Rabu, September 04, 2013

Commuter Line yang Semakin Tak Nyaman

Beberapa waktu lalu KJC memberlakukan tarif progresif untuk KRL Commuter Line. 5 stasiun pertama penumpang hanya perlu membayar Rp 3.000 (disubsidi menjadi Rp 2.000), dan untuk 3 stasiun berikutnya dikenakan tambahan Rp 1.000 (disubsidi menjadi Rp 500). Walaupun memang tujuannya baik, yaitu agar Commuter Line ini bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat, namun tampaknya penurunan tarif ini tidak dibarengi dengan peningkatan kapasitas kereta untuk mengimbangi peningkatan jumlah penumpang.


Memang sih sebelum tarifnya turun, tidak bisa dibilang juga kalau KRL waktu jam-jam sibuk nggak penuh. Tapi, setelah penurunan tarif, penuhnya nggak kira-kira. Terkadang saking penuhnya, mau masuk saja sudah susah. Kalaupun berhasil masuk, nanti di stasiun-stasiun berikutnya akan masuk lebih ke dalam lagi oleh penumpang-penumpang yang 'memaksa' masuk. Yah bukan salah mereka juga sih, namanya juga sama-sama penumpang, maunya kan pasti terangkut dan bisa sampai ke stasiun tujuan dengan cepat.



Selain itu, ada masalah lain yang membuat pengguna KRL semakin tidak nyaman. Ketika masuk dan keluar stasiun, penumpang harus masuk melalui gate yang sudah disediakan, untuk melakukan tap in dan tap out. Nah, terkadang penyebaran gate ini tidak merata di setiap stasiun. Alhasil, jika sedang jam sibuk, setelah turun dari kereta pun, penumpang harus antri untuk melakukan tap out. Yang aku alami sendiri, di Stasiun Palmerah contohnya. Di stasiun ini, banyak penumpang yang turun, tetapi gate untuk tap out yang disediakan hanya 2. Alhasil penumpang yang paling apes paling nggak mesti ngantri lagi selama 5 sampai 10 menit. Belum lagi nanti antri nyari ojek atau taksi.

Bisa disimpulkan, selain harus menerima kenyataan kereta yang penuh sesak, waktu tempuh untuk pulang pergi ke kantor pun bertambah (walaupun tidak terlalu signifikan). Untuk mengatasi kedua masalah ini, KCJ harus segera menambah jumlah rangkaian KRL dan menambah jumlah gate di stasiun-stasiun yang lalu-lintas penumpangnya sangat tinggi di jam-jam sibuk.

Untuk penambahan rangkaian kereta, setahuku KCJ sudah berencana untuk menambah di akhir tahun ini. Namun untuk penambahan jumlah gate, sepertinya belum ada tanda-tanda perbaikan. Entah apa karena mereka mau fokus memperbaiki sistem e-ticketing nya terlebih dahulu, sehingga penambahan gate menjadi prioritas belakangan. Seperti diketahui, KCJ mengklaim bahwa mereka kehilangan 800 ribu tiket single trip, jumlah yang cukup fantastis. Karena kasus tersebut beberapa minggu lalu KCJ menerapkan Tiket Harian Berjaminan (THB), dimana pengguna harus membayar Rp.5.000 + tarif perjalanan untuk mendapatkan THB ini. Jadi kalaupun hilang, mereka nggak rugi karena pengguna sudah membayar Rp 5.000 untuk biaya pembuatan kartunya.

Diluar semua ketidaknyamanan tadi, aku akui banyak perubahan ke arah perbaikan yang sudah dilakukan KCJ untuk membuat pengguna KRL menjadi lebih nyaman. Sarana dan prasarana stasiun diperbaiki, peron menjadi lebih bersih dari pedagang asongan (walaupun sebenarnya kasihan juga sih, namanya juga cari duit), perbaikan fasilitas parkir, dan tiket multi trip yang memudahkan pengguna sehingga tidak perlu mengantri. Semoga saja penambahan rangkaian KRL nya bisa segera terealisasi. Percuma juga kalau fasilitas stasiunnya diperbaiki, tapi penggunanya sendiri malah nggak nyaman ketika naik KRL nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar