Senin, Januari 06, 2025

Wishlist dan Resolusi 2025

Tahun 2024 telah berlalu, meninggalkan cerita, pelajaran dan momen-momen berharga. Aku cukup beruntung di tengah bulan Desember lalu sempat sakit, sehingga waktu yang biasanya kupakai untuk berolahraga aku gunakan untuk pemulihan sekaligus merencanakan hal-hal yang ingin kucapai di tahun 2025. Sebagai bentuk pengingat, semua harapanku di tahun 2025 akan aku tuliskan disini. Semoga tahun depan aku tak lupa untuk membuat tulisan untuk evaluasi pencapaiannya.

Sedikit berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, dimana wishlist dan resolusiku aku kelompokkan ke dalam kategori tertentu, di tahun 2025 ini aku memilih untuk straight to the point. Tujuannya adalah agar poin-poin yang ingin kucapai menjadi lebih spesifik dan lebih mudah untuk dievaluasi.


🎯 Menyelesaikan jigsaw puzzle Starry Night karya Van Gogh.

Puzzle ini memiliki 4800 pieces dan kurasa akan menjadi tantangan tersendiri untukku. Sebelumnya aku sudah pernah menyelesaikan puzzle yang sama, namun hanya memiliki 1200 pieces. Untuk menyelesaikan puzzle ini saja membutuhkan waktu yang cukup lama, karena lukisannya sendiri bisa dibilang abstrak, banyak warna yang mirip-mirip sehingga cukup menyulitkanku dalam menyelesaikannya. Waktu pengerjaannya tidak aku batasi, namun targetku harus diselesaikan sebelum pergantian tahun.


🎯 
Strava 330 days active

Jika di tahun 2024 lalu aku berhasil mencatatkan rekor sempurna: 366 days active tanpa bolong sama sekali, maka di tahun 2025 ini aku berusaha tetap komit namun tidak akan mengejar target perfect lagi. Alasannya sederhana, target yang sempurna akan menyulitkanku ketika aku sedang pergi ke luar kota, misal karena ada keperluan kantor ataupun liburan bersama keluarga. Di tahun 2025 ini cukup 330 hari saja, dengan kategori yang masuk perhitungan adalah olahraga bersepeda dan lari (indoor & oudoor). Sementara olahraga lain seperti jalan kaki & hiking tidak masuk hitungan.


🎯 Partisipasi di Event Bersepeda

Di tahun 2025 ini aku tidak akan muluk-muluk mengejar target untuk mengikuti berbagai event gowes. Sejauh ini ada 3 yang menarik perhatianku:


  • Lakoni. Ini aku tertarik dengan konsepnya, semoga saja event ini diadakan lagi di tahun ini. Mungkin aku akan mengambil kategori pair jika ada.
  • Mangewu Mangatus 5500. Aku berharap event ini diadakan lagi di Jawa Barat, biar nggak perlu jauh-jauh nyetir. Bandung atau Tangerang sepertinya bakalan menarik. Sama seperti Lakoni, aku juga menyukai konsepnya. Rute yang dibuat sendiri memberikan tantangan tersendiri dan lebih memacu adrenalin, karena kecil kemungkinan bertemu dengan peserta lain kecuali di titik CP. Oleh karena itu, persiapannnya juga mesti lebih matang. Di event yang sebelumnya aku hampir DNF gegara ban ku bocor sampai 3x. Di event ini aku juga berharap bisa pair dengan peserta lain.
  • Audax. Setelah absen dengan sama sekali tidak mengikuti event Audax di tahun 2024, aku berencana untuk mengikuti paling tidak 1 event Audax di tahun 2025 ini. Ada beberapa opsi kota yang ingin kuikuti:
    • Malang 300K. Alasannya sederhana, karena belum pernah gowes disini. Jarak juga terhitung moderat
    • Semarang 400K. Dulu pernah ikut Audax 200K di kota ini, rutenya menarik, dan kurasa jarak 400K lebih menarik lagi. Namun aku sedikit ragu bisa ikut karena jadwal event nya ini tepat dengan hari ulang tahun anakku yang pertama.
    • Bali 400K. Sudah lama aku ingin gowes mengelilingi Bali. Aku mungkin akan mengikuti event ini jika seandainya ada barengan untuk bisa gowes rame-rame disini. Kalau nggak sih mungkin mikir-mikir lagi.
    • Jakarta Festive 600K. Jujur aku agak kapok untuk mengikuti event Audax yang diadakan di Jakarta, karena biasanya rutenya akan menerabas banyak kemacetan. Namun karena ini jaraknya 600Km, kurasa akan banyak keluar kota. Dan karena event ini kemungkinan juga berbarengan dengan event PRCC seceng, bisa sekalian nambah-nambah kilometer.


🎯 
Eksplorasi Rute Gowes Baru

Fokusku di tahun ini adalah memperbanyak eksplorasi rute-rute sepeda tanpa melalui partisipasi di event. Itungannya sih biar nggak terlalu banyak tekanan dan bisa mencari banyak konten. Di tahun 2025 ini ada 2 rute yang ingin kujajal:

  • Jabar Banten Loop. Dengan rute mengelilingi propinsi Jawa Barat dan Banten yang memutar searah jarum jam. Estimasi jarak yang ditempuh 1.215km++ dengan elevation gain 9.925m. Karena paling nggak rute ini memerlukan 5 hari gowes full, bakalan perlu persiapan yang matang untuk menyelesaikannya, terutama untuk urusan logistiknya. Berdasarkan pengalaman Jabar Loop sebelumnya, membawa terlalu banyak barang bawaan akan menyulitkan di rute-rute yang memiliki banyak tanjakan. Sehingga sepertinya perlu diatur lagi berapa jumlah BiB & jersey ganti yang perlu dibawa. Titik drop bag juga sepertinya perlu dipertimbangkan, agar tetap bisa gowes dengan nyaman namun dengan jumlah barang bawaan yang lebih manageable.
  • Citorek Loop. Dengan rute Jakarta-Bogor-Pelabuhan Ratu - Warung Banten - Citorek - Jasinga - Tenjo - Jakarta. Estimasi jarak yang ditempuh 322km dengan elevation gain 6.164m. Target utamanya adalah menginap di Citorek dan melihat keindahan lembah di atas awan. Karena hanya perlu 2 hari, kurasa rute ini lebih mudah untuk dieksekusi tanpa perlu banyak persiapan.

🎯 Perfect Strava Badge

Aku menargetkan untuk bisa menyelesaikan Strava Challenge bulanan untuk kategori berikut:

  • 5K Challenge: Menyelesaikan aktivitas lari sejauh 5km
  • 10K Challenge: Menyelesaikan aktivitas lari sejauh 10km
  • Gran Fondo Challenge: Menyelesaikan aktivitas bersepeda sejauh 100km
  • 600K Challenge: Menyelesaikan aktivitas bersepeda sejauh 600km, akumulatif dalam 1 bulan
  • Cycling Elevation Challenge: Mendapatkan elevation gain dari aktivitas bersepeda sebanyak 7.000m, akumulatif dalam 1 bulan

Seharusnya target ini tidak terlalu susah untuk dicapai. Namun demikian tetap membutuhkan komitmen dan konsistensi, terutama untuk elevation challenge dimana dalam 1 bulan harus ada gowes nanjak.

🎯 Half Marathon

Di tahun 2025 ini, aku ingin mencoba untuk mengikuti event lari. Targetku adalah mengikuti event Half Marathon namun dengan target waktu dibawah 2 jam. Secara teori sih seharusnya memungkinkan, karena terakhir aku mencoba HM catatan waktuku 2 jam 10 menit, dimana masih banyak yang bisa di-improve. Sebelum aku serius mengikuti event lari ini, sepertinya aku harus membereskan masalah kaki kananku terlebih dahulu yang mengalami cedera. Sampai sekarang jika kupakai lari dengan pace yang agak kencang, pasti sakit.

🎯 12 Buku untuk Dibaca

Jumlah ini sebenarnya tidak terlalu menantang, karena di tahun 2024 lalu jumlah buku yang berhasil kuselesaikan jauh diatas target ini. Namun demikian, aku tidak ingin terlalu banyak fokus pada jumlah. Angka 12 ini aku anggap sebagai komitmen awal agar selalu ada buku yang kubaca di sela-sela waktu luangku. Berikut adalah judul buku yang menjadi target untuk kuselesaikan di tahun ini:

  • The Dip, Seth Godin
  • The Wealth Money Can’t Buy, Robin Sharma
  • Slow Productivity, Cal Newport
  • The Power of When, Michael Breus
  • The Decision Book, Mikael Krogerus & Roman Tschappeler
  • The Monk Who Sold His Ferrari, Robin Sharma
  • Stillness is The Key, Ryan Holiday
  • Mind Management not Time Management, David Kadavy
  • Die With Zero, Bill Perkins
  • The Science of Getting Rich, Wallace D Wattles
  • Good Vibes Good Life, Vex King
  • Same as Ever, Morgan Housel


🎯 30 % Saving Rate

Aku menargetkan angka saving rate sebesar 30% di tahun 2025 ini. Angka ini merepresentasikan rasio dari jumlah uang yang tidak terkonsumsi (unspent) yang kudapat dari gajiku selama setahun penuh. Angka unspent ini adalah sisa uang gaji setelah dikurangi seluruh pengeluaran, namun diluar pengeluaran Zakat & Infaq dimana untuk pos pengeluaran ini tidak aku ambil dari gaji, melainkan dari portofolio sahamku. Di tahun 2024, saving rate ku 46%. Melihat historis dari tahun sebelumnya, angka 30% sepertinya tidak terlalu sulit untuk dicapai. Namun demikian untuk berjaga-jaga dari pengeluaran-pengeluaran yang mendadak di tahun 2025, aku pasang target 30% agar lebih realistis.


🎯 Pertumbuhan Portofolio Saham 10%

Di saat kondisi ekonomi yang sedang mengalami banyak tekanan, angka 10% sepertinya terbilang cukup besar. Namun melihat performa portofolio sahamku di tahun 2024 yang tumbuh sebesar 12.8%, rasa-rasanya target 10% masih terhitung realistis. Angka ini mungkin akan banyak tergantung pada faktor eksternal yang berada di luar kontrolku. Yang bisa aku kontrol adalah pemilihan emiten-emiten yang mengisi portofolioku. Jadi bisa dibilang given. Seandainya pada akhirnya nanti dibawah 10% dan dibawah pertumbuhan IHSG, mungkin aku perlu me-review ulang portofolioku. Jika diberi lebih, ya alhamdulillah,



🎯 
Dollar Cost Averaging

Dollar Cost Averaging adalah metode membeli saham secara dalam jumlah tetap secara berkala tanpa perlu melihat fluktuasi harga sahamnya. Metode ini biasanya dilakukan dalam periode yang cukup panjang, sehingga pada akhirnya akan didapatkan harga rata-rata yang lebih baik jika dibandingkan dengan membeli dengan metode lumpsum.

Berkaitan dengan wishlist dan resolusiku di tahun 2025 ini, aku berencana untuk melakukan DCA pada salah satu emiten kesayanganku: MPMX dengan target minimal 8 tahun. Mengapa MPMX? Karena secara historis 5 tahun ke belakang emiten ini konsisten memberikan dividen dengan yield yang lumayan, sekitar 10% dan harganya pun relatif stabil, tidak terlalu volatile. Rencanaku, pembelian akan dilakukan setidaknya 1x setiap minggunya dengan angka lot yang tetap. Sumber dana untuk investasi di saham ini berasal dari 30% saving rate yang sudah dijelaskan sebelumnya ditambah dengan dividen yang kudapatkan dari portofolio sahamku. Agar lebih mudah dalam fungsi monitoring, evaluasi, dan kontrol, investasiku di emiten ini akan aku lakukan di akun sekuritas yang terpisah yang memang hanya diisi oleh emiten ini saja. Dengan asumsi dividen yield sebesar 10%, maka diharapkan di tahun ke-8 dividen yang kudapatkan dari emiten ini sudah setara dengan nilai top up tahunanku.

Itu adalah rencana jangka panjangnya. Untuk tahun ini, aku hanya perlu memastikan bahwa nilai top up ku sesuai dengan apa yang sudah kurencanakan. Karena rencana pembeliannya juga sudah diatur (fixed setiap minggu akan membeli minimal 1x), perlu dipastikan juga sustainability nya, jangan sampai ketika waktunya beli, dananya tidak ada.


🎯 5 Digit Portofolio Saham

Manusia hanya bisa berencana, namun rezeki sudah ada yang mengatur. Wishlist ini termasuk yang sangat ambisius, ibarat ngarep menang lotre. Tapi namanya juga #ngarep, tidak ada yang melarang. Melihat realita dan performa di tahun ini, wishlist ini akan lebih realistis dicapai dalam 2-3 tahun kedepan. Jujurly, aku melihat tahun 2025 bakalan suram. Namun pasar saham yang suram tentunya akan memberikan banyak peluang jika kita masih punya amunisi yang cukup.

Seandainya wishlist ini bisa tercapai di tahun 2025, sepertinya aku akan melakukan beberapa penyesuaian di portofolioku. Cash out beberapa emiten yang mungkin sudah bisa aku ambil profitnya, dan memindahkannya ke instrumen lain yang memberikan return yang tidak terlalu besar namun memiliki resiko yang lebih minim.



🎯 
Road Trip ke Bali

Setelah menjajal road trip ke Banyuwangi & Bali di tahun 2024 lalu, di tahun 2025 ini aku ingin menjajal kembali road trip ke Bali. Kali ini destinasiku bukan Bali Barat lagi, melainkan Bali daerah Tengah (Ubud & Bedugul) dan daerah Nusa Penida. Harapannya sih di tahun ini perjalanannya tidak terburu-buru jadi bisa benar-benar menikmati perjalanan dan mungkin mampir di beberapa kota ketika perjalanan pulang nantinya. Kota Malang dan Tulungagung ada di dalam list kota yang mungkin akan kusinggahi nantinya, sambil melihat situasi apakah waktu kami cukup untuk mampir.



🎯 
A Brand New Bike

Sebenarnya ini adalah satu wishlist yang sangat sulit untuk direalisasikan karena sepedaku saat ini masih berfungsi normal. Walaupun mungkin ada beberapa kekurangan yang disebabkan karena masa pakainya yang sudah lebih dari 8 tahun, namun aku masih bisa mentoleransi. Dengan kondisi ini, justifikasi untuk membeli sepeda baru tidak cukup kuat, walaupun sejujurnya untuk melakukan pembelian ini visa nya sudah keluar entah dari kapan. Oleh karena itu, wishlist ini akan kueksekusi dalam bentuk self reward jika emiten kesayanganku TSPC menyentuh harga 3000 di tahun 2025. GTC sudah dipasang, dan aku tinggal duduk manis, apakah harga 3000 bisa tersentuh, dan jemuran sahamku ada yang mengambil.

Sabtu, Desember 07, 2024

Mangewu Mangatus 5th series Yogyakarta 2024

Aku mengenal event ini di tahun 2023 lalu melalui postingan di instagram. Ketika itu, sepertinya sudah event yang ke-2, dengan rute starrt/finish dari kota Yogyakarta juga. Konsepnya menarik, berbeda dengan event lain dimana rutenya sudah dibuat dan peserta tinggal menjalani saja, di event Mangewu Mangatus ini peserta diwajibkan untuk membuat rute sendiri. Ada beberapa titik CP & rute parcour yang wajib dilewati. Dan terakhir, total elevation gainnya minimal 5000m (mangewu) dan jarak tempuh minimalnya 500km (mangatus). Entah apa yang membuatku pada tahun 2023 lalu tidak mengikuti event ini. Sepanjang yang kuingat, di tahun lalu aku agak-agak kebanyakan gowes. Hampir semua event audax aku ikuti, karena kebetulan daftar paket super randonneur. Dengan pertimbangan ini, aku masukkan event ini ke dalam wishlist ku di tahun 2024. Jujur, aku kesengsem dengan rutenya yang pada saat itu melewati Dieng, dan berharap di kesempatan berikutnya rutenya akan melalui Dieng juga.

Sebelum Mangewu Mangatus seri Yogyakarta, telah ada 2 seri lain: Bekasi dan Malang, namun tidak aku ikuti karena memang niatnya ikut seri Yogyakarta. Entahlah, Yogyakarta memberikan daya tarik tersendiri buatku untuk gowes. Jalanannya relatif bagus, dan mau ke arah manapun, pasti akan menemui rute nanjak, kecuali gowesnya di sekitaran dalam kota saja.

Beberapa bulan sebelum event ini, sejujurnya aku merasa galau. Event ultra terakhir yang aku ikuti adalah PVJ Mountaineering, dimana di event ini tanganku baru saja dioperasi CTS karena efek dari mengikuti event EJJ di awal tahun. Di event PVJ ini aku merasa agak “memaksakan diri”. Walaupun gowesnya aman, tapi banyak menahan rasa sakit di pergelangan tangan karena efek pasca operasi. Dengan alasan inilah, aku mencoba untuk “tahu diri”, mencoba gowes normal saja yang masih bisa kunikmati tanpa memberikan efek yang merusak.  6 bulan tak gowes minggat membuat moodku galau. Oleh karena itu aku mencoba mengajak temanku untuk pair, paling nggak bisa gowes konten dan reward nya bisa lebih baik dibandingkan dengan gowes sendiri. Awalnya temanku sudah setuju, namun apa mau dikata, sebelum Mangewu Mangatus ada event lain yang sudah menjadi wishlistnya sejak lama. Dengan kenyataan ini, mau nggak mau ya aku gowes sendiri. Berhubung aku sudah commit untuk mengikuti event ini, apapun yang terjadi mesti diusahakan untuk ikut. 

Persiapan Event

Tidak ada persiapan khusus untuk event ini. 1 bulan sebelum acara, aku hanya gowes jarak jauh (long ride) > 150km sebanyak 2x. Yang pertama gowes 190km dengan elevation 3000m++, dengan rute Jonggol-Gn Batu-Ciherang-Cibadak-Gn Pancar-Km0-Rainbow Hill-Gunung Geulis. Sengaja kuambil rute yang banyak tanjakan serta naik turun, untuk mengetes level strengthku. Disini kucoba menggunakan chainring 48/32T yang enteng untuk nanjak. Hasilnya cukup memuaskanku, bisa bertahan di semua tanjakan walaupun uji cobaku tanpa membawa beban macam-macam.

Latihan yang kedua berjarak 170km an dengan elevation gain 1500m++, dengan rute: Jasinga-Maja-Tenjo. Walaupun elevation gainnya cukup tinggi, namun tidak banyak tanjakan panjang. Rutenya didominasi oleh segmen rolling yang menguras tenaga. Dalam latihan ini, aku mencoba menguji level endurance ku dengan rute rolling sambil mensimulasikan jika aku membawa perlengkapan full (+charger, kabel, power bank, dan 1 stel Bib+jersey ganti). Hasilnya kurang memuaskan, avg speed dibawah ekspektasi. Entah apakah memang badanku yang nggaak terlalu fit ataukah karena efek dari beban yang kubawa.

Rencana Rute

Kira-kira 1-2 minggu sebelum acara, diinformasikan oleh panitia jika ada 3 titik checkpoint dan 4 segmen rute parcour yang harus dilewati oleh peserta. Titik checkpoint wajib dilewati secara berurutan, namun untuk segmen parcour ini bebas urutannya:


CP1: Indomaret Colomadu (Surakarta))

CP2: Indomaret Bawen (Ambarawa)

CP3: Indomaret Magelang

Parcour 1: Hutan Pinus Mangunan

Parcour 2: Bendungan Kedung Ombo

Parcour 3: Watu Tlatar Telomoyo

Parcour 4: Kalibening

Yang membuatku menjadi bersemangat adalah parcour 3 di Telomoyo. Tiba-tiba terbersit di dalam pikiranku untuk melihat sunrise dari puncak Telomoyo. Dengan keinginan ini, aku mulai mendesain rute melalui aplikasi Strava. Aku tidak ingin banyak bereksperimen dengan rute-rute yang tidak aku kenal ataupun tidak melalui jalanan besar agar targetku untuk melihat sunrise bisa tercapai. Patokanku adalah memanfaatkan fitur heatmaps Strava, untuk memastikan rute yang kulalui memang pernah/sering dilewati oleh sepeda, dan yang kedua aku kroscek dengan fitur Street View Google Maps, memastikan jalanannya bagus dan mulus, terutama untuk ruas yang mungkin akan kulewati setelah malam tiba.

Melihat pencapaianku di EJJ dimana dalam 1 hari aku bisa gowes sejauh 380-390km an, untuk Mangewu Mangatus ini aku coba memasang target 350km di hari pertama. Km280-290 ke atas mungkin akan kulewati ketika hari sudah malam. Dengan pertimbangan ini, yang perlu menjadi perhatianku adalah:

  • Segmen parcour Watu Tlatar Telomoyo harus kucapai setelah km350
  • Ekspektasi waktu ketika melewaati km280 s/d parcour 3 adalah di malam hari. Jadi perlu dipastikan rute/jalanan di segmen ini adalah jalanan utama
  • Ada 3 rute menuju Telomoyo: via Banyubiru/Wirogomo, via Sepakung, via Kopeng. Dengan asumsi aku nanjak ke Telomoyo di malam hari, aku memilih untuk mengambil rute Kopeng dimana jalanan yang dilewati adalah jalanan utama. Lupakan Banyubiru dan Sepakung, jalanannya sepi dan lewat hutan. Kelelahan di tengah-tengah mungkin akan sangat merepotkan.
  • Karena ada aturan tidak boleh melewati rute yang sama 2x (maks 10km), aku putuskan untuk menuruni Telomoyo melalui rute Banyubiru/Wirogomo. Ini jadi pertimbanganku juga untuk melihat sunrise di Telomoyo, asumsi aku datang lebih cepat, tak perlu buru-buru turun. Jalanan sepi + jalanan sepi + turunan agak-agak berbahaya menurutku.
  • Ekspektasiku, setelah menuruni Telomoyo aku langsung menuju parcour 4 dan CP3, dan langsung menuju titik finish tanpa perlu memutar-mutar untuk mencari tambahan kilometer lagi. Setelah aku hitung-hitung jaraknya dari parcour 4 sekitar 100km, jadi ketika aku sampai di parcour 3, jarak yang kutempuh telah melewati angka 400km.

Dengan pertimbangan diatas, beginilah rute yang kubuat:

rute awal Mangewu Mangatus

Dari titik start aku akan memutar terlebih dahulu untuk mencari jarak, lalu menuju Imogiri dan parcour 1: Hutan Pinus Mangunan (km75), dari sini aku menuju Wonosari namun melewati jalur luarnya untuk menambah kilometer dan berbelok ke utara menuju Klaten, lalu melewati jalan utama Klaten-Surakarta untuk menuju CP 1: Indomaret Colomadu (km200).

Selanjutnya dari CP1, aku mengarah ke Sragen melewati jalur propinsi. Sebelum memasuki kota Sragen, berbelok ke arah barat laut menuju parcour 2: Bendungan Kedung Ombo di km277 lalu terus menuju Juwangi. Sebelum Juwangi, berbelok ke selatan sebelum akhirnya berbelok lagi ke arah barat menuju kota Salatiga, dan terus ke utara menuju CP 2: Indomaret Bawen (km358).

Dari CP 2, aku melewati lingkar luar Ambarawa menuju Banyubiru dan mengarah ke kota Salatiga lagi, sebelum akhirnya ke arah barat menuju Kopeng, lalu ke parcour 3 Telomoyo (km398). 

Dari parcour 3, aku tinggal menuruni Telomoyo via rute Wirogomo/Banyubiru, menuju jalur utama Bawen-Yogyakarta. Setelah melewati jalanan utama, tinggal melewati rute rolling dan turun ke arah Magelang. Sebelum Magelang keluar jalur untuk menuju parcour 4: Kalibening, lalu muter-muter melewati jalur gravel/gang (jujur rute ini kurang meyakinkan jika kulihat melalui Street View Google Maps) sebelum akhirnya menuju kota Magelang dan ke CP3: Indomaret Magelang.

Dari CP3, seharusnya aku tinggal turun menuju titik finish di Yogyakarta dengan jarak tempuh 43km.


Settingan Sepeda & Barang Bawaan

settingan minimalis
Pada awalnya aku berniat untuk membawa BiB & jersey ganti, itung-itung sekalian ngetes tas punggung apidura yang baru kubeli. Pada akhirnya aku putuskan untuk gowes minimalis saja. Chainring 48/32T yang tadinya akan aku gunakan pun aku ganti menjadi 52/34T, karena khawatir baterai power meter assioma ku tidak akan sanggup bertahan hingga finish nanti. Jadinya aku menggunakan power meter rotor inspider yang daya tahannya lebih lama ditambah dengan cleat MTB, untuk berjaga-jaga kalau semisal perlu TTB pas nanjak ga bikin susah.

Secara umum berikut adalah settingan sepeda yang kupakai untuk acara Mangewu Mangatus kemarin

  • Sepeda: Polygon Helios A8, keluaran 2013
  • WS Superteam 50mm, timbrake
  • Ban: Schwalbe Pro One 28c
  • Sprocket: 11-32T SRAM
  • Crankset: Rotor + Inspider Power Meter
  • Chainring: Rotor 52/34T oval
  • Pedal Shimano XT, cleat MTB
  • Aerobar: Profile Design dengan riser 50mm

Untuk barang bawaannya:

  • Bidon 620ml: 2x
  • Cyclocomp: Wahoo Elemnt Bolt (navigasi utama)+ iGPSport iGS 630S (backup)
  • HRM: iGPSport HR70
  • Lampu depan:  Suba 1000lumens + NiteCore MH12
  • Lampu belakang: Rockbros & iGPSport TL30
  • Saddle bag rockbros yang berisi: pompa portabel, ban cadangan 2x, tire lever, tools, dan perintilannya
  • Apidura packable bag backpack yang berisi: handuk kecil, sarung, charger, kabel, power bank, dan jas hujan
  • Helm: Giro Vanquish
  • Apidura top tube bag, isinya kosong, cadangan untuk menyimpan power bank & HP jika hujan
  • Pouch bag yang berisi: stok strive gel, EJ Sport, Endurego, dan Beng-beng
  • Sepatu Shimano RX800
  • Gloves: Giro Supernatural


H-1 acara

Aku menginap di LPP Garden Hotel, tempat yang sama dengan titik start & finish. Disini aku janjian dengan temanku Om Ewin, sebelumnya pernah gowes bareng di event Audax Yogyakarta 1200K & 600K. Lumayan setelah nggak ketemu lama, banyak hal-hal yang didiskusikan termasuk plan untuk mengikuti event di tahun-tahun berikutnya. Ini adalah event minggat nya dia yang pertama setlah sebelumnya vakum cukup lama gegara mengalami musibah di Audax 600K. 

Hari H: Start s/d CP1 - Indomaret Colomadu (200km)

rute Start - CP1
Di hari H sempat ada drama buatku. Karena proses check in di titik start & check point baru di sosialisasikan di malam sebelum acara, sebelum start aku sudah panik dan ribet duluan karena gagal check in di titik start. Proses check in nya menggunakan web IkutAja, yang digunakan untuk proses registrasi event pertama kali. Ternyata alamat email yang kugunakan berbeda dengan yang kugunakan untuk check in, jadi bolak-balik lah sampai perlu reset password. Sebenarnya sih nggak ribet jika sudah disosialisasikan lebih awal sehingga bisa di-prepare sebelum race. Disaat peserta lain sudah mulai jalan, aku masih nguprek-nguprek di meja panitia.

Pada akhirnya aku berhasil check in, dan tak berlama-lama, aku langsung memulai perjalananku untuk menyelesaikan rute yang telah kubuat.

CP1 menjadi titik CP terjauh yang kutempuh di event ini. Setengah jalur ring road Yogyakarta kulewati dari arah barat menuju timur untuk menambah kilometer. Jalan didominasi oleh aspal/cor mulus dan relatif flat hingga km70 an di daerah Imogiri. Nah dari sini penyiksaan pertama dimulai, jalanan dari Imogiri menuju parcour 1 di Hutan Pinus Mangunan seolah berubah 180 derajat. Tanjakannya lumayan berat, paling tidak diluar ekspektasiku karena baru pertama kali lewat sini. 

foto-foto di titik Start

Setelah melewati CP1, tantangan menjadi relatif mudah. Rute didominasi rolling walau cenderung turun hingga daerah Wonosari. Jalanannya pun terhitung mulus. Aku berhenti di Indomaret di daerah Wonosari, km120an untuk mengisi bidon & refuel. Setelah Wonosari ruteku berbelok ke utara menuju Klaten. Jalanannya berubah, nggak semulus yang sebelumnya tapi masih terhitung oke untuk dilewati. 

Hutan Pinus Mangunan

Dari Klaten menuju Solo, sudah tentu jalanannya mulus karena ini adalah jalanan utama. Disini aku sangat terbantu oleh keberadaan aero bar. Rolling speed 33-35kph dapat dicapai tanpa effort, power zona 1, terbantu oleh ramainya kendaraan dan jalanan yang mulus.

Aku sampai di CP 1 jam 1 siang setelah menempuh jarak 200km. Disini aku re-fuel lagi. Karena tidak ada mesjid di dekat CP1, aku memutuskan untuk tidak berlama-lama disini dan melanjutkan perjalanan.

Hari H: CP1 s/d CP2 - Indomaret Bawen (160km)

rute CP1 - CP2
Sebelum keluar dari kota Solo, aku melipir lagi untuk sholat. Karena belum lapar walaupun sudah jam 2 lewat, aku putuskan baru akan berhenti lagi nanti kalau sudah lapar.

Ruteku kali ini menuju kota Sragen. Jalanan yang kulewati tentu saja jalanan utama. Dan kali ini aku terbantu lagi oleh aero bar. Effort minim, kecepatan diatas 30kpj, dan bisa sekalian mengistirahatkan lengan. Sebelum memasuki kota Sragen, aku berbelok ke arah utara. Ini adalah rute yang sama ketika mengikuti event Audax 1000k Yogyakarta tahun lalu. Jalanannya belum berubah, masih kurang oke untuk sepeda, didominasi oleh cor namun banyak retakan. Di jalan menuju parcour 2 Bendungan Kedungombo jalanannya sedikit kubelokkan sebelum akhirnya kembali lagi ke jalur utama, lagi-lagi untuk menambah kilometer. Disini aku ketemu dengan penjual es teh, dan kuputuskan untuk membeli es teh sebelum melanjutkan perjalanan.

Aku sampai di Bendungan Kedung Ombo sekitar jam 5 sore (km 290an). Sampai segmen parcour bendungan jalanannya mulus walaupun ternyata rutenya banyak didominasi segmen rolling yang menguras tenaga. Tak lama setelah melewati parcour, hujan turun. Tak disangka-sangka lumayan deras. Aku tidak memperhitungkan kalau di daerah sini, jam 5:30 sore sudah cukup gelap. Dengan kombinasi jalanan agak gelap + hujan deras, kondisi jalanan di depan menjadi tidak terlalu terlihat. Karena belum benar-benar gelap, lampu sepeda pun tidak terlalu bisa membantu. 

Akhirnya apa yang aku khawatirkan pun terjadi, ada lubang yang tidak terlihat karena dipenuhi air, di turunan pula. Ban sepedaku pun langsung bocor. Setelah kucek, depan dan belakang bocor. Berhubung lokasinya ada di tengah hutan, tanpa berpikir panjang aku langsung menuntun sepedaku mengikuti rute, berusaha untuk mencari tempat teduh yang cukup terang untuk bisa mengganti ban.

Beruntung sekitar 300an m dari lokasiku ada warung. Aku pun berteduh disini sambil berusaha menganti ban dalamku. Karena basah dan banku penuh dengan air, jadi lumayan PR juga untuk mengeringkan sambil memeriksa kondisi ban luarku takut kenapa-kenapa. Disini kuputuskan untuk makan malam sekalian. Disini aku berusaha untuk mencari titik bocor ban dalamku, berharap masih bisa kutambal. Karena bawa ban dalam serep cuma 2, tentunya kalau kenapa-kenapa lagi ya tamatlah perjalananku di event ini. Kondisi ban yang serba basah, serta pompa portabel yang kapasitasnya kecil sangat menyulitkanku untuk mencari titik bocor. Karena bukan bocor halus, tiap kali aku pompa langsung kempes. Akhirnya kuputuskan untuk menyimpan ban dalamku yang bocor, siapa tahu bisa kuperbaiki lagi nanti.

parcour 3 dan CP2

Setelah 1 jam lebih berada di warung, aku melanjutkan perjalanan sekitar jam 7 malam lewat. Aku mulai meragukan rencana awalku untuk bisa melihat sunrise di Telomoyo. Masih ada 100km lagi hingga Telomoyo. Jika jalurnya flat dan jalanannya mulus tentunya akan lebih mudah memperkirakan waktu tempuhnya. Kondisi jalanan yang gelap, banyak lubang, hujan, dan tentunya masih banyak tanjakan sebelum Telomoyo membuatku sedikit frustasi. Apalagi ban cadanganku sudah habis.

Aku melanjutkan perjalanan dengan lebih hati-hati. Kecepatan aku kurangi, terutama di turunan. Untuk menghindari terkena lubang. Hujan yang cukup deras juga menghalangi pandangaku yang menggunakan kacamata. Rutenya pun bukan kaleng-kaleng. Banyak rolling, dan tiap kali turunan nggak berani menghajar. Jadi banyak effort yang keluar di segmen ini.

Di sekitaran km311, aku tak sengaja menghajar lubang yang tak terlihat. Lubangny tak terlihat karena berada di sambungan dengan jembatan. Banku bocor lagi. Kali ini ban belakangku saja yang kena. Alhamdulillah ban depan masih aman. Mentalku langsung drop disini, karena ban cadanganku sudah habis. Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, dan walaupun bukan di hutan, kota terdekat (Salatiga) masih berjarak sekitar 40km lagi. Sempat terpikir untuk DNF, best case ya menunggu besok untuk mencari ban serep cadangan. Karena di event ini rutenya berbeda-beda tiap peserta, kupikir akan sangat kecil kemungkinannya untuk bertemu dengan peserta lain.

Namun demikian, aku berusaha untuk menyelesaikan masalah ini. Kubongkar ban belakangku. Kucoba mencari titik bocornya ban. Masih bisa dicari ternyat, hanya perlu effort lebih karena hanya mengandalkan pompa portabel. Setelah ketemu titik bocornya, aku coba tambal, bisa. Pas dipasang, ternyata masih bocor. Semakin deg-degan karena aku ternyata hanya membawa tambalan 2 biji saja. Aku bongkar lagi banku, kuganti dengan ban yang sebelumnya bocor, bisa kutambal. Alhamdulillah ketika kupompa bisa. Tak terasa nguprek-nguprek masalah ban ini menghabiskan waktu 1 jam lebih. Jam 10malam lewat aku melanjutkan perjalanan kembali.

Kondisi yang tak terduga ini membuatku tersadar. Untuk event dengan rute yang bakalan kecil ketemu dengan peserta lain, mungkin alangkan lebih baik jika membawa ban cadangan lebih banyak. Kurasa 4 ban cadangan lebih aman, dengan mempertimbngkan juga kondisi musim hujan. Untuk tambalan ban, sepertinya jug perlu membawa lebih banyak. Kesalahanku juga tidak mengecek berapa tambalan yang kubawa.

2 kali mengalami bocor ban membuatku semakin hati-hati. Energiku pun sepertinya lumayan terkuras hanya untuk mengganti ban. Badanku sudah lelah, namun aku tak ingin beristirahat sebelum sampai CP2.  Alhamdulillah pada saat itu sudah tidak hujan lagi, dan jalanan yang kulalui juga terhitung bagus, sudah masuk di jalan utama menuju kota Salatiga. Namun demikian, rutenya diluar ekspektasiku. Rolling nya masih banyak, dan sebelum masuk Salatiga seingatku ada segmen tanjakan yang lumayan panjang (5km++). Gradiennya sih nggak terlalu parah, namun kalau tubuh sudah lelah, rasanya menyiksa.

Setelah melewati Salatiga, kondisinya lebih baik. Jalan propinsi gitu lho. Dan jalanannya relatif menurun, disini aku baru berani ngegas, karena jalanan dan penerangannya bagus. Akhirnya aku sampai di CP2 (km360) sekitar jam 12 malam. Disini aku beristirahat agak lama karena sudah lumayan mengantuk, sambil nge charge HP dan cyclocomp ku. Baru sadar Wahoo Elemnt Bolt ku tidak bisa ku charge, penyakit yang klasik ketika mencoba nge charge dalam kondisi basah, agak korslet. Kondisi ini pernah kualami ketika Audax Yogyakarta 600K dulu. Kupikir Wahoo ku rusak, ternyata setelah kering masih bisa di-charge. Dengan sisa baterai 44% lagi, aku berharap bisa bertahan sampai titik finish. Ada sih cyclocomp backup ku iGPSport, namun untuk navigasi aku lebih mempercayakan pada Wahoo.

Hari H: CP2 s/d CP3 - Indomaret Magelang (100km)

rute CP2 - CP3
Aku melanjutkan perjalanan dari CP3 sekitar jam 1:15 dini hari, langsung menuju jalan lingkar luar Ambarawa sebelum akhirnya berbelok ke arah Banyubiru. Disini aku melipir untuk mencari mesjid, sholat sekalian mengganti pakaian dalam dan kaos kaki yang sudah basah. Di Banyubiru aku terpaksa memutar balik. Karena di titik ini beririsan dengan rute ku setelah turun dari Telomoyo, rutenya kubuat sedikit lain, yang ternyata ini masuk ke komplek militer dan jalanannya ditutup.

Dari Banyubiru aku berbelok lagi menuju kota Salatiga. Nah disini jalanan mulai menanjak. Tanjakannya bukan kaleng-kaleng: panjang dengan gradien yang lumayan. Terakhir kali aku ke Kopeng, aku sempatkan untuk memutari Gn Merbabu. Walaupun melewati rute yang berbeda, pada saat itu aku merasa tanjakannya lumayan berat. Nah kali ini ditambah kondisi badan sudah lelah dan mengantuk, masih dikasih tanjakan dengan elev gain 1200m++ hingga titik parcour 3 di Telomoyo.  Di tengah-tengah perjalanan aku putuskan untuk melipir karena sudah mengntuk. Aku menemukan tempat terbuka tapi bisa duduk sambil bersandar. Kumanfaatkan waktu 30 menit untuk power nap. sebelum aku melanjutkan perjalanan menuju Telomoyo.

Aku sampai di Telomoyo sekitar jam 04:30, sudah lewat waku shubuh. Disini aku sholat shubuh, dan rencanaku langsung lanjut naik ke atas menuju segmen parcour 3. Ternyata disana aku ketemu peserta lain, Rangga, cyclist yang aku kenal cukup baik dan sudah ketemu beberapa kali di event Audax 1000K dan EJJ. Ternyata dia sudah sampai duluan dan beristirahat di warung sebelah. Akhirnya aku putuskan untuk melipir dulu, makan indomie dan minum teh manis panas. Rangga ternyata belum melewati parcour 3, rencananya dari Telomoyo akan turun melewati rute Sepakung, sementara aku melewati rute Wirogomo/Banyubiru. Dia bilang rute Sepakung lebih bagus jalanannya, namun lebih curam. Akhirnya kami berpisah di gerbang masuk Telomoyo karena Rangga mau ke toilet terlebih dahulu. Aku  ijin untuk jalan duluan.

sunrise di Pagergedog & otw menuju Banyubiru

Rute Telomoyo yang terberat adalah di awal-awal. Kali ini aku sudah sempoyongan untuk melibas tanjakan menuju parcour 3. Tenag ekstra yang kudapatkan dari makan indomie cukup membantu. Puncak Telomoyo kulihat berkabut dan hari sudah lumayan terang walaupun baru jam 5 lewat. Aku merasa sedih karena rencanaku untuk melihat sunrise di Telomoyo gagal, namun dengan kondisi yang kualami, aku merasa bersyukur bisa sampai pada titik ini. Aku hanya berpikir, mungkin suatu saat akan ada kesempatan lagi untuk gowes kesini dan menikmati matahari terbit.

Dari parcour 3 aku langsung menuruni Telomoyo ke arah Pagergedog, tak perlu meneruskan perjalanan menuju puncak Telomoyo. Di Pagergedog, aku melewati jalanan terbuka yang memberikan pemandangan puncak gunung Telomoyo, Walaupun matahari sudah tinggi, namun pemandangaannya masih indah. Kusempatkan untuk berfoto-foto sebentar disini sebelum melanjutkan turun ke arah Banyubiru. Dalam perjalananku menuruni gunung, aku bertemu fotografer Rute Syahdu. Lumayan banyak dapet jepretan disini.

Rute melalui Banyubiru ternyata sesuai dengan informasi dari Rangga. Jalanannya kurang bagus, jadi tiap kali mau melewati jalanan jelek, terpaksa mengerem agak banyak, daripada kenapa-kenapa lagi akan sangat bermasalah disini. Beruntung jalanan yang jeleknya di awal-awal saja, begitu sudah sampai tengah-tengah sampai Banyubiru, aspalnya relatif mulus.

Dari Banyubiru, ruteku berbelok ke kiri menuju jalan raya utama Ambarawa - Magelang. Disini masih ada tanjakan dan segmen rolling yang lumayan banyak. Melelahkan, tapi tidak selelah malam sebelumnya. Setelah segmen rolling nya habis, jalanan berubah menurun. Udara pagi yang masih segar, lalu lintas yang relatif sepi, dan jalanan menurun menjadi kombinasi yang pas. Kali ini aero bar ku kumanfaatkan dengan baik untuk menambah kecepatan di turunan.

Sebelum Magelang, aku keluar rute utama untuk menuju parcour 4: Kalibening. Kontras sekali dengan kecepatan tinggi yang kudapatkan di turunan, aku berbelok memasuki jalanan tanah berpasir dan banyak genangan dimana-mana. Inilah segmen gravel parcour 4 yang diakhiri dengan menyeberang sungai melalui jembatan gantung. Disini aku berpikir sempat berpikir untuk memutar balik dan kembali ke jalur utama. Namun pada akhirnya aku putuskan untuk melanjutkan gowes sesuai dengan rute yang kuambil.

Ternyata rutenya bukan kaleng-kalen. Setelah menyeberang jembatan jalanannya hanya berupa jalanan semen yang mungkin cuma muat untuk dilewat 2 sepeda motor. Yang membuatku menyesal adalah rutenya ternyata menanjak. Dan aku sampai kaget di cyclocomp ku muncul segmen tanjakan dengan warna merah. Belakangan aku baru tahu ada segmen tanjakan 2.2km dengan elevation gain 150m an. Padahal nggak ada bukit disitu. Karena lumayan curam dan diluar dugaanku, aku memutuskan untuk tuntun bike saja. 

rute CP3 - Finish
Keluar dari segmen ini akhirnya ketemu jalanan aspal, namun ternyata rutenya juga tidak mudah karena naik turun. Akhirnya setelah ketemu jalanan yang cukup besar, kena prank lagi ketika memasuki kota Magelang. Dikasih tanjakan pendek namun dengan gradien yang lumayan,

Akhirnya aku ketemu lagi dengan jalur utama: jalur propinsi Ambarawa-Yogyakarta. Beberapa km dari titik itu, aku sampai di CP3. Entah jam berapa aku sampai sana, kurasa sekitaran jam 8:30 pagi. 

Hari H: CP3 s/d Finish

Di CP3 aku tak mau berlama-lama, hanya check in melalui aplikasi setelah itu melanjutkan perjalanan menuju Yogyakarta. Air di bidon ku sudah mau habis, tapi kupikir dengan kondisi jalanan yang relatif menurun dan dengan sisa jarak tempuh sekitaran 43km ke titik finish, aku merasa masih bisa bertahan. 

Dengan sedikit ngegas aku lanjutkan perjalanan. Aero bar jelas sangat membantu disini. Namun aku sedikit underestimate dengan rutenya. Walaupun didominasi turunan, ada juga tanjakan-tanjakan halus nya. Beberapa kali pengen melipir untuk beli minum, namun kupaksakan untuk terus melaju untuk meneruskan momentum.

akhirnya: finish
Pada akhirnya aku finish sekitar jam 10:10 pagi. Total jarak yang kutempuh 504 km, elevation gain 5.620m, dengan waktu 22 jam 39 menit, elapsed time 28 jam 33 menit. Walaupun target utama tidak tercapai, paling nggak bisa jadi first finisher di event ini.

Minggu, Mei 19, 2024

Catatan Liburan ke Glamping Legok Kondang Ciwidey

peta area glamping
Di akhir bulan Januari lalu, aku dan keluargaku berlibur ke Glamping Legok Kondang. Berawal dari rekomendasi salah satu temanku yang emang demen liburan, akhirnya baru terkeksekusi di akhir bulan Januari kemarin, ketika ada hari kejepit. Tadinya mau kesini ketika liburan di akhir tahun 2023 lalu, tetapi karena agak mepet, jadi sudah penuh. Sebelumnya juga sudah diingatkan sih oleh temanku kalau reservasinya mesti jauh-jauh hari sebelumnya, minimal 6 bulan sebelumnya karena banyak peminat dan jumlah villa nya pun terbatas. Di akhir bulan Januari kemarin pun kupikir bisa dibilang kami cukup beruntung bisa reservasi, mengingat reservasinya di satu bulan sebelumnya. Mungkin karena habis liburan akhir tahun kali ya, jadi nggak banyak yang menjadwalkan liburan di bulan Januari. Walaupun demikian, nggak semua type villa/tenda tersedia.

Minggu, Maret 17, 2024

EJJ 2024 1500km: Bagian 12 - Gowes Day-5 & Penutup

Tak disangka aku tidur nyenyak malam itu. Walaupun kupasang alarm di jam ku, sampai nggak bangun. Aku terbangun jam 02:30, yang artinya aku sudah tertidur 6 jam. Sedikit panik karena masih setengah sadar dari tidur bablas, aku langsung mengecek barang-barangku. Aman masih ada. Ketika aku cek di racemap, Om Terry dan Om John sudah jauh di depan, dengan selisih jarak 70km an,  jika kukonversi dengan itung-itunganku, selisih waktunya berarti 3 jam. Dengan aku tertidur 6 jam, berarti mereka juga sempat istirahat.

EJJ 2024 1500km: Bagian 11 - Gowes Day-4

Aku melanjutkan perjalananku. Rute dari Pantai Gemah menanjak, dan selanjutnya melewati rute rolling naik dan turun khas JLS menuju Pantai Prigi yang berada di balik bukit. Karena ini jalannya terhitung baru, aku belum pernah gowes sampai kesini. Tadinya kupikir jalurnya cukup dekat antara Pantai Prigi dan Pantai Gemah, ternyata lumayan jauh. Aku gowes dengan pace seadanya, selain jalanannya yang naik turun dan kurang bersahabat, karena tidak banyak penerangan, aku jadi sedikit berhati-hati.

EJJ 2024 1500km: Bagian 10 - Gowes Day-3

Aku bangun kesiangan di pagi itu, seharusnya bangun jam 3 tapi malah jam 4, itu juga terbangun oleh alarm normalku yang memang biasa ku set jam segitu. Agak terburu-buru aku langsung beberes, dan bersiap-siap untuk sholat shubuh. Selepas sholat shubuh kami jalan, kembali lagi ke rute utama yang berjarak hampir 2 km dari Hotel Cakra.

Gn Semeru dari kejauhan

EJJ 2024 1500km: Bagian 9 - Gowes Day-2

Tidurku tak terlalu nyenyak. Jam 3 pagi aku bangun dan bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan, Tak lama Om Terry nge WA. Ternyata dia menginap di Jambu sekitaran km 414 dan ngajak barengan karena melihatku tak jauh dari lokasinya berada. Aku persilakan dia untuk duluan karena aku nanti mesti melipir lagi di Jambu untuk sholat shubuh.  Sebelum melanjutkan, BiB dan jerseyku di hari pertama kucuci dan kujemur aero bar & top tube. Agak sedikit menyesal seharusnya ini kulakukan di malam sebelumnya. bisa lebih cepet kering.

EJJ 2024 1500km: Bagian 8 - Gowes Day-1

suasana di titik start
Setelah sholat shubuh, aku dan Om Terry langsung beberes dan menuju lokasi titik start di Surabaya Town Square. Disana kami diharuskan melakukan bike check terlebih dahulu. Panitia akan memastikan sepeda yang kami gunakan sudah sesuai regulasi: GPS tracker sudah diaktifkan, sensor HR dan cadence sudah terpadang, 2 lampu depan dan 2 lampu belakang yang harus sudah terpasang, ukuran ban minimum 28c.

Suasananya tidak terlalu ramai, karena berdasarkan informasi pesertanya hanya ada  48 orang. Di lokasi start, juga sudah disediakan snack dan makanan ringan untuk sarapan. Di pukul 05:00 waktu setempat, event ini resmi dimulai. Tidak ada acara sambutan & seremoni yang panjang seperti event-event lain yang pernah kuikuti sebelumnya. Rasanya seperti ini lebih baik dan efisien.

aku termasuk cyclist yang di belakang

EJJ 2024 1500km: Bagian 7 - H-1 sebelum Day-1

Di hari Minggu, sehari sebelum event dimulai, alhamdulillah cuaca bersahabat. Dari pagi hingga siang tidak turun hujan. Sebelum berangkat ke Surabaya, aku putuskan untuk mengetes kembali segmen Boyolangu Riverside dengan kondisi jika tidak turun hujan. Kali ini aku berencana untuk memperpanjang rute gravel yang kulalui menjadi sekitar 4km.

EJJ 2024 1500km: Bagian 6 - H-2 sebelum Day-1

H-3 atau Jumat malam, aku nyetir dari Surabaya menuju Tulungagung. Berusaha untuk nggak terlalu ngebut dan buru-buru. Ngantuk sedikit langsung melipir ke rest area. Harapannya ketika sampai kampung, aku tidak terlalu lelah.