Selasa, Maret 21, 2017

Gowes Edisi Endurance Ride: Gadog-Cianjur PP

pemandangan kebun teh dari warung Mang Ade
Ini adalah gowes pertamaku dalam menjajal medan tanjakan dengan menggunakan crank compact 50/34T. Sebelumnya aku menggunakan crank 53/39T yang memang didesain untuk medan yang relatif flat. Walaupun crank ini telah teruji untuk melibas tanjakan KM0 melalui rute Taman Budaya, namun rasa-rasanya akan sangat mustahil untuk bisa melibas tanjakan di event Bromo 100 tanpa berhenti di tengah jalan. Melibas tanjakan dengan grade 10-15% saja sudah ngos-ngosan, apalagi jika tanjakannya panjang.

Gowes edisi kali ini memang aku tujukan sebagai uji nyali dan mental dalam mempersiapkan event Bromo 100 yang akan digelar minggu ini. Jadi itung-itung sebagai latihan terakhir lah. Selama ini biasanya jika latihan di medan menanjak memang on the spot, nggak gowes dari rumah. Jadi pas nanjak ya masih fresh. Untuk menguji endurance, mesti dipaksa melibas tanjakan dalam kondisi stamina sudah terkuras. Dan aku melihat rute Gadog-Cianjur ini bisa merepresentasikan kondisi diatas. Tanjakan pertama dari Gadog-Mang Ade sebagai pemanasan, sementara tanjakan kedua dari Cianjur-Mang Ade sebagai uji endurance nya.


Seperti biasa, aku parkir di Mesjid Gadog, sekalian sholat shubuh disana sambil menunggu temanku Muh dan temannya satu lagi untuk bergabung. Start dari Gadog kurang lebih jam 6:15, agak sedikit telat dari jadwal dan langsung menuju Mang Ade. Berhubung aku ingin melihat performa crank 50/34T ini di medan tanjakan, aku langsung nge gas sambil mencari-cari sweet spot yang nyaman.

Ternyata lumayan enak juga pakai crank compact. Walaupun sebelumnya aku jajal di medan flat, terkesan sangat overkill banget. Kecepatan rata-rata 30km/h yang biasanya bisa aku capai dengan kombinasi 39T-15T dengan cadence 90rpm kini harus kunaikkan gear belakangnya menjadi 34T-13T di crank compact dengan cadence yang sama.

Aku, Muh, dan Jefri, sebelum melanjutkan
perjalanan ke Cianjur
Apesnya sepanjang tanjakan di 14km pertamasensor cadence ku tidak berfungsi karena sepertinya agak bergeser posisinya. Jadi aku kurang tahu berapa cadenceyang aku gunakan. Sepanjang 14km pertama tersebut (hingga tanjakan di Hotel Pardede), gear belakang maksimal yang aku gunakan adalah 21T dan aku paksa agar tidak lebih rendah dari itu. Akibat terlalu bersemangat kaki kananku kram, namun aku putuskan untuk tidak berhenti. Sambil gowes aku coba perbaiki posisi sensor cadence dan ternyata bisa bekerja seperti semula. Untung mengurangi efek kram, di sepanjang 8km sisa tanjakan menuju Mang Ade terpaksa aku turunkan gear belakang ke 24T untuk biaa mendapatkan cadence 70-80rpm.

Kira-kira jam 8 kurang 15 menit, aku sudah tiba di Mang Ade. Lumayan ada perbaikan rekor. Aku melihat jam, waktu tempuh dari Gadog-Mang Ade 1 jam 20 menit. Ada perbaikan sekitar 10menit dari rekor terakhirku. Ini adalah check pointpertama sebelum melanjutkan perjalanan. Sambil menunggu kedua rekanku, aku menikmati minuman panas sambil melihat pemandangan puncak pass yang berkabut.

Cuaca mendung dan sedikit gerimis membuat suhu di puncak menjadi sangat dingin. Aku sedikit menggigil walaupun sudah menggunakan celana training panjang dan arm sleeve. Setelah beristirahat cukup lama kami melanjutkan perjalanan sekitar jam 8:30. Karena perjalanan sampai Cianjur relatif menurun, kami gowes beriringan.

