Start seperti biasa, kumpul di Mesjid Gadog jam 6 pagi. Lalu dari sana sewa angkot sampai warung Mang Ade di Puncak. Tarif sewa angkot 150 ribu per angkot. Satu angkot bisa muat 3 sampai 4 sepeda. Kalau 3 sepeda bisa lepas ban depan saja, sementara kalau 4 sepeda mesti lepas ban depan dan belakang. Karena rencana awalnya tim gowes mau menjajal trek KTH OG, KTH Kondang dan KTH AT, tarif sewa per angkot nya jadi 300 ribu, karena setelah turun akan diantar naik lagi ke atas.
Trek menuju KTH OG
pintu masuk KTH OG |
Untuk masuk trek KTH OG, para goweser harus masuk lewat jalur ke trek TW. Disini bayar lagi per sepeda Rp 10.000. Selanjutnya dari pintu masuk TW hingga ke tempat start KTH OG perlu gowes dulu kurang lebih 2 km an lah (kurang tahu juga tepatnya, karena nggak nge track). Nah jalur menuju KTH OG ini agak bikin pantat panas dan tangan pegal karena jalannya dipenuhi batu makadam. Terlebih lagi kemarau panjang membuat jalurnya dipenuhi debu.
Nah, di pintu masuk KTH OG ini, goweser harus membayar lagi Rp 22.000 untuk bisa masuk ke trek. Nggak ngerti kenapa nggak di pas in aja tarifnya, 20 ribu atau 25 ribu kan lebih gampang. Di pintu masuk trek ini, goweser bisa beristirahat sejenak sambil menikmati cemilan yang dijual di warung. Di mana ada warung, disitu banyak goweser berkumpul. :)
Masuk trek, langsung disuguhi turunan tajam dan tikungan yang cukup berbahaya. Karena kemarau, tanahnya jadi gembur dan rapuh dan berdebu, sehingga perlu ekstra hati-hati dan kontrol yang baik dalam mengendalikan sepedanya. Akar dan batang pohon yang melintang di trek juga akan sering dijumpai disini. Ditambah lagi jurang yang cukup dalam di samping trek. Rem sepeda yang bekerja dengan baik ditambah dengan protektor lutut dan lengan menjadi hal yang wajib.
Di dalam trek KTH OG
Semakin masuk ke dalam, jalur trek nya semakin asik dan enak untuk digowes, bahkan dengan sepeda hardtail sekalipun. Karena trek nya menyusuri tepian bukit, treknya naik turun mengikuti kontur bukit. Kombinasi trek yang naik turun ditambah dengan tikungan yang tidak terlalu curam tentunya asik untuk di-rolling. Namun demikian, perlu hati-hati juga jangan sampai kebablasan karena di beberapa titik akan ditemui tikungan yang cukup tajam dan batang pohon yang tiba-tiba melintang setelah tikungan.
Menjelang penghujung trek, jalurnya berubah didominasi oleh turunan dan tikungan tajam karena treknya menuruni bukit. Ada banyak drop-drop an yang bisa dijumpai disini. Dan silakan saja dilibas jika cukup yakin, namun tentunya dengan mempertimbangan resiko yang mungkin terjadi. Rute penghujung trek ini menurutku adalah rute yang paling berbahaya dan perlu ekstra hati-hati. Kombinasi turunan tajam, tikungan tajam, dan akar pohon bisa membuat sepeda terjungkal jika kebablasan. Jika memang tidak yakin, TTB juga oke kok. Pada saat melewati rute ini, ada goweser lain yang terjatuh saat mengambil drop-drop an. Cukup parah, karena bahunya tidak bisa digerakkan. Menurut temanku, sepertinya tulang bahu nya lepas. Beruntung lokasi jatuhnya sudah cukup dekat dengan ujung trek sehingga memudahkan tim yang mengevakuasi.
Pintu masuk ke KTH Kondang |
Setelah beristirahat cukup lama di tempat finish nya, perjalanan dilanjutkan ke trek KTH Kondang. Trek ini memiliki lokasi finish yang sama dengan KTH OG, namun tentunya berbeda rute. Untuk menuju tempat start KTH Kondang, kami menggunakan jasa angkot yang sebelumnya telah disewa untuk mengangkut sepeda naik ke atas lagi. Masuk melalui trek TW (nggak perlu bayar lagi tentunya), kami menyusuri jalan batu makadam. Namun kali ini menggunakan angkot, nggak pake gowes. 15 menit dari pintu masuk TW, akhirnya sampai juga di lokasi start trek KTH AT dan kami di drop disini. Berhubung tujuan kami adalah KTH Kondang, dari lokasi ini perjalanan dilanjutkan dengan gowes melewati jalanan tanah dan batu makadam kurang lebih selama 10 menit, dan akhirnya sampailah kami di trek KTH Kondang.
Pintu masuk ke KTH AT |
Trek KTH Kondang didominasi oleh tanah merah dan dipenuhi debu. Tak seperti trek KTH OG yang naik turun disertai dengan belokan, trek KTH Kondang didominasi oleh turunan dan jalanannya cenderung lurus. Di trek ini goweser bisa ngebut dengan puas, karena tidak banyak akar melintang dan rutenya cenderung lurus. Ada beberapa titik saja yang turunannya agak curam. Perlu hati-hati karena tanahnya sangan gembur sehingga jika jarak antara goweser sangat dekat, debu dari goweser yang berada di depan bisa mengganggu goweser yang ada di belakangnya.
Untuk menuntaskan trek KTH Kondang ini dari awal hingga akhir, tidak diperlukan waktu yang
lama. Kurang lebih treknya bisa ditempuh dalam waktu kurang 30 menit. Menurutku treknya sangat pendek