- Dengan rute yang berbeda tiap peserta, aku harus selalu berasumsi ruteku tidak akan beririsan dengan peserta lain. Artinya, kita mesti selalu siap dengan segala macam kendala teknis & fisik selama event. Pengalamanku di 5500 edisi Yogyakarta sebelumnya agak sedikit pahit, dimana banku bocor sampai 3x, sementara ban cadanganku hanya ada 2. Disini tidak bisa mengandalkan peserta lain yang mungkin lewat di belakang kita dan harus menyelesaikan masalah ini sendiri.
- Kecil kemungkinan bisa gowes bareng dengan peserta lain. Walaupun memungkinkan ketika dekat-dekat titik CP/segmen parcour, namun buang jauh-jauh asumsi itu kecuali memang sudah diniati dari awal, collab rute dengan peserta lain. Artinya disini kebanyakan waktu akan dihabiskan gowes sendiri. Mungkin untuk orang-orang yang ingin memvalidasi diri sendiri dengan menuntaskan tantangan 5500 event ini sangat cocok, namun kekurangannya secara sosial & networking sepertinya kurang dapat memberikan nilai tambah.
- Minim dokumentasi. Ini adalah resiko dari peraturan di dalam event. Sumber daya penyelenggara tentunya terbatas dalam menyediakan fotografer yang mampu merekam jalannya event dari awal hingga akhir, apalagi tiap peserta rutenya berbeda-beda. Titik yang paling mungkin untuk merekam dokumentasi adalah titik-titik CP dan segmen parcour, itupun tiap peserta bisa berbeda-beda waktunya, terlebih lagi segmen parcour, tidak harus berurutan.
Pada akhirnya aku berkesempatan untuk menjajal Lakoni 300K Yogyakarta yang kebetulan jadwalnya lebih dulu dibandingkan dengan 5500 edisi Bandung, walaupun registrasi 5500 ini sudah diumumkan sebelum Lakoni 300K. Pengalamanku di event Lakoni 300K seolah menjadi standarku untuk event-event yang akan aku ikuti kedepannya: aku berharap mengikuti event yang bisa kunikmati tanpa grasak-grusuk, dan tentunya banyak foto-foto & dokumentasi yang dihasilkan. Bukan karena aku gila foto, tapi dokumentasi yang baik bisa memberikan story yang baik yang bisa kuingat kedepannya. Event Lakoni 300K seolah langsung menurunkan ekspektasiku di event 5500 edisi Bandung ini, dengan kekurangan-kekurangan seperti yang sudah kujelaskan diatas.
Salah satu alasanku ingin mengikuti 5500 6th edisi Bandung adalah karena berharap rutenya diarahkan menuju Bandung Selatan. Bersepeda di daerah sekitaran Ciwidey, Rancabali, ataupun Pangalengan adalah ekspektasiku untuk event 5500 ini. Pemandangannya oke, dan walaupun banyak tanjakan, effortnya masih sebanding dengan view nya. Ketika titik CP dan segmen parcour untuk event 5500 diumumkan, aku cukup kecewa. Alih-alih diarahkan ke daerah Bandung Selatan, rutenya diarahkan ke arah sebaliknya. Namun demikian komitmen tetaplah menjadi komitmen, sudah daftar dan masuk wishlist, apapun yang terjadi mesti dijalani.
Persiapan Event
Sama seperti halnya Lakoni 300K, tidak ada persiapan khusus dalam menghadapi event 5500 6th edisi Bandung ini. Sebulan terakhir sebelum event, aku hanya gowes dekat-dekat rumah saja, merasa sedikit malas untuk gowes minggat yang jauh-jauh. Lakoni 300K mungkin bisa kuanggap sebagai latihan untuk persiapanku di event ini. Yang menjadi perhatianku adalah apa yang menjadi pengalaman burukku di event 5500 5th edisi Yogyakarta. Di event kali ini, aku membawa 1 ban dalam tambahan, sehingga total ban dalam yang kubawa ada 3 buah. Selain itu, kupastikan tool dan perlengkapan untuk menambal ban (tube patch) kubawa semua. Barang bawaanku terhitung overweight, tapi daripada nanti nangis-nangis ya lebih baik dipersiapkan.
5500 6th edisi Bandung ini memiliki 3 titik CP yang harus dilalui secara berurutan dan 4 segmen parcour:
- Start & Finish: Bikesystem, Dago Bandung
- CP1: Sagalaherang, Subang
- CP2: Kertajati, Majalengka
- CP3: Balubur Limbangan, Garut
- Parcour 1: Jembatan Cisomang
- Parcour 2: Waduk Jatigede
- Parcour 3: Sarireja
- Parcour 4: Sawit Serangpanjang
Berdasarkan titik CP dan segmen parcour ini aku mencoba membuat rute. Pada awalnya rutenya tampak menarik karena bisa kuarahkan ke daerah Subang-Sumedang yang belum pernah kulewati. Namun dengan elevation gain 5000m++ ternyata jaraknya tidak sampai 500km, sisa jaraknya lumayan banyak dan harus kuhabiskan di daerah sekitaran Garut atau Bandung. Kurang favorable karena ini akan membuat elevation gain nya meledak diatas 6000m++. Secara kasar, jika kubuat rute yang melewati semua titik CP dan segmen parcour, 5000m elevation gain tidak terlalu sulit untuk dicapai, namun jaraknya terlalu pendek. Pada akhirnya aku simpulkan, panitia ingin peserta mengeksplorasi sisi utara, dan rute yang paling memungkinkan untuk menambah jarak tanpa harus banyak menambah elevation gain adalah segmen flat paling panjang: Jalur Pantura.
![]() |
rute yang kugunakan di event 5500 6th series |
Pada akhirnya, rute final yang kubuat kurang lebih seperti ini:
Bikesystem - langsung nanjak ke arah Lembang melalui Jalan Dago Giri - turun dari Lembang melalui jalan utama dan menuju Padalarang dan lanjut ke arah Purwakarta - di tengah rute daerah Cisomang keluar jalur untuk menuju parcour 1: Jembatan Cisomang - menyusuri rute dan masuk kembali ke jalan raya Padalarang - Purwakarta - Turun ke arah Purwakarta - Naik lagi ke arah Wanayasa - Menuju titik parcour 2: Sawit Serangpanjang - menyusuri jalanan Wanayasa- Subang menuju titik CP1: Sagalaherang, Subang - Dari titik CP1 nanjak melewati Jalan Raya Cicadas hingga bertemu dengan Jalan Raya Ciater (Lembang - Subang) - Turun lagi menuju Jalan Raya Cagak untuk menuju parcour 3: Sarireja - Mengikuti rute loop menuju Jalan Raya Cagak lagi dan menuju kota Subang - Lanjut terus ke utara menuju Pamanukan - Mengikuti rute Pantura hingga Palimanan - Menuju Jatiwangi dan berbelok ke arah utara menuju titik CP2: Kertajati, Majalengka - ke arah selatan menuju parcour terakhir: Waduk Jatigede - Menyusuri jalan Waduk Jatigede menuju Wado - lanjut ke arah selatan menuju Malangbong - Menyusuri jalan utama Tasikmalaya - Bandung menuju titik CP terakhir: Balubur Limbangan, Garut - menyusuri jalan utama menuju Nagreg - Cileunyi - dan menuju titik finish di Bikesystem.
H-1
Karena partisipasiku di event 5500 6th edisi Bandung ini lebih banyak didorong oleh pemenuhan wishlistku tanpa ada agenda lain, aku merasa tidak perlu berlama-lama di Bandung. Ke Bandung hanya untuk mengikuti acara ini, setelah itu langsung pulang, sat-set. Dengan alasan inilah aku hanya mengambil cuti 1 hari sebelumnya: hari Jumat. Menginap di Bukit Dago Hotel, yang murah-meriah dan lokasi benar-benar dekat dengan Bikesystem, dengan target checkout di hari Minggu agar bisa langsung pulang ke Jakarta dan masuk kembali ke kantor keesokan harinya. Worst case aku akan extend penginapan namun tetap berencana pulang kembali di hari Minggu. Dengan rencana ini, aku menargetkan bisa finish sebelum jam checkout.
pengambilan race pack |
Hari H - Perjalanan menuju CP1
Pagi itu setelah sholat shubuh, aku segera bersiap-siap ke Bikesystem. Disana panitia sudah menyediakan makanan ringan, cukup untuk mengisi perut yang kosong, walaupun sebenarnya aku sudah makan roti sobek besar sebelum jalan ke Bikesystem. Setelah melakukan check in menggunakan HP para peserta segera bersiap untuk start. Agak disayangkan, Bikesystem tidak terlalu luas area parkirnya, dan berada persis di pinggir jalan. Beruntung start nya pagi-pagi sekali, kalau siangan mungkin akan ramai dan mengganggu lalu lintas disana.
![]() |
start event 5500 6th series |
Begitu dilepas untuk start, kulihat semua peserta menuju ke arah selatan, menuruni Dago. Di pagi itu sepertinya hanya aku saja yang menuju arah sebaliknya: langsung melibas tanjakan menuju Lembang menuju Jalan Dago Giri. Rute menanjak ini pernah kulewati sekali, beberapa tahun silam menggunakan MTB. Ternyata rutenya masih terasa nggilani walaupun kali ini kulibas pakai roadbike. Gradien cukup curam, beberapa ruas ada yang sampai diatas 15%, dan kalau bukan karena masih pagi dan fresh mungkin lebih baik kutuntun saja. Benar-benar luar biasa, sebelum 1 jam pertama sudah dapat elevation gain di 500m an, jarak belum juga dapat 10km.
Ketika sampai di Lembang, jalanan dipenuhi kabut. Beruntung rute yang kupilih tidak menanjak ke arah Tangkuban Perahu, mungkin lebih pekat lagi kabutnya. Dari Lembang aku kembali lagi ke kota Bandung melewati jalanan utama. Disini aku banyak berpapasan dengan peserta lain yang mengambil rute menanjak menuju Lembang & Tangkuban Perahu.
Dari Bandung kota aku menuju Padalarang, melewati Cimahi. Hari yang sudah lumayan agak siang membuat jalanan menjadi ramai, walaupun tidak sampai terjebak macet. Hanya di beberapa titik saja yang kecepatanku melambat lumayan signifikan. Macet yang lumayan parah terjadi di Padalarang karena ruteku melewati pasar. Selepas dari Padalarang menuju Purwakarta, jalanan relatif kosong dan tidak terlalu ramai. Tidak banyak juga truk-truk yang lalu lalang, mungkin lebih memilih lewat jalan tol.
![]() |
Padalarang - Cikalong |
Sampai di daerah Cikalong, aku keluar dari jalur utama untuk menuju parcour 1: Jembatan Cisomang (km 72). Jalanannya didominasi turunan yang gradiennya lumayan. Mendekati segmen parcour, jalanannya menyempit dan jalannya pun menjadi jalanan jelek yang berbatu. Masih bisa dilewati tapi tentunya kurang nyaman. Aku melewati parcour Jembatan Cisomang sekitar jam 8:30, sudah lumayan siang dan dari Bandung hingga ke titik ini belum kutemui 1 peserta pun. Sedihnya, aku tak melihat ada fotografer juga disini, entah aku yang kesiangan atau malah belum datang.
parcour Jembatan Cisomang |
Keluar dari segmen ini, jalanannya sedikit lebih baik dan lebih mulus walaupun menanjak. Disini aku bertemu dengan 2 peserta lain yang sepertinya baru saja melewati parcour ini. Setelah kembali ke jalan raya utama, aku belok kiri menuju Purwakarta. Menyenangkan, karena rute menuju kota Purwakarta didominasi oleh turunan panjang.
Sesampainya di Purwakarta, rute yang kuambil bisa dibilang putar balik. Namun bukan ke arah Cikalong, melainkan ke arah Wanayasa, dimana elevasi yang hilang ketika segmen turunan panjang tadi akan kudapatkan kembali di segmen tanjakan halus yang lumayan panjang juga menuju Wanayasa. Sekitar 10km dari Purwakarta aku melipir untuk refuelling (km 114). Hari itu cuaca cerah, walaupun masih jam 10 pagi, tapi panasnya cukup terasa. Di segmen menuju Wanayasa ini aku mulai merasa lelah, walaupun rasa-rasanya aku nggak terlalu nge push.
Dari Wanayasa menuju CP1 jalanannya didominasi oleh rute rolling. Ini adalah segmen yang paling memberikanku pengalaman tak menyenangkan. Pertama kali melewati rute ini ketika mengikuti event Etape Pasundan di 2018 silam. Segmen rolling disini membuatku kewer ketika melibas tanjakan terakhir: Tanjakan Emen di event tersebut. Yang berikutnya adalah event Paris Van Java Mountaineering yang kuikuti di tahun 2024 lalu. Rute yang kulewati dari arah sebaliknya. Walaupun aku melewati rute ini sekitar jam 9 malam, namun tubuhku yang sudah lelah dengan tanjakan setelah gowes seharian, semakin tersiksa dengan rute ini. Di event 5500 ini, aku berusaha untuk lebih santai, tidak ingin terlalu banyak nge push, karena setelah CP1 nanti aku harus melewati segmen tanjakan yang lebih menantang.
Di tengah perjalanan antara Wanayasa dan CP1, aku berbelok keluar dari jalan raya utama, untuk melewati segmen parcour 2: Sawit Serangpanjang (km 136). Jalanan yang tadinya berupa aspal mulus, langsung berubah menjadi penuh bebatuan, mendekati makadam walaupun ukurannya lebih kecil. Walaupun segmennya terhitung pendek, namun siksaan jalanannya sangat lumayan, akibatnya disini mesti pelan-pelan gowesnya. Seingatku, sepanjang rute yang kulewati di event ini, ruas jalan disini yang paling jelek. Bahkan segmen gravel di dekat parcour Cisomang walaupun lebih panjang secara jarak, namun masih bisa dilibas dengan kecepatan yang lebih tinggi. Beruntung disini sudah ada fotografer yang sudah stand by. Minimal ada dokumentasi lah. Dan spot nya juga lumayan iconik, penuh dengan hutan sawit.
![]() |
parcour 2 Sawit Serangpanjang |
Tak lama gowes dari segmen parcour ini, aku tiba di CP1, sekitar jam 12:15 (km 142). Di dekat situ kulihat ada warung makan yang dipenuhi oleh para peserta lain. Karena aku baru refuelling, aku merasa tak perlu untuk refuelling lagi dan memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Alih-alih langsung menuju parcour 2 yang tak jauh dari situ, aku berbelok ke kanan, melibas tanjakan yang dulu menjadi turunan ketika event PVJM 2024 silam.
Hari H - Perjalanan menuju CP2
Rute tanjakan yang kuambil ini mungkin hanya sekedar memenuhi egoku saja, karena beberapa tahun silam pernah mendengar rute ini lumayan ekstrem tanjakannya dan aku ingin mencobanya. Dan benar saja, walaupun segmen tanjakannya mungkin hanya 6-8km seingatku tapi rasanya nggak habis-habis. Bagaimanapun juga, nanjak di tengah hari bolong bukanlah waktu yang tepat. Segmen pamungkas di ujung tanjakan, gradiennya diatas 15%, disini aku menyerah, aku turun dari sepeda dan lanjut kutuntun mungkin sejauh 100m. Aku merasa lebih baik kutuntun daripada kupaksa nge push dan malah menghabiskan tenagaku. Perjalanan masih jauh.
entah dimana, tapi kemungkinan diantara Purwakarta - Wanayasa |
Aku menuruni jalan raya Ciater menuju perempatan Jalan Cagak, dan kemudian berbelok ke kanan untuk melalui segmen parcour 3: Sarireja (km 162). Karena aku memang tidak ingin memutar balik melewati segmen parcour yang sama 2 kali, aku membuat rute nge loop. Kupikir jalannya bagus, ternyata banyak aspal rusak. Lumayan untuk membuat kecepatanku melambat.
Dari jalan Cagak, ruteku berbelok kanan ke arah Subang. Karena disini berupa turunan, aku bisa banyak menghemat tenaga. Namun tidak seperti jalan raya Padalarang-Purwakarta, jalanan dari Perempatan jalan Cagak menuju Subang & Pantura cukup ramai, banyak truk, dan jalannya bergelombang.
Sebelum memasuki kota Subang, aku memutuskan untuk melipir di warung Soto yang kulewati (km 185). Lebih cepat dari targetku yang kuharapkan baru makan siang di km200 an, karena sudah keburu bonked. tadinya mau berhenti agak lama untuk sekalian sholat dan nge charge perlengkapanku, tapi aku urungkan niatku karena mati listrik disitu. Akhirnya disana aku memilih sat-set, makan saja, nggak bisa isi bidon juga karena tidak menjual air mineral dan melanjutkan perjalanan.
Aku melipir lagi sebelum masuk jalur Pantura, kali ini untuk mengisi bidon dengan proper, sekalian refuelling makanan & minuman ringan lainnya (km 217), dan skalian sholat tentunya (km 221). Aku masuk jalur Pantura sekitar jam 16:30 sore, melenceng dari targetku karena underestimate dengan tanjakan dan rute yang kuambil. Aku memang ingin banyak menabung elevation gain di awal-awal, sehingga sisa perjalananku nanti tidak ada utangan elevasi lagi.
![]() |
dokumentasi event 5500 6th series |
Segmen flat Pantura yang kulewati membentang sepanjang ~95km dari Pamanukan hingga Palimanan. Aku cukup beruntung ketika gowes pada saat itu tidak hujan walaupun kulihat langit mendung dan gelap. Di waktu yang sama, peserta lain yang melewati rute Sumedang, harus melipir karena hujan lumayan deras. Walaupun bisa dibilang jalanannya flat, namun kecepatanku tidak bisa optimal di segmen ini. Kelelahan yang sudah akumulatif dan angin yang cukup kencang karena cuaca yang tanggung mau turun hujan membuatku cukup kesulitan untuk bisa mendapatkan kecepatan rata-rata diatas 30kpj. Bahkan aerobar walaupun membantuku lebih rileks, tidak mampu mendongkrak kecepatanku di jalur Pantura ini. Tadinya kupikir bisa menyelesaikan segmen ini di jam 6 sore, yang akhirnya kusesuaikan lagi di jam 7. Pada akhirnya, realitanya aku baru sampai di Palimanan sekitar jam 8 malam.
Di malam itu aku putuskan untuk skip makan malam, targetku adalah melewati parcour terakhir: Waduk Jatigede sebelum tengah malam. Oleh karenanya, tak jauh dari Palimanan aku melipir ke Indomaret (km 326), refuelling serta membeli snack yang agak berat agar tak perlu lagi makan malam. Dari sana, kulanjutkan perjalanan menuju titik CP2: Kertajati, Majalengka.
Aku sampai di titik CP2 (km 360) sekitar jam 10 malam. Info sebelumnya titik CP ini berada di SPBU, namun ternyata realitanya dipindahkan ke minimarket di samping SPBU. Aku mungkin nggak akan tahu jika tidak melihat peserta lain yang sedang melipir. Karena aku baru saja refuelling di titik pemberhentian sebelumnya, kuputuskan untuk langsung melanjutkan perjalanan. Aku baru ngeh kalau titik CP2 ini dekat dengan Bandara Kertajati, sisi positifnya adalah jalannya jadi relatif lebih lebar dan lebih mulus.
Hari H - Perjalanan menuju CP3 & Finish
Sekitar 14km dari titik CP2, aku keluar dari jalur utama. Sudah masuk ke jalanan yang mengarah ke Waduk Jatigede. Niatku sebelumnya adalah mencari tempat sholat setelah titik CP2, namun baru kutemukan musholla yang lokasinya benar-benar di pinggir jalan setelah keluar dari jalur utama. Karena cukup lelah, aku putuskan untuk sekalian beristirahat di sini sekitar 1 jam, sekalian power nap.
Mendekati tengah malam aku melanjutkan perjalanan. Karena banyak dilalui truk pembawa batu & pasir, jalanannya tidak terlalu ramah road bike. Semakin menjauh dari jalur utama, jalanannya menjadi sangat sepi. Karena tengah malam aku tidak tahu apakah yang kulalui adalah jalur kebun atau hutan. Yang jelas di jalur menuju Waduk Jatigede ini tidak terlalu banyak kujumpai perkampungan dan rumah warga dan tidak ada lampu penerangan di pinggir jalan.
![]() |
dokumentasi event 5500 6th series |
Sebelum memasuki Waduk Jatigede, seingatku ada 2 tanjakan yang lumayan sepanjang 4-5km. Setelah memasuki area waduk, rutenya berubah menjadi dipenuhi rollingan. Entah berapa banyak tanjakan dan turunan pendek-pendek di sepanjang rute. Yang lumayan bikin ngeri-ngeri sedap adalah banyak anjing yang kujumpai di rute ini. Mereka tidak mengejar sih, hanya saja menggonggog ketika aku lewat. Mau melipir ke warung aja jadi berpikir dua kali.
Sebelum keluar dari segmen rollingan Waduk Jatigede, ada satu tanjakan yang mungkin nggak curam-curam amat. Tetapi tenagaku rasanya sudah habis. Disini aku berhenti di tengah tanjakan, beristirahat sebentar sambil mengisi bidonku dengan minuman energi agar tidak bonked. Targetku terlewat cukup jauh. Tadinya kupikir bisa melewati Waduk Jatigede ini jam 12 malam, rupanya aku terlalu meng-underestimate rutenya. Tak kusangka rolling dan tanjakannya lumayan parah, ditambah lagi rasa lelah sudah menghampiriku sejak CP 2.
Aku sampai di Wado sekitar jam 2 pagi (km 413). Berdasarkan rute yang kubuat, tak jauh dari Wado ini aku akan melintasi segmen tanjakan yang lumayan panjang (7km elev gain 420m). Aku melipir mencari warung terdekat, yang berdasarkan pencarianku, seharusnya ada warung yang buka 24jam karena aku akan melalui pasar Wado. Memang targetku untuk melipir disini, untuk makan malam dan refuelling dan mencari minuman hangat sebelum melibas tanjakan terakhir sebelum memasuki Malangbong.
Berdasarkan informasi dari penjual di warung, daerah yang kulewati agak rawan, disarankan untuk melewatinya setelah shubuh saja. Karena pertimbangan ini kuputuskan untuk beristirahat dan tidur dulu di warung ini. Pikirku, kalau bisa tidur, mungkin ketika aku finish nanti nggak akan terlalu lelah dan perlu banyak istirahat sebelum nyetir kembali ke Jakarta. Pukul 4 pagi sebelum waktu subuh, aku melanjutkan perjalanan. Lumayan bisa tidur kurang lebih 1jam walaupun nggak terlalu nyenyak karena udaranya sangat dingin.
2km dari warung tadi, segmen tanjakannya dimulai. Ternyata bukan kaleng-kaleng tanjakannya. Walaupun sudah makan cukup dan beristirahat tetap saja berat. Aku jadi teringat ketika harus melibas tanjakan Salatiga-Kopeng dini hari ketika 5500 edisi Yogyakarta silam. Kombinasi tanjakan yang lumayan curam dan rasa lelah memberikan siksaan yang lebih panjang. Beruntung aku melewati segmen ini pagi-pagi. Nggak kebayang kalau siang hari terik ketika tenaga sudah habis, harus melibas tanjakan yang seperti ini.
Ketika sudah mencapai puncak, rasanya senang sekali. Karena setelah ini segmennya akan menurun hingga Malangbong, dan tanjakan dengan gradien lumayab yang tersisa adalah Nagreg. Di perjalanan turun, aku melipir ke musholla yang kulewati di perjalanan untuk sholat shubuh.
Sampai di Malangbong sekitar jam 5:45 pagi (km 431). Dari sini aku berbelok ke kanan untuk kembali ke Kota Bandung melalui jalan raya utama. Saatnya kembali ke peradaban dengan jalanan aspal yang mulus. Aku cukup menikmati 17km pertama karena jalanannya relatif menurun sebelum akhirnya berubah menjadi tanjakan panjang yang melalui Nagreg. Segmen tanjakannya jika dihitung dari titik terendah ke titik tertinggi lumayan panjang, sekitar 16km dengan elev gain 350m. CP terakhir: Balubur Limbangan, Garut berada si segmen tanjakan ini, kebetulan masih berada di bagian awal segmen tanjakan.
Aku sampai di CP terakhir (km 450) sekitar jam 6:45 pagi. Beruntung titiknya berupa minimarket dan alhamdulillah sudah buka. Karena jaraknya sudah relatif dekat dengan titik finish (sekitar 50km lagi), aku refuelling dan sarapan roti secara cepat disini, biar sat-set. Mungkin hanya berhenti sekitar 7 menit sebelum aku melanjutkan perjalanan menuju Nagreg.
Walaupun segmen tanjakannya panjang, namun tidak terlalu curam. Masih bisa dilalui walaupun rasanya tenaga sudah habis. Aku berusaha untuk menyimpan banyak tenaga disini agar ketika turunan nanti bisa lebih ngegas. Setelah mencapai puncak, jalanannya relatif menurun. Kombinasi turunan dan jalan aspal yang lebar tidak kusia-siakan disini. 18km tak terasa, tahu-tahu sudah sampai Cileunyi. Dari Cileunyi, aku nggak bisa terlalu ngebut. Sudah memasuki Kota Bandung, jalanan berubah menjadi lebih sempit dan ramai. Ditambah lagi jalurnya nanjak halus hingga Bikesystem.
![]() |
akhirnya finish |
Pada akhirnya aku berhasil finish di Bikesystem sekitar jam 9 lewat setelah menempuh jarak 503km dan elev gain 5.480m. Sangat hepi karena berhasil menyelesaikan tantangan 5500 ini sesuai dengan target dan bahkan lebih cepat daripada event 5500 sebelumnya dimana aku finish jam 10 pagi. Terlebih lagi di event ini bisa dibilang aku sempat tidur cukup lama. Ternyata aku finish pertama, tak berapa lama setelah aku finish, ada peserta kedua, orang Bandung yang juga finish, namun dari arah yang berbeda.
Penutup
Kuakui 150km terakhir ini diluar dugaan. Dan rutenya seolah diarahkan melewati Jatigede-Wado-Nagreg. Ini mungkin sama dengan event 5500 edisi Yogyakarta sebelumnya. Mau lewat manapun, tetap akan menuju Telomoyo sebagai salah satu titik parcour, dimana tanjakan berat pasti sudah didepan mata. Apalagi ini sudah mendekati kilometer terakhir. Seolah panitia memang mau menyiksa peserta di waktu-waktu terakhir.
Untuk sementara mungkin aku akan libur dulu dari event 5500 berikutnya. Baru akan kupertimbangkan jika ada yang mengajak pair, dan inipun mungkin gowesnya santai saja, nggak perlu grasak-grusuk kejar setoran.