di Km 50 untuk sholat sekaligus makan Indomie. Sesampainya di Boxies aku langsung mencari warung makan yang masih buka untuk makan nasi. Bisa dibilang hanya inilah makan beratku di hari itu. Dari sejak pertama gowes hanya makan buah-buahan dari panitia + 2 mangkok Indomie di Puncak Darma dan di rute pulang. Kulihat rute pulang melalui jalur utama Cibadak tidak berbeda jauh dengan rute melalui Cikidang, selisihnya tidak sampai 5km. Elevasi yang didapat sekitar 1900m, jadi jika ditotal PP mendapatkan elevasi lebih dari 4000m.


Teman-temanku yang memutuskan untuk loading baru sampai Boxies Mall jam 22:30. Agak telat karena mereka baru turun dari Ciletuh jam 19:00. Itu pun sepedanya baru sampai sekitar jam 23:30. Pada intinya gowes dari sana lebih cepet daripada loading. Hehehe 😁


Jarak dan elevasi rute berangkat, pulang, dan PP. 
Rute PP kurekam menggunakan cyle computer yang berbeda


Penutup

Kenang-kenangan medali
dari event GCMC 2021
Dari berbagai event bersepeda yang pernah kuikuti, mungkin bisa kubilang inilah event terbaik dari sisi rute dan pemandangan yang disajikan. Rutenya benar-benar menantang mental dan endurance. Jalanan yang naik turun (rolling) benar-benar menguji ketahanan kaki. Dan semuanya terbayar suasana dan  pemandangan indah yang bisa dinikmati di sepanjang rute. Walaupun benar-benar melelahkan, namun aku tidak menyesal untuk gowes PP. Gowes sendirian apalagi hingga lewat malam akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan, walaupun pengalaman seperti ini kurasa cukup sekali saja. Hehehe


Aku berharap dalam beberapa waktu kedepan bisa gowes melalui rute ini lagi yang tentunya gowes dengan format gowes konten yang tidak perlu dikejar waktu. Yang jelas cukup one way saja, tidak perlu PP. kalaupun mau PP paling nggak sampai Pelabuhan Ratu sudah cukup. Seperti yang sudah kusebutkan sebelumya, pemandangan di rute pulang ini jauh lebih bagus. Semoga saja bisa gowes kesini lagi tanpa perlu menunggu event ini kembali tahun depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar