Selasa, Januari 17, 2017

Kontemplasi & Catatan 2016

Tahun 2016 telah berlalu, dan seperti biasa banyak hal-hal yang bisa dijadikan bahan perenungan untuk perbaikan kedepannya. Melalui tulisan ini, aku ingin berbagi cerita terkait dengan kejadian-kejadian yang kuanggap cukup penting, beberapa pencapaian, serta harapan-harapan yang tidak tercapai di tahun 2016 lalu.

Sejujurnya, di tahun 2016 ini tidak terlalu banyak target yang ingin aku capai. Kesalahanku yang paling fatal mungkin karena memang di tahun 2016 aku tidak membuat resolusi secara spesifik seperti tahun sebelumnya. Jadi ya pencapaian yang ada tidak bisa aku ukur dan dibandingkan dengan target yang sudah ditentukan. Namun demikian di awal tahun aku memiliki target terkait dengan aktivitas bersepedaku yang sudah aku tentukan secara spesifik dan akan kuulas disini.


🚴 Olahraga dan Bersepeda
Target untuk gowesku di tahun 2016 ini sebenarnya nggak muluk-muluk:
  • Gowes 75km setiap minggu
  • Akumulasi jarak bersepeda sejauh 5000km selama 1 tahun
  • Mendapatkan semua badge Granfondo di Strava

Alhamdulillah ketiga target tersebut dapat tercapai. Setiap bulan aku mendapatkan badge Granfondo dari Strava. Granfondo adalah tantangan dimana pesertanya harus menempuh jarak bersepeda minimal 100km dalam satu aktivitas di setiap bulannya. Target ini sebenarnya cukup berat awalnya, namun jika sudah terbiasa bersepeda jarak jauh, jarak 100km bukan merupakan target yang berat.

Diantara ketiga target tersebut menurutku yang paling berat adalah bersepeda sejauh 75km setiap minggu nya. Bukan jaraknya yang aku pernasalahkan, namun kekonsistenan untuk dapat mencapai target tersebut yang perlu di garisbawahi. Dalam 52 minggu, tidak boleh ada minggu yang 'bolong'. Dan tidak peduli di minggu ini bisa saja aku sedang tidak mood atau mungkin kurang fit, mau nggak mau ya tetap harus dipaksa.

Berdasarkan informasi dari Strava, di tahun 2016 ini aku telah bersepeda sejauh kurang lebih 7.400km. Yah lumayan lah, pencapaiannya 148% dari target. Dan berikut ini adalah ringkasan jarak yang aku tempuh setiap bulannya:

💼 Pekerjaan
Di tahun 2016 lalu, dilakukan reorganisasi besar-besaran di unit kerjaku. Hampir semua orang dirotasi dan memiliki tanggung jawab yang baru, termasuk aku salah satunya. Tanggung jawab baru tentunya memiliki tantangan yang berbeda dengan yang sebelumnya. Jika di job desc yang lama aku cenderung lebih santai dan bisa memanage pekerjaan dengan baik, di job desc yang baru semuanya terasa terbalik 180 derajat. Sistem yang aku tangani lebih kompleks, business user yang lebih beragam dan lebih banyak tentunya, ditambah lagi dengan kompetensi orang-orang yang pernah menangani job desc ini tidak banyak. Tambah runyam kan. Dan kondisi ini diperparah dengan keterbatasan resourceLoad pekerjaan tidak seimbang dengan jumlah resource yang ada.

Jujur kuakui, job desc baru ini sangat menantang. Banyak hal-hal baru yang kupelajari disini, dan banyak pula yang kekurangan-kekurangan yang bisa diperbaiki agar prosesnya menjadi lebih baik. Namun demikian faktor kurangnya resource menjadi salah satu isu yang sangat menghambat. Pada akhirnya loadpekerjaan tinggi seolah-olah tidak ada habis-habisnya.

Sisi positif yang bisa aku syukuri adalah kesempatan untuk belajar ilmu baru yang mungkin tidak banyak dikuasai oleh orang-orang di unit kerjaku. Dan pekerjaan baruku ini lebih mengajariku untuk lebih sabar, lebih nerimo, dan berpikir positif dalam menghadapi berbagai macam tantangan yang ada.

🌲 Liburan ke Luar Kota
Liburan ke luar kota hanya menjadi wacana selama tahun 2016 ini. Padahal ini adalah salah satu resolusiku dari tahun 2015 lalu dan belum kesampaian. Never mind lah.. jika ditelaah lebih lanjut, sampai beberapa tahun kedepan pun aku sangsi resolusi ini akan terlaksana. Alasannya sederhana: baik aku dan istriku sebenarnya sih nggak butuh-butuh amat liburan sampai ke luar kota. Weekendngadem di rumah sudah sangat lebih-lebih dari cukup. That's it. Alasan lebih detail akan kucoba untuk dibahas di poin yang lain dalam tulisan ini.

🏥 Kesehatan
Alhamdulillah di tahun 2016 ini aku diberikan kesehatan. Bersepeda dengan rutin tampaknya sangat baik untuk kesehatanku. Sepanjang tahun, aku jarang sakit, bahkan untuk sakit flu sekalipun. Seingatku sih hanya beberapa kali saja sakit flu agak parah, itu juga karena kecapaian dan kurang istirahat. Memiliki pikiran yang positif untuk tetap sehat juga sangat membantu. Beberapa kali kejadian mau terkena flu, aku paksakan untuk olahraga biasanya langsung sembuh. Ketika sakit aku biasanya jarang ke dokter, selama sakitnya masih bisa aku tahan dan aku yakin akan sembuh dalam beberapa hari. Dan sejauh ini sih selalu seperti itu dan belum pernah kejadian sampai aku harus masuk RS gara-gara sakit parah.

Di tahun 2016 ini bisa dibilang plafon kesehatanku tidak terlalu termanfaatkan, kecuali untuk perawatan gigi. Akibat kecelakaan ketika bersepeda ke Puncak, dua gigi gerahamku pecah. Nggak terlalu parah sih, cuma terasa kurang nyaman aja. Pada akhirnya mau nggak mau ya mesti ditambal. Dan apesnya ini tambalan tidak berumur panjang sampai aku mesti bolak-balik ke dokter gigi yang berbeda-beda. Terakhir kali ditambal di akhir bulan Desember lalu, eh ini malah lepas lagi. Maklum juga sih karena bentuk pecahannya agak miring, jadi sekalinya kena makanan yang keras jadi gampang lepas.

Untuk urusan gigi, mungkin tahun 2016 ini adalah tahun terburuk. Selain ada kejadian kecelakaan kejadian diatas, gigi seriku juga patah gara-gara berjalan sambil melamun dan tidak menyadari pintu kaca di depanku. Padahal jalannya biasa saja, namun aku tidak menyangka akibatnya cukup fatal. Gigi seri atas patah dan bibirku sobek. Beruntung nggak perlu sampai dijahit. Namun demikian, aku belum ke dokter gigi untuk membereskan patahannya. Yah selama nggak sakit dan tidak terlalu urgent, urusan ke dokter menjadi prioritas belakangan.

📈 Investasi Saham
Jangan menyimpan telur di satu keranjang. Itulah prinsipku dalam menyebar aset-aset yang kumiliki. Selain menginvestasikan aset ke dalam tabungan, deposito, dan sukuk, sebagian besar dana yang kumiliki aku investasikan juga di saham. Tahun 2015, portofolio sahamku bisa dibilang buruk. Mungkin sudah minus 20 s/d 30%. Maklum lah di tahun 2015 belum terlalu paham dunia persahaman dan cenderung menginvestasikan dana berdasarkan feeling saja. Jadilah ketika harga sahamnya terus turun, aku biarkan saja dengan harapan akan naik namun entah kapan. Padahal saham-saham yang aku koleksi adalah saham bluechip.

Tahun 2016 rupanya menjadi titik balik. Beberapa sahamku yang awalnya minus, berubah menjadi positif, walaupun tidak semuanya seperti itu. Di tahun ini pula aku mencoba berinvestasi pada saham-saham lapis dua dan mencoba mengubah metode investasiku. Pada awalnya aku hanya membeli saham dan akan kubiarkan terus tanpa aku apa-apakan, namun untuk saham-saham lapis dua ini, setelah aku merasa mendapatkan keuntungan yang aku harapkan, saham tersebut aku jual.

Ternyata cara tersebut lebih beresiko, beberapa kali aku rugi hingga kulakukan cut loss. Namun beberapa kali juga aku cukup beruntung. Hingga pada suatu saat aku menemukan Stockbit, semacam forum untuk berdiskusi terkait dengan saham. Aku akui, Stockbit ini memberiku banyak pelajaran yang sangat berharga. Walaupun aku tidak aktif disitu, namun banyak sekali informasi-informasi yang bisa didapatkan disana yang bisa membantu dalam mengambil keputusan dalam investasi di dunia persahaman.

Pelajaran terbesar yang aku dapatkan dari dunia per-sahaman ini adalah:
  • Jangan tamak, tentukan target dan segera keluar setelah target tercapai
  • Jika melihat saham yang tiba-tiba naik dan kita tidak punya saham tersebut, better jangan ikut-ikutan beli
  • Untuk investasi, carilah saham yang memiliki fundamental yang bagus. Dan jangan terburu-buru cut loss kalau niatnya memang investasi, dan bukan trading.
  • Psikologi sangat berperan, jangan mengambil keputusan dalam keadaan emosi atau terburu-buru
  • Cut loss atau rugi adalah hal yang wajar, dan kurasa perlu dirasakan oleh setiap orang yang terjun di dalam dunia ini. Dengan mengalami kerugian, kita bisa menakar sejauh mana emosi dan psikologi kita dalam menghadapi dunia saham yang kejam 😎.
🏡 Investasi Rumah
Tahun 2016 lalu, aku dan istriku memutuskan untuk membeli rumah di lokasi yang sudah lama kami incar. Harapan awalnya adalah keinginan untuk memiliki rumah dengan tanah yang cukup luas, paling nggak lebih besar dari rumah yang kami tempati saat ini. Selain itu, rencanaku adalah memperbesar DP untuk mengurangi besaran cicilannya nanti ketika mengambil KPR. Yang pernah ambil KPR di Bank pasti ngerti lah, nyesek itu melihat jumlah bunga yang mesti dibayarkan setiap bulannya, sementara cicilan untuk pokok hutangnya berbanding terbalik.

Karena di lokasi perumahan yang kami incar pembangunannya dilakukan secara bertahap, awalnya kami ragu apakah akan mengambil di tahun 2016 ini atau menunggu setahun lagi sambil mengumpulkan uang cash sehingga tidak perlu membayar cicilan yang besar. Namun karena tahap yang sedang dibangun ini lokasinya sangat strategis, tepat berada di depan taman dan fasilitas umum, kami putuskan untuk megambil rumah di tahun tersebut. Beruntung DP nya bisa dicicil hingga akhir tahun, karena pembangunan rumahnya direncanakan selesai di akhir tahun 2016.

Berdasarkan hitung-hitunganku pada saat itu sampai akhir tahun 2016 sisa tabunganku akan sangat tipis untuk mengejar besaran cicilan yang menurutku sesuai dengan ekspektasiku. Ini pun setelah menjual dan mencairkan berbagai macam aset yang kumiliki. Beruntung investasiku di saham mengembalikan return yang cukup lumayan hingga akhir tahun 2016 lalu. Bahkan selain menyisakan tabungan yang nggak tipis-tipis amat, aku masih memiliki portofolio di saham dengan nilai yang lumayan. Thanks untuk ADRO, PPRO, TINS, ELSA, TLKM, dan INAF yang memberikan keuntungan yang lumayan.

🍪 Lain-lain
Sesuai dengan tulisanku sebelumnya, aku adalah seorang introvert, dan berdasarkan tipe kepribadian MBTI (Myers-Briggs Type Indicator) aku termasuk ke dalam tipe INTJ (Introversion, Intuition, Thinking, Judgment). Dalam beberapa bulan terakhir ini, aku melakukan riset kecil-kecilan terkait dengan tipe kepribadian ini. Karena sejujurnya aku merasa sedikit berbeda dengan lingkungan sekitarku khususnya di lingkungan kerja. Jadi alangkah baiknya jika aku bisa menggali dan menemukan kelebihan-kelebihan yang tidak aku sadari untuk memaksimalkan produktivitasku di kantor.

Kelebihan yang aku sukai dari introvert adalah mereka sangat sensitif terhadap stimulan dari eksternal, sehingga mereka tidak memerlukan banyak stimulan untuk bisa merasa puas dan senang. Jadi berakhir pekan dengan bersepeda ke tempat antah berantah maupun nongkrong seharian di dalam rumah tanpa melakukan apa-apa sudah lebih dari cukup. Pergi ke mall dan tempat-tempat ramai sudah jelas sangat dihindari kecuali memang ada perlu.

Dan berita buruknya adalah aku baru menyadari tipe kepribadian istriku adalah sama-sama INTJ juga. Bisa terbayang setiap akhir pekan, secara natural kami sama-sama tidak memiliki niat untuk pergi ke luar rumah. Jadilah salah satu resolusiku untuk bisa liburan ke luar kota menjadi sangat sulit terealisasi. Well.. di satu sisi mungkin kami berpikir liburan keluar kota bisa masuk ke dalam kategori overrated. Ketika dengan ngadem di rumah saja sudah memuaskan mengapa mesti repot-repot mencarinya di luar sana yang belum tentu memuaskan sesuai dengan rencana. Dan karena tipikal intovert yang tidak terlalu sensitif terhadap stimulan, bisa jadi liburan ke luar kota yang mungkin bagi sebagian orang sangat menyenangkan dan wow, bagi kami ya mungkin saja biasa-biasa saja.

Walaupun demikian aku merasa sangat beruntung memiliki istri yang memiliki tipe INTJ. Perempuan dengan tipe INTJ bisa dibilang populasinya paling langka. Hehehe. Ilustrasi dibawah mungkin bisa menggambarkan bagaimana hubungan antara pasangan INTJ, being alone together is always great ;)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar