Sabtu, Maret 21, 2015

Sentul.. I’m coming

Hari Sabtu lalu, aku berkesempatan untuk gowes ria di daerah Sentul. Awalnya sih karena diajakin tetangga komplek yang memang sudah doyan gowes kemana-mana. Berhubung selama aku punya sepeda nggak pernah sepedaan sampai keluar kota, aku iyain aja ajakannya. Untuk tujuannya sendiri dan disana mau ngapain aja, aku nggak terlalu mikirin. Namanya gowes rame-rame sih yang penting dinikmati aja lah.

Berangkat jam 5:30 dari rumah, sampai di Sentul jam 6:30, dan langsung ketemuan dengan temen-temennya tetanggaku di Sentul. Total kita ber-7, dengan berbagai latar belakang pekerjaan, dan berbagai macam sepeda juga.

Awalnya sih kita mau ke KM 0 (tempat ini pun aku nggak tahu ada dimana, yang penting ngikut ajah), namun karena di tengah jalan kita ketemu dengan biker yang kebetulan sendirian (sebut saja Pak Budi - bukan nama sebenarnya) dan doi mengajak untuk bergowes ria ke rute lain yang konon katanya lebih menantang, kita iyain aja ajakannya. Ketahuan banget dah kita rame-rame ke Sentul untuk hepi-hepi doang, nggak masalah rute yang diambil mau kemana. Rute ini akan melewati Gunung Pancar, yang saat itu aku juga nggak tahu tempatnya seperti apa.


Well.. ternyata rutenya dahsyat bo. Jalanannya sih aspal, namun terus menanjak dengan sudut yang cukup terjal. Tanjakannya pun konstan, alias nggak habis-habis. Diitung-itung mungkin ada belasan tanjakan totalnya. Disini modal utama yang dibutuhkan adalah stamina, sepeda urusan belakangan. Mau pakai sepeda yang ringan ataupun berat, spek yang cupu maupun spek yang high end, kalau tidak dibarengi dengan stamina yang oke bakalan tepar juga di tengah jalan.

Si Pak Budi ini, sepedanya bukan sepeda high end, gigi depannya pun single speed, tapi dia bisa mengatur napas dan melewati semua tanjakan dengan ringan tanpa beban. Sepertinya sih doi sudah terbiasa lewat situ dan selain staminanya luar biasa, tekniknya pun oke. Di sekitar 5 km pertama setelah masuk track, aku dan salah seorang temannya tetanggaku masih bisa mengikuti dia. Sementara yang lainnya cukup jauh tertinggal, sampai kami menunggu selama 20 menit di warung yang kami temui di pinggir jalan. Secara jarak sih nggak terlalu jauh, tapi tanjakannya itu yang membuat tenaga benar-benar terkuras. Dan gilanya lagi, si Pak Budi ini masih mau berbaik hati untuk menjemput teman-teman kami yang tertinggal. Kebayang kan, udah naik, turun lagi, lalu naik lagi.

5 km berikutnya, bisa dibilang ini lebih dahsyat. Jalan yang dilewati sudah berkategori aspal rusak dan jalanannya lebih sempit. Namun, tanjakannya lebih parah alias lebih terjal. Teknik dan stamina benar-benar sangat dibutuhkan disini. Salah gigi atau mengkayuh terlalu cepat bisa membuat sepeda jatuh ke belakang. Jika kondisinya seperti ini, ya terpaksa turun dan menuntun sepeda hingga tanjakannya dilalui. Namun demikian, berdasarkan pengalamanku kemarin, menuntun sepeda di tanjakan lebih banyak menghabiskan energi, apalagi jika kita dalam kondisi yang sudah lelah. Jadi ya lebih baik jika memungkinkan terus gowes hingga tanjakannya terlalui.

Karena rombongan sempat terpisah, aku dan beberapa rombongan yang sudah duluan beristirahat di warung yang lokasinya berseberangan dengan lokasi track Downhill Sebex (Sentul Bicycle Extreme Park), salah satu track downhill yang pernah digunakan di SEA Games. Sambil menunggu, kami mengamati aktivitas para bikers yang alirannya berbeda ini. Penggemar downhill ini tentunya berkantong tebal, selain sepedanya yang harganya mahal dan cukup tidak masuk akal di kantong, perlengkapan keselamatannya pun terlihat nggak sembarangan, dari mulai helm full face, pelindung leher, tangan, dan lutut semuanya dipakai.

Tak jauh dari warung tersebut ada wisata pemandian air panas Gunung Pancar. Sayangnya nggak bawa baju ganti, padahal lumayan lama juga menunggu rombongan yang lain menyusul. Sepanjang perjalanan pulang, kita disuguhkan pemandangan hutan pinus yang lumayan oke. Sayang sekali disini aku nggak sempat berfoto ria karena situasi yang tanggung sedang ngebut di medan turunan yang cukup curam. Kurasa jika aku tidak mengerem sepedaku dan kubiarkan bablas, kecepatannya bisa lebih dari 60km/jam.

Fiuhh.. pengalaman yang sangat menarik sekaligus melelahkan, namun nggak membuatku kapok. Jujur, aku jadi kepingin kesana lagi, nggak masalah walaupun mesti sendirian dan nggak ada barengannya. Selain udaranya yang masih sejuk, jalurnya pun tak terlalu ramai. Dan sebenarnya masih bisa untuk di-explore lebih jauh jika ada waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar