Minggu, Juni 07, 2015

Gowes ke Track Rindu Alam

Beberapa waktu lalu akhirnya kesampaian juga untuk menjajal track Rindu Alam. Berangkat jam 4 pagi dari rumah dan berkumpul dengan rekan-rekan goweser lainnya di mesjid Gadog sekalian sholat subuh disana. Mesjid Gadog ini memang sudah biasa dijadikan tempat berkumpul, selain parkirannya yang luas, ada tempat cuci sepedanya juga.

Sekira jam 5:30, ada beberapa angkot yang masuk ke areal parkir dan menawarkan jasanya. Awalnya aku dan rombongan mau menyewa pick up, namun karena telat akhirnya men-carter angkot dengan tarif Rp 200 ribu per angkot. Satu angkot bisa muat 4 sepeda dan 4 orang goweser. Start sekitar jam 6 lewat kami dan rombongan naik ke arah puncak pass hingga titik start track Rindu Alam yaitu warung Mang Ade. Setelah selesai unloading sepeda, kami bersiap-siap untuk berangkat.


Untuk masuk track Rindu Alam setiap goweser akan dikenai tiket masuk sebesar Rp 15.000. Masuk track langsung disuguhi dengan jalanan penuh batu makadam. Lumayan membuat nyali sedikit ciut karena sepeda yang aku pakai agaknya kurang cocok digunakan untuk track ini. Dengan sepeda hardtail, siap-siap saja untuk pegal-pegal sepanjang jalan.


5 km pertama kami lalui dengan susah payah. Kebanyakan tracknya rusak karena menjadi jalur air. Pada intinya sih di 5 km pertama ini sepedanya bukan digowes. Hehehe.. Alhasil jarak yang tidak terlalu jauh tersebut kami tempuh dalam waktu 1 jam lebih. Setelah melalui track yang sulit, kami melalui perkebunan teh. Pemandangan yang indah dan udara pagi yang sejuk membuat kami sedikit terlena dan menyempatkan untuk berfoto-foto ria. Ujung dari track ini ada di tempat wisata Gunung Mas. Disini kami beristirahat sejenak sambil sarapan di salah satu warung yang ada di kawasan itu.

Perjalanan pun dilanjutkan. Kami melalui hamparan kebun teh, dengan track berupa jalanan yang dipenuhi oleh batu makadam. Sepeda yang aku gunakan disini tidak bisa mengimbangi rekan-rekan goweser lain yang sudah menggunakan sepeda full suspension. Terlebih lagi sepeda yang aku gunakan berbahan karbon yang ringan, melewat batu makadam sangat menyiksa pantat jika ngebut.

Setelah kebun teh, track dilanjutkan ke jalanan beraspal dan berakhir di jalan yang menuju Taman Safari. Nah barulah disini kemudian kami melewati tanjakan yang terkenal luar biasa itu. Tanjakan Ngehe. Dari awal tanjakan ini sudah banyak anak-anak yang menawarkan jasanya pada goweser yang sudah tidak kuat melewati tanjakan. Jika deal, nanti sepeda kita akan dibawa oleh anak-anak ini hingga ke puncak tanjakan.

Tanjakan ngehe
Nah di tanjakan ini baru terasa manfaat membawa sepeda ringan + hardtail. Tanjakan ngehe pada dasarnya masih bisa aku lalui, namun demikian di ujung tanjakan ini jalanannya berubah menjadi jalanan singletrack karena jalurnya berubah menjadi jalur air. Kalau sudah begini sih mau nggak mau harus dituntun deh.

Setelah beristirahat sejenak di puncak, perjalanan kami lanjutkan. Pada saat ini waktu sudah menunjukkan tengah hari dan udaranya cukup panas karena cuacanya cerah. Persediaan air minum pun sudah menipis bahkan ada beberapa goweser yang air minumnya sudah habis. Klop deh, we're in the middle of nowhere dan nggak ada warung pula.

Track setelah tanjakan ngehe masih didominasi dengan hamparan kebun teh + batu makadam. Di dekat akhir track kami melewati hutan tapi tidak terlalu panjang dan dilanjutkan kembali dengan kebun teh dan akhirnyaaaaa jalanan aspal. Kombinasi jalanan aspal dan warung memberikan harapan bagi para goweser yang persediaan minumnya sudah habis.

Nah, dari warung terakhir hingga Gadog rute yang kami lalui adalah jalanan aspal yang didominasi oleh turunan. Pada intinya sih kami sudah tidak perlu berlelah-lelah gowes lagi karena jalanannya menurun, tinggal memainkan rem saja. Namun demikian walaupun didominasi oleh turunan ada 2 tanjakan yang menurutku cukup curam, tapi tidak terlalu menjadi masalah buatku tapi cukup menjadi masalah bagi goweser yang membawa sepeda kelas berat. Jika aku hitung-hitung rute terakhir ini yang didominasi aspal ini berjarak hampir setengahnya dari keseluruhan track.

Ujung dari rute ini adalah pertigaan yang berjarak kurang lebih 200 m dari titik start kami, Mesjid Gadog. Kami sampai di Mesjid Gadog sekitar jam 14:00. Sepeda langsung kami cuci di tempat cucian sepeda. Setelah membersihkan diri dan Sholat Dzuhur, kami makan siang di warung sunda yang lokasinya tak jauh dari situ.

Pulang dari sana jam sekitar jam 4 sore, dan sampai rumah jam 17:30.
Walaupun lelah, acara gowes pada hari itu terhitung sukses. Walaupun sebenarnya agak sedikit kurang menikmati juga sih karena sepeda yang aku gunakan kurang cocok dengan track nya. Yah sepertinya perlu nabung lagi nih untuk beli sepeda full suspension. Hehehe

Catatan:

  • Start lebih pagi lebih baik. Semakin siang, jalanan menuju puncak semakin macet
  • Helm, protektor lengan, dan protektor lutut adalah perlengkapan wajib. Kalau jatuh di jalanan yang penuh batu makadam tentunya bisa parah lukanya. Pengalaman kemarin ada rekan goweser yang jatuh karena salah pilih jalur ketika melewati batu makadam. Bannya terjepit dan orangnya jatuh terjerembab ke depan. Baruntung lukanya tidak parah
  • Sebisa mungkin tidak membawa aksesoris-aksesoris yang menempel di sepeda. Karena melewati track berbatu, bisa jadi aksesoris tersebut jatuh tanpa disadari. Di acara gowes yg kemarin, ada rekan goweser yang kehilangan speedometer nya dan jatuh entah dimana.
  • Tarif sewa angkot sampai ke atas Rp 200 ribu
  • Tarif masuk ke track Rindu Alam Rp 15.000
  • Tarif parkir di mesjid Gadog Rp 2.000/jam
  • Tarif cuci sepeda di mesjid Gadog Rp 10.000
Foto-foto lain






Tidak ada komentar:

Posting Komentar