Senin, November 28, 2016

Keberuntungan atau Kemalangan

Beberapa waktu yang lalu aku membaca sebuah buku yang berjudul If You're So Smart, Why Aren't You Happy yang ditulis oleh Raj Raghunathan. Aku nggak akan membahas tentang isinya di sini, namun ada potongan cerita yang cukup menarik dan pernah kudapat sebelumnya dari sebuah milis beberapa tahun silam.


Isinya kurang lebih seperti ini:

Alkisah jaman dahulu kala ada seorang petani miskin yang hidup dengan seorang putera nya. Mereka hanya memiliki seekor kuda kurus yang sehari-hari membantu mereka menggarap ladang mereka yang tidak seberapa. Pada suatu hari, kuda pak tani satu2 nya tersebut menghilang, lari begitu saja dari kandang menuju hutan.

Orang-orang di kampung yang mendengar berita itu berkata: "Wahai Pak Tani, sungguh malang nasibmu!".

Pak tani hanya menjawab, "Malang atau beruntung? Aku tidak tahu …"

Keesokan hari nya, ternyata kuda pak Tani kembali ke kandangnya, dengan membawa 100 kuda liar dari hutan. Segera ladang pak Tani yang tidak seberapa luas dipenuhi oleh 100 ekor kuda jantan yang gagah perkasa. Orang2 dari kampung berbondong datang dan segera mengerumuni "koleksi" kuda2 yang berharga mahal tersebut dengan kagum. Pedagang2 kuda segera menawar kuda2 tersebut dengan harga tinggi, untuk dijinakkan dan dijual. Pak Tani pun menerima uang dalam jumlah banyak, dan hanya menyisakan 1 kuda liar untuk berkebun membantu kuda tua nya.

Orang-orang di kampung yang melihat peristiwa itu berkata: "Wahai Pak tani, sungguh beruntung nasibmu!".

Pak tani hanya menjawab, "Malang atau beruntung? Aku tidak tahu …

Keesokan hari nya, anak pak Tani pun dengan penuh semangat berusaha menjinakan kuda baru nya. Namun, ternyata kuda tersebut terlalu kuat, sehingga pemuda itu jatuh dan patah kaki nya.

Orang-orang di kampung yang melihat peristiwa itu berkata: "Wahai Pak tani, sungguh malang nasibmu!".

Pak tani hanya menjawab, "Malang atau beruntung? Aku tidak tahu …"

Pemuda itupun terbaring dengan kaki terbalut untuk menyembuhkan patah kaki nya. Perlu waktu lama hingga tulang nya yang patah akan baik kembali. Keesokan hari nya, datanglah Panglima Perang Raja ke desa itu. Dan memerintahkan seluruh pemuda untuk bergabung menjadi pasukan raja untuk bertempur melawan musuh di tempat yang jauh. Seluruh pemuda pun wajib bergabung, kecuali yang sakit dan cacat. Anak pak Tani pun tidak harus berperang karena dia cacat.

Orang-orang di kampung berurai air mata melepas putra-putra nya bertempur, dan berkata: "Wahai Pak tani, sungguh beruntung nasibmu!".

Pak tani hanya menjawab, "Malang atau beruntung? Aku tidak tahu …"


Kisah diatas cukup membekas di dalam ingatanku, karena menurutku sangat inspiratif dan mengajariku bagaimana harus menyikapi keadaan. Kita tidak pernah tahu apakah sesuatu yang kita dapatkan sekarang itu adalah sebuah keberuntungan ataukah sebuah kemalangan. Tergantung dari sudut mana kita melihat. Bagaikan sebuah kurva kehidupan yang selalu naik dan turun kita tidak akan pernah tahu apakah kita berada di dasar ataukan berada di puncak. Untuk hasil yang obyektif, maka harus dilihat dari awal sampai akhir, yaitu dari kita lahir sampai kita mati. Lha.. sekarang saja kita masih hidup, jadi tidak akan pernah tahu apakah kondisi saat ini kita berada di dasar atau di puncak. Masih ada masa depan yang belum kita jalani.

Ini mengingatkanku akan kutipan dari ayat Al Quran berikut:

“... Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah: 216)

dan

"Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri, (yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia berbuat kikir. Dan barangsiapa yang berpaling (dari perintah-perintah Allah) maka sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji." (Al Hadid: 22-24)

Semua ini sudah ada yang mengatur. Terkadang sesuatu yang dirasakan sebagai kemalangan dan kita tidak menyukainya, dapat berbalik menjadi keberuntungan di waktu yang lain, dalam artian itulah yang terbaik untuk kita. Yang penting adalah bagaimana kita menyikapi semua keadaan yang telah terjadi dan mengambil setiap hikmah dan pelajaran yang tersembunyi dibalik setiap kejadian tersebut. Marilah kita menyikapi hidup ini dengan lebih bijaksana. Mencoba untuk tidak mengeluh dengan apa-apa yang kita anggap sebagai suatu musibah atau ketidakberuntungan, namun juga tidak berlebihan dalam menyikapi sesuatu yang kita anggap sebagai keberuntungan.

2 komentar:

  1. Maaf mau tanya, beli bukunya dimana ya? Saya udah lama ngincer buku itu, udah coba tanya ke CS gramedia katanya di gramedia belum ada
    Thanks

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kebetulan punya ebook nya. Kalau mau boleh japri ke email.

      Hapus