Minggu, April 09, 2017

Pengalaman Gowes Bromo 100KM 2017: Tanjakannya Mantapp!!

Pada tanggal 25 Maret lalu, aku dan temanku Muh berkesempatan untuk mengikuti event tahunan yang diselenggarakan oleh Jawa Pos: Bromo 100KM. Sesuai dengan namanya, jarak tempuhnya kurang lebih 100km, start dari Surabaya dan finish di Wonokitri Bromo. Rencana awalnya, seharusnya ada 3 orang teman kantorku yang ikut. Namun sayangnya ketiga-tiganya sakit dan berhalangan, sehingga tidak bisa mengikuti event ini.

Packing
Ini adalah kali pertama aku gowes ke luar kota. Dan berhubung ke Surabaya naik peaawat, jadi mau nggak mau sepeda harus dimasukkan ke dalam bike box. Agak ribet juga ternyata packing sepeda ke dalam bike box.
Untuk pengalaman pertamaku ini, perlu waktu 1 jam lebih untuk membongkar sepeda dan menatanya ke dalam bike box. Yang perlu di bongkar antara lain:
  • Ban depan dan belakang, pastikan keduanya sudah kempes ketika dimasukkan ke dalam bike box.
  • Handle bar
  • Seat post
  • Pedal

Disarankan untuk membawa pompa besar diluar pompa yang portabel. Karena ketika sudah sampai dan sepedanya dirakit kembali, akan lumayan berat jika memompa menggunakan pompa portabel.

Tempat menginap
Kami menginap di Zio Homestay, sesuai dengan rekomendasi salah seorang rekan kantorku yang nggak jadi berangkat. Ternyata lokasinya ini sangat strategis, tidak terlalu jauh dari bandara dan juga titik start Bromo 100Km: Polda Jatim. Tarif menginapnya cukup miring, Rp 250rb per malam. Yang membuatku terkejut, ketika kami sampai di homestay ini, lorong kamar dipenuhi oleh sepeda para peserta lain yang berasal dari luar Surabaya. Beberapa aku lihat sudah dipasangi nomor sepeda untuk acara ini. Melihat kenyataan seperti ini, tampaknya aku akan menginap disini lagi jika tahun depan bisa ikutan acara Bromo 100km ini lagi.

Berhubung pada saat itu sudah mau maghrib dan kami belum mengambil race kityang batas pengambilannya adalah jam 8 malam, akhirnya kami segera ke kamar dan merakit sepeda. Walaupun sisa space untuk menyimpan bike box di dalam kamar nya ini sangat sempit, namun pada akhirnya kami berhasil merakit sepeda dengan cepat. Selesai merakit kami langsung menuju ke tempat pengambilan race kit menggunakan sepeda, yah hitung-hitung pemanasan untuk acara besok dan sekalian mencari makan malam, karena jaraknya tidak terlalu jauh, kurang dari 7km.

Foto dulu sebelum start
Acara Hari H
Jam 4 pagi kami sudah bangun dan segera bersiap-siap. Kami start dari homestay jam 5 lewat 15. Tak sampai 10 menit kami sudah sampai di Polda Jatim, maklum jaraknya kurang lebih 1 km dari homestay. Sesampainya di lokasi, sudah banyak peserta lain yang sudah tiba lebih dulu. Di lokasi start ini pun makanan dan minuman sudah disediakan, jadi tidak perlu khawatir bagi yang belum sarapan.

Acara dimulai pukul 6 tepat. Seperti yang telah diketahui, rangkaian acara gowes Bromo 100km ini dibagi ke dalam 3 bagian:
  • Polda Jatim - Pendopo Pasuruan: dengan jarak kurang lebih 57km
  • Pendopo Pasuruan - KUD Puspo: dengan jarak kurang lebih 25km
  • KUD Puspo - Wonokitri: dengan jarak kurang lebih 16km

Stage 1 Polda Jatim - Pendopo Pasuruan
Rute pada bagian pertama cenderung flat, ditempuh selama kurang lebih 2 jam. Sepanjang perjalanan, jalanan yang dilewati benar-benar steril dan kecepatan rata-rata nya dijaga sekitar 27-30km/jam. Disini peserta tidak boleh melewati road captain yang berada di paling depan. Di rute ini aku dan temanku memilih untuk berada tidak terlalu jauh dari depan, agar kecepatan bisa lebih stabil sehingga bisa lebih menghemat tenaga.

Aku sampai di Pendopo Pasuruan sekitar jam 8 pagi. Disini sudah tersedia makanan dan minuman yang melimpah dari mulai air mineral, air tebu, pulpy, kopi nescafe kotak, permen, pocari sweat, pisang, lemper, hingga makanan berat berupa mie ayam. Semuanya boleh diambil untuk dimakan maupun dibawa untuk perbekalan. Tak lupa panitia mengingatkan agar para peserta tidak terlalu banyak makan dan minum.

Selama stage 1, jalanan steril dari kendaraan bermotor

Baru start, masih fresh 😎

Stage 2 Pendopo Pasuruan - KUD Puspo
Di Pitstop 1, rombongan peserta beristirahat kurang lebih 30 menit. Jam 8:30 acara gowes dilanjutkan. Berhubung aku antri untuk ke toilet, jadilah aku start belakangan. Terpaksa setelah jalan aku ngebut untuk mengejar temanku. Tak kusangka aku sudah tertinggal cukup jauh. Dan upayaku untuk mengejar temanku ini membuahkan hasil walaupun harus dibayar mahal. Well.. heart rate ku sudah mencapai zona 3 mentok mau ke zona 4 ketika aku berhasil menyusul Muh.
 
Suasana di pitstop 2

Dan di titik ini jalanan sudah mulai menanjak. Berdasarkan informasi dari dari website acara ini, stage 2 ini jalanannya sudah mulai menanjak. Ada perbedaan elevasi sekitar 600m dari Pitstop 1 dan Pitstop 2. Tantangan Bromo sudah dimulai. Hari sudah mulai siang, dan panas menjadi musuh utama menuju Pitstop 2. Yang aku sukai adalah jalanannya dibuat berkelok-kelok sehingga tanjakannya menjadi sedikit tidak "berasa". Namun tetap saja heart rateku yang sudah menyentuh zona 4 menjadi masalah tersendiri. Bayangkan saja sudah ngos-ngosan ngebut eh abis itu disajikan tanjakan. Ini baru stage 2, nggak ada apa-apanya dengan stage terakhir.

Di stage ini aku berusaha untuk menghemat gear belakang yang aku pakai. Kombinasi crank 34/50T dan sprocket 11-28T aku harapkan sudah mencukupi untuk melibas tanjakan bromo hingga titik finish. Dan pada akhirnya hingga pitstop 2 aku bisa bertahan dengan menggunakan gear belakang 21T. Sengaja aku sisakan 2 gear lagi untuk jaga-jaga. Jika aku sudah pakai gear paling besar disini, bisa dipastikan aku tidak akan bertahan di stage terakhir nanti.

Jarak tempuh dari Pendopo Pasuruan hingga KUD Puspo menurut aplikasi GPS ku adalah sekitar 25km. Aku sampai di pitstop 2 sekitar jam 9:45. Muh aku tinggal di belakang, dan sampai di pitstop ini 15 menit kemudian.

Stage 3 KUD Puspo - Wonokitri Bromo
Pada stage terakhir ini diperlombakan KOM (King of Mountain) dan QOM (Queen of Mountain), untuk menentukan siapa yang memiliki waktu tercepat dari pitstop 2 hingga titik finish. Untuk kategori KOM, dibagi menjadi 3: dibawah 30 tahun, 30-40 tahun, dan 40 tahun ke atas. Sementara untuk QOM nya tidak ada pembagian kategorinya. Peserta yang mengikuti KOM dan QOM akan berangkat duluan, sementara peserta lain bisa menyusul setelahnya.

Aku start sekitar pukul 10:15, setelah peserta yang mengikuti KOM kategori umur 30-40 tahun diberangkatkan. Barenganku ternyata nggak banyak, mungkin karena waktu nya lebih fleksibel kali ya dan mereka lebih memilih untuk beristirahat lebih lama di pitstop 2 dan jalan belakangan. Termasuk temanku juga yang memutuskan untuk start belakangan. Sementara sih buatku, start lebih awal artinya bisa finishlebih cepat dan bisa beristirahat lebih lama di Wonokitri.
Foto dulu sebelum melibas stage 3

Salah satu segmen tanjakan di stage 3
Rute di stage terakhir ini didominasi oleh jalanan berkelok. Jadi walaupun tanjakannya agak curam, masih enak untuk digowes. Beruntung panas matahari di stage ini tidak seterik ketika melibas rute stage 2. Malahan semakin keatas udaranya semakin adem dan dipenuhi kabut. Disini aku menggunakan gearbelakang sekecil mungkin agar cadence ku bisa kujaga di 60-70rpm. Yang penting sih jangan diawal-awal sudah menggunakan gear belakang yang paling besar, karena aku tidak tahu apakah aku menemukan tanjakan yang lebih curam di depan. Namun demikian pada ujung-ujungnya sih pakai gear 28T juga karena kaki sudah lelah, dan tidak mampu lagi menjaga agar cadence lebih dari 50rpm .

Well.. ternyata tanjakan di stage 3 ini memang sangat-sangat mantap. Bagi yang sudah terbiasa gowes ke Puncak ataupun KM0 Sentul bisa mengatakan bahwa tanjakan di rute tersebut tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan tanjakan menuju Wonokitri. Gatel antara ingin berhenti untuk beristirahat walaupun sebentar namun di sisi yang lain pikiranku tetap terus ingin mengayuh, karena memang inilah tantangannya: gowes hingga titik finish tanpa berhenti sekalipun.

elevasi stage 3, bagian yg dilingkari adalah lokasi turunan PHP
100km lebih dikit lah 😝
Walaupun rata-rata grade tanjakan di stage 3 ini sekitar 7-8%, namun tidak semuanya berisi tanjakan. Kira-kira 5km sebelum titik finish, jalanan sedikit melandai dan cenderung rata. Di 10km pertama memang isinya tanjakan semua, sehingga ketika ada medan yang landai, pasti langsung ngeh. Nah sebagai bonus, ternyata ada turunannya juga lho, kurang lebih sekitar 2km dari titik finish. Namun demikian jangan senang dulu, karena ini turunan bisa disebut turunan PHP alias pemberi harapan palsu. Ketika aku melewati turunan PHP tadi, secara refleks aku menurunkan gear, yang ternyata malah membuat kakiku langsung kram. Dan kupikir setelah turunan ini sudah dekat ke titik finish. Namun pada kenyataannya justru tanjakan curam telah siap menunggu untuk dilibas.

Well.. tanjakan curam dan kaki kram tentunya bukan kombinasi yang bagus. Namun demikian aku berusaha untuk tidak menyerah, aku gowes pelan-pelan agar kramku tidak tambah parah. Dan penderitaanku ternyata belum berakhir. Sekitar 300m dari titik finish, para peserta akan menghadapi segmen tanjakan yang paling curam di stage 3 ini. Kurasa disinilah tanjakan dengan grademaksimum sebesar 16% berada, yang sering digembar-gemborkan di website Jawaposcycling. Rasa-rasanya aku ingin menyerah disini, namun di titik ini fotografer sudah siap mengabadikan momen-momen kritis ini. Nggak lucu kan klo kejepret ketika sedang menuntun sepeda 😅😅.
Akhirnya bisa finish juga

Akhirnya aku bisa finish jam 12 kurang, dengan moving time 4 jam 55 menit, aku hitung sejak start dari homestay. Pencapaian yang menurutku lumayan lah, paling nggak sesuai dengan targetku, bisa menyelesaikan stage 3 tanpa berhenti sekalipun. Di titik finish, panitia sudah menyediakan makanan dan minuman berlimpah dan terapis. Badanku rasanya sudah remek semua: kaki kananku rasanya kaku karena sudah kram dari sejak tanjakan PHP. Yang lebih terasa adalah pinggang, rasa pegal dan tidak nyamannya sudah aku rasakan sejak pertengahan stage. Penyebabnya adalah posisi badan yang condong kedepan dalam waktu yang lama dikombinasikan dengan tanjakan yang konstan. Belum lagi aku baru menyadari kalau posisi handlebar ku turun beberapa derajat. 😭😭
Foto bersama Mas Arief Pradetya, salah satu rekanku yang
juga mengikuti event ini

Finisher akan mendapat sertifikat dan kaos,
medali hanya untuk juara KOM & QOM

Wonokitri dipenuhi oleh kabut, padahal waktu menunjukkan jam 1 siang

Perjalanan kembali ke Surabaya
Rencana awalnya, aku dan Muh akan gowes lagi untuk rute pulangnya. Namun apa daya, sesampainya di titik finish, temanku membatalkan rencananya karena sudah kelelahan dan tidak yakin bisa gowes lagi dan mau nebeng temen-temennya yang mau menyewa mobil untuk pulang ke Surabaya. Pada akhirnya, aku putuskan untuk gowes lagi, walaupun harus sendirian.

Ayo semangat Om!!!, sedikit lagi finish
Aku turun sekitar jam 2 siang lewat. Ketika turun aku masih berpapasan dengan peserta lain yang masih berjuang untuk mencapai titik finish. Luar biasa semangatnya, walaupun mesti finish terlambat dan bahkan menuntun sepedanya, mereka tetap semangat.

Rute turunan sepanjang kurang lebih 30km menurutku lumayan PR, dan memerlukan handling rem yang baik. Bablas dikit bisa keluar jalur atau bahkan meluncur ke jurang. Beruntung kondisi jalanan ketika aku turun tidak terlalu ramai. Karena turunan nya dikombinasikan dengan jalanan yang berkelok, ngerem nya juga mesti dikira-kira. Rem terlalu dalam, bisa-bisa jatuh dan jungkal ke depan. Sementara jika terlalu ‘dangkal’, bisa-bisa bablas ke jalur orang untuk naik. Ketika melewati pitstop 2, aku beristirahat sebentar untuk sholat. Karena gowes sendirian, agak-agak ngeri nanti kalau melipir sholatnya di jalur yang ramai, nggak ada yang mengawasi sepeda. Walaupun di lokasi pitstop tidak ada tempat sholat, beruntung di dekat situ ada sekolah yang ada musholla nya.

 
Pemandangan di Wonokitri, lerengnya sangat curam

Selanjutnya, sisa 70km didominasi jalanan yang flat. Pada awalnya aku pikir gowes sendirian agak sedikit menakutkan disini, namun ternyata oke juga. Walaupun lalu lintas ramai, karena memang melewati jalan propinsi, namun jalanannya relatif lebar, sehingga kecepatan ku pun relatif lebih stabil. Kekhawatiran awalku akan banyaknya truk dan bus yang cenderung ugal-ugalan tidak terbukti. Selain itu jalanan aspalnya juga relatif mulus, kecepatan rata-rata 29-31km/jam masih bisa dicapai walaupun tubuh dan kaki sudah lelah.

Ketika melewati Sidoarjo turun hujan, namun tidak terlalu deras. Sempat tergoda untuk berhenti sejenak dan sekalian makan malam, namun aku urungkan karena ingin segera tiba di homestay. Awalnya, kuperkirakan aku akan sampai di homestay sebelum pukul 6 sore. Namun kira-kira 11km dari titik tujuan akhirku, tiba-tiba turun hujan sangat deras, dan aku tidak mau mengambil resiko di sisa perjalananku. Beruntung di dekat situ ada Alfamart untuk berteduh.

Namun begitu aku melipir, terdengar letusan, dan ternyata ban belakangku bocor. Aku bersyukur meletusnya bukan ketika aku gowes, kalau nggak bisa-bisa hilang keseimbangan dan terjatuh. Ternyata ban luar belakangku sobek dari samping, lumayan lebar pula. Entah juga kenapa bisa terjadi, kemungkinan terkena batu yang cukup tajam hingga ban dalamnya juga kena. Beruntung aku membawa ban dalam cadangan. Namun agak-agak ngeri juga karena ban luar nya sudah sobek. Yah sementara aku lakban, paling nggak sisa 11km bisa aku lalui dengan aman.

Hujannya lumayan awet rupanya. Aku menunggu hampir 2 jam disitu. Dan rupanya, temanku juga belum sampai Surabaya. Wow.. ini yang gowes malah bisa lebih cepat daripada naik mobil. Rupanya, loading sepeda nya juga memakan waktu dan ketika turun jalanannya lumayan macet. Pada akhirnya aku tiba di homestay sekitar jam 8. Dari titik tempat aku berteduh tadi sengaja aku putar-putar dulu, untuk mengejar jarak 200km. Well.. ternyata rute pulangku tidak sama dengan rute ketika berangkat, ada beberapa titik yang ternyata aku memotong jalur, sehingga ketika pulang, jaraknya tidak sampai 100km.

Kesimpulan
Aku sangat puas dengan event Bromo 100KM ini. Sesuai dengan informasi yang aku dengar dari rekan-rekanku, event ini sangat worth untuk diikuti, mulai dari rute yang sangat menantang, makanannya yang melimpah, serta pengawalan dan jalannya acara yang menurutku sangat baik. Tahun depan jika tidak ada halangan aku berencana untuk mengikuti event ini lagi, dan mungkin juga event-event lain yang diselenggarakan Jawapos.

Bagi para pecinta tanjakan yang belum pernah mengikuti event ini, aku sarankan untuk mencobanya. Beberapa tips yang menurutku perlu dipersiapkan antara lain:
  • Pompa sepeda yang besar. Akan sangat membantu untuk memompa ban sepeda sebelum acara dimulai. Pompa portabel bagusnya juga dipersiapkan, namun ketika membawa sepeda ke dalam bike box, perlu energi dan waktu lebih lama untuk memompa ban.
  • Compact crank (34/50) dan sprocket minimal (11-28T) sangat disarankan, syukur-syukur bisa pakai 11-32T. Semi compact crank mungkin masih oke selama dikombinasikan dengan 11-32T atau yang lebih besar. Kecuali Anda atlet, jangan coba-coba pakai 39/53T. Ingat tantangan tanjakannya ini setelah Anda gowes 80km lebih, energi sudah cukup terkuras.
  • Bidon/tempat minum menurutku membawa 1 saja sudah cukup. Membawa 2 menurutku kebanyakan, karena ketika istirahat di pitstop, Anda selalu bisa me-refill minuman dan makanan. Pengalamanku kemarin, aku membawa minuman tambahan dan sampai titik finish di Wonokitri tidak aku sentuh sekalipun. Menyesal tidak aku buang di jalan karena lumayan itu nambah berat sepeda pas di stage 3.
  • Sering-sering latihan tanjakan sebelum mengikuti event, untuk mengukur endurance dan kemampuan dalam melibas tanjakan.
  • Jika pulangnya akan gowes lagi sampai Surabaya, jangan lupa membawa perlengkapan yang memadai: lampu depan & belakang, ban dalam cadangan, pompa portabel, dan peralatan untuk membongkar ban.
  • Jangan terlalu ngoyo ketika melibas 54 km pertama hingga pitstop 1. Sebisa mungkin di stage 1 posisi berada di depan agar kecepatan bisa lebih stabil dan menghemat energi. Simpan energi untuk tanjakan di stage2 dan 3.

Catatan Tambahan
Tautan ke activity di Strava: Endurance Ride: Bromo100
Tautan ke segmen stage 3: JawaPos 2017 - KOM Race segment

Tidak ada komentar:

Posting Komentar