Sayangnya ketika kami sampai Cipanas turun hujan dan lumayan deras pula. Kami memutuskan untuk berteduh sambil menunggu hujan reda. Tak tanggung-tanggung, kami menunggu sekitar 2 jam. Setelah sedikit reda pun, akhirnya kami memutuskan untuk mencari warung terdekat dan makan indomie sekaligus makan siang. Indomie memang the best deh ketika dikonsumsi dalam suasana hujan deras + kedinginan. Kami lanjutkan perjalanan sekitar jam 11:45 langsung menuju Cianjur.
sop buah Yansu

Sesampainya Cianjur, kami berputar-putar mengelilingi kota dan beristirahat di sejenak di warung Es Buah. Well.. melihat rute perjalanan pulang rasanya akan sangat berat. Badanku mulai hangat dan berasa mau demam karena sempat kehujanan dan terpapar udara dingin. Sementara kaki sudah terasa cukup lelah, sementara masih ada tanjakan dengan elevasi kurang lebih 1000m hingga Mang Ade.

Kami melanjutkan perjalanan sekitar pukul 13:45, dan kuperkirakan paling cepat sampai Mang Ade jam 15:30 dengan mempertimbangkan sisa tenaga yang ada. Berhubung medannya tanjakan, kami tidak gowes berbarengan seperti ketika turun.

gaya dulu dah sebelum balik
Rute pulang ini menjadi tantangan yang sebenarnya. Kaki yang sudah lelah dipaksa untuk terus bergerak. Elevasi di Cianjur sekitar 490m, menuju Mang Ade dengan elevasi 1450m. Sepanjang rute tersebut tanjakan nya sih cenderung landai, tidak berbeda jauh dibandingkan dengan rute Gadog-Mang Ade. Namun jelas berbeda melibas tanjakan dalam kondisi fresh dan kondisi tenaga sudah terkuras.

Di 8km pertama aku masih bisa bertahan dengan kombinasi 34T-21T, namun untuk selanjutnya melihat tanjakannya yang nggak habis-habis akhirnya terpakai juga gear belakang paling besar: 28T. Sudah agak ngeri kalau pakai gear ini, karena sudah tidak ada gear yang lebih enteng lagi. Di titik ini, satu-satunya cara untuk mengurangi power adalah dengan menurunkan cadence. Beruntung aku masih bisa mempertahankan cadence di kisaran 65-75 disini paling nggak sampai Cipanas lah.

Plang menuju Kota Bunga, setelah melewati
pertigaan ini, sisa 5km adalah tanjakan terberat
Melewati Cipanas, aku agak-agak parno, karena di 5km terakhir menuju Mang Ade adalah tanjakan yang menurutku paling curam. Grade tanjakannya kalau nggak salah 8-10%, dan itu bukan grade maksimal tetapi average sepanjang 5km tersebut. Di tanjakan ini aku sudah tidak melihat lagi berapa cadence ku. Di monitor Wahoo RFLKT ku, yang aku pantau hanyalah kecepatanku, nggak lebih dari 10km/h. Cadence nya kuperkirakan 50-60rpm. Memang tenaga yang aku keluarkan tidak banyak, berbeda ketika menghajar tanjakan km0 dengan cadence 40 di 39T-28T, namun aku merasa kakiku sudah sangat lelah dan tidak bisa aku paksa lebih jauh lagi.

Jam 15:45 akhirnya aku sampai juga di Mang Ade. Aku merasa sangat lelah, namun juga sangat puas. 1000m perbedaan elevasi sepanjang 24km bisa aku libas tanpa berhenti sekalipun. Inilah tantangan dalam bersepeda. Ketika bermain dengan jarak, tantangannya adalah seberapa cepat kita bisa menyelesaikan jarak tersebut. Dan ketika berbicara tanjakan, selain seberapa cepat juga bagaimana kita mencapainya, apakah bisa melibas semua tanjakan tanpa berhenti sekalipun. Tanpa berhenti atau istirahat itu menurutku tantangan utamanya. Ketika kaki sudah sangat lelah dan ingin berhenti, hanya mental yang kuat yang bisa mengalahkan keinginan tersebut.
beristirahat di Mang Ade sambil menunggu Muh & Jefri

Kami sampai di Gadog sekitar jam 17:30. Kulihat catatan di Strava ku, moving time nya hanya 5jam lebih sedikit. Melihat gowesnya yang sampai seharian, bisa dipastikan waktu istirahat lebih lama dibandingkan dengan waktu gowesnya. Namun demikian, rute kali ini sangat menarik untuk diulang. Benar-benar menguji endurance. Sayangnya jarak PP nya nggak sampai 100, biar bisa dapet Granfondo sekalian.

Catatan tambahan:
Jarak: ±97km
Elevasi: min ±450mdpl, max ±1450mdpl
Rute: Gadog Cianjur PP
Link Strava: Endurance Ride: Gadog Cianjur PP

elevasi Gadog Cianjur PP


Tidak ada komentar:

Posting Komentar