Senin, Juni 29, 2015

Gowes ke KM 0 - Pondok Pemburu - Kampung Awan - Katulampa

Akhir pekan itu sudah aku niatkan untuk bergowes ria di seputaran Sentul. Target di hari Minggu ini adalah pintu air Katulampa yang sudah terkenal itu khususnya dikala musim hujan tiba. Seperti biasa aku bergowes ria sendirian karena gowes bareng yang dilakukan di hari Sabtu sebelumnya tidak bisa aku ikuti. Dan pada saat itu rekan-rekan goweserku mengambil rute ke Katulampa. Yah intinya sih ini gowes edisi balas dendam karena pengen kesana tapi nggak kesampaian.

Berbekal rute yang aku temukan di Endomondo yang kebetulan ada yang pernah mengambil rute dari Bakmi Golek ke Katulampa, aku putuskan untuk mengikuti rute tersebut. Namun rencananya sih aku tidak mengikuti rute tersebut 100%. Rencanaku adalah start dari Bakmi Golek lalu naik ke KM 0 mengambil rute terpendek dan paling curam, lalu turun ke Rainbow Hills dan kemudian baru deh mengikuti rute tersebut.


Pada hari itu aku sekalian ingin mencoba pedal clipless bawaan sepedaku yang selama ini tak terpakai. Berhubung sehari sebelumnya aku baru beli sepatu yang memiliki cleat, rasa-rasanya rugi dong kalau nggak dicoba. Beberapa kali aku sudah diwanti-wanti agar berhati-hati ketika menggunakan sepatu ber-cleat ini. Jika tak terbiasa terutama ketika akan melepasnya bisa jatuh. Kupikir karena rute yang kulewati adalah jalanan aspal seharusnya ini tidak terlalu menjadi masalah.

Seperti biasa, aku start gowes dari parkiran Plaza Niaga 1 sekitar pukul 6:30. Tujuan berikutnya adalah KM 0 dengan mengambil rute jalan utama Sentul hingga Taman Budaya lalu belok kanan. Gowes ini adalah pertama kalinya aku ke KM 0 dengan mengambil rute yang berbeda, dan ternyata tanjakannya dahsyat. Tak jauh dari pertigaan setelah Taman Budaya langsung disambut dengan tanjakan curam dan menyusul tanjakan-tanjakan lainnya yang tak kalah curam.

Jarak dari pertigaan tadi hingga ke KM 0 kurang lebih 5 km, namun sepanjang rute goweser akan disuguhi tanjakan-tanjakan curam yang membuat dengkul bekerja ekstra. Namun beruntung aku bisa melalui semua tanjakan itu dan sampai di KM 0 dalam waktu 54 menit. Entahlah itu terhitung cepat atau lambat, yang jelas sih sepanjang jalan hingga ke KM 0, aku nggak berhenti. Menggunakan sepatu cleat ternyata enak juga, dsn gowes di jalanan on road terasa lebih mantap. Tapi nggak tahu juga sih secara prakteknya apakah lebih efisien atau tidak, secara sepatunya menurutku cukup berat, sementara sepatu yang biasa kugunakan untuk gowes jauh lebih enteng. Mungkin berikutnya mesti dijajal ke KM 0 lagi tapi dengan menggunakan pedal biasa + sepatu biasa biar bisa lebih ketahuan bedanya.

KM 0 menjadi titik peristirahatanku. Kelapa + 2 sisir pisang menjadi sarapanku pagi itu. Disana aku lihat parkiran mobil cukup penuh, dan setelah aku tanya mereka ternyata rombongan goweser yang hendak gowes ke Pondok Pemburu. Menurut pemilik warung, jarak ke Pondok pemburu kurang lebih 5 km namun jalannya rusak. Dan rusak dalam pikiranku adalah jalanan aspal rusak seperti rute ke Gunung Pancar. Jadi galau deh antara mau ke Katulampa melewati Rainbow Hills atau ke Pondok Pemburu yang selama ini telah membuatku penasaran.

Akhirnya aku putuskan untuk gowes ke Pondok Pemburu menyusul rombongan goweser yang sudah jalan duluan. Tak jauh dari KM 0 dan setelah pertigaan ke Curug Bidadari, aku mengambil rute ke kiri melewati villa milik Prabowo. So far jalanannya aspal dan masih oke. Setelah melalui villa ini jalanannya langsung menanjak dan curam pula. Di tanjakan kulihat rombongan goweser yang sebelumnya i dari KM 0. Sebagian dari mereka TTB dan sebagian lagi sudah berada di ujung tanjakan menyemangati rekan-rekanya yang masih berusaha gowes. Aku nggak nyangka sih tanjakannya bakal gila seperti ini, mana energi rasanya masih terkuras setelah melibas tanjakan menuju KM 0 sebelumnya. Tapi gengsi dong kalo gowes sendirian malah ikutan TTB juga, akhirnya aku paksakan untuk gowes hingga ujung tanjakan dan ternyata BISAAAA. Well.. Setelah berbasa-basi dengan senyuman ke rombongan goweser yang aku lewati langsung aku tinggalkan mereka di belakang. Huehehe..

pemandangan menuju Pondok Pemburu
Beberapa ratus meter dari situ jalanan aspalnya berakhir, digantikan dengan jalanan tanah berbatu. Masih bisa dilalui sih, tapi sepertinya malam sebelumnya turun hujan sehingga jalanannya licin. Kondisi ini sebenarnya tidak terlalu buruk, namun permasalahannya adalah aku menggunakan pedal clipless dan cukup riskan jika tiba-tiba aku kehilangan keseimbangan dan jatuh tanpa bisa berbuat apa-apa. Aku mencoba nekat dengan gowes pelan-pelan hingga akhirnya aku bertemu dengan rombongan beberapa keluarga yang tinggal di satu komplek. Mereka dari Bogor dan parkir di dekat villa Prabowo. Tujuan mereka adalah Pondok Pemburu dan mereka berjalan kaki. Karena rombongan tersebut lumayan banyak dan tersebar, aku memutuskan untuk TTB saja. Lumayan untuk sekedar menghemat energi karena jalanannya nanjak, dan yang paling penting sih nggak keliatan malu-maluin kalo tiba-tiba ntar jatuh. Jalur yang kulalui menyusuri lereng bukit dan berkelok-kelok mengikuti kontur bukitnya.


jalanan menuju Pondok Pemburu

Aku ber TTB ria sambil berkenalan dengan salah seorang anggota rombongan yang ternyata adalah mantan goweser kelas AM. Dia bercerita ada jalur dari Pondok Pemburu ke Gunung Pancar, tetapi medannya cukup berat dan tidak menyarankan untuk melalui jalur tersebut. 1 km sebelum Pondok Pemburu ada pertigaan, jalur lurus ke arah Pondok Pemburu sementara arah ke kanan akan menuju ke Megamendung. Sempat galau juga sih apakah aku akan langsung ke Megamendung atau ke Pondok Pemburu karena jalurnya nggak oke banget jika mesti kulalui dengan pedal clipless ini.

Akhirnya kuputuskan untuk ke Pondok Pemburu untuk memuaskan rasa penasaranku dan setelah dari sana aku akan pulang melalui jalur lain. Di pertigaan itu, aku permisi kepada rombongan tadi untuk jalan duluan. Dan jalur setelah pertigaan tersebut medannya lebih ramah, jalanannya didominasi tanah yang sedikit berpasir sehingga aman untuk digowes. Nah kurang lebih beberapa ratus meter dari Pondok Pemburu, kontur jalanannya berubah, dipenuhi oleh batu makadam. Well.. Resiko jatuh semakin besar namun aku terus gowes pelan-pelan. Hingga akhirnya aku bertemu dengan 3 orang pelari yang datang dari arah berlawanan. Pas banget sepedaku mentok di batu makadam yang cukup besar. Brukk.. Tiba-tiba aku sudah terjatuh. Jadi bgini toh rasanya jatuh gara-gara nggak sempat melepas cleat. Yang bikin malu sih jatuhnya pas di depan pelari-pelari itu. Aku segera bangun dan bilang nggak apa-apa ketika mereka hendak memberikan bantuan.

pemandangan di Pondok Pemburu
Sesampainya di Pondok Pemburu aku beristirahat sekitar 10 menit. Disana sudah ada rombongan pelari, sekitar 20 orang yang entah mengambil rute dari mana. Perkiraanku sih dari arah Gunung Pancar. Setelah beristirahat gowes aku lanjutkan ke arah pertigaan sebelumnya yang menuju ke Megamendung. Tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama, di jalanan yang berbatu makadam aku gowes pelan-pelan tanpa memasang cleat, walaupun agak sulit karena licin tapi kalau jatuhnya pas kena batu bisa repot nantinya.

Jalur ke arah Megamendung ternyata lebih ramah, tidak licin seperti jalur berangkat. Jalur ini juga melewati hutan pinus walaupun tidak terlalu panjang rutenya, dan tentu saja rutenya didominasi turunan sehingga aku harus berhati-hati agar tidak bablas.

hutan pinus menuju Kampung Awan

Setelah melewati turunan beberapa saat, aku baru menyadari bahwa aku telah sampai di Kampung Awan, yang ditunjukkan dengan Plang besar di sebelah kanan jalan. Well, Kampung Awan ini sudah membuatku penasaran cukup lama dan dari beberapa blog yang aku baca konon ada jalur single track dari lokasi ini ke arah KM 0. Cuma pada saat itu aku terpikir untuk segera menuruni bukit. pasangan single track dan pedal clipless kurasa bukan kombinasi yang cocok untuk gowes.

Setelah menuruni bukit aku segera mengecek lokasi ku melakui GPS. Ternyata rute yang aku ambil sudah lumayan jauh dari jalur awal di KM 0. Tadinya sih kalau dekat mau balik lagi ke KM 0 dan terus ke titik start. Namum ternyata posisiku saat itu sudah cukup dekat dengan jalan raya Puncak, dan aku memutuskan untuk ke tujuan semula, yaitu Katulampa. Dengan bermodal GPS aku menyusuri rute jalanan aspal yang tidak terlalu lebar. Setiap melalui persimpangan jalan aku berhenti untuk memastikan arah yang akan aku lalui sudah benar, bukannya malah menjauh dari tujuan.
kampung Awan

Setelah melalui kombinasi jalanan naik dan turun yang cukup panjang akhirnya aku sampai di Katulampa. Waktu sudah menunjukkan pukul 10:30. Panas matahari sudah cukup terik dan menurutku sudah tidak terlalu nyaman untuj gowes di jam segini. Sisa perjalanan dari Katulampa kembali lagi ke Plaza Niaga berjarak sekitar 10km dan aku selesaikan dalam waktu 30 menit. Terpaksa ngebut karena sudah janji dengan orang rumah untuk segera pulang, dan terlebih lagi terik matahari cukup menyengat.
pintu air Katulampa

Aku merasa puas dengan edisi gowes kali ini. Terlebih lagi aku bisa mengunjungi dua tempat yang telah membuatku penasaran selama ini, yaitu Kampung Awan dan Pondok Pemburu.

Catatan:
  • Rute gowes dari Sentul - KM 0 - Pondok Pemburu - Kampung Awan - Katulampa bisa dilihat disini.
  • Berikut adalah statistik elevasi dan kecepatan rute yang kuambil. Ketinggian di KM 0 sekitar 630 mdpl, sementara di puncak Pondok Pemburu sekitar 1030 mdpl. Artinya selisih ketinggiannya hampir sama antara titik Start - KM 0, dan KM 0 - Pondok Pemburu.

1 komentar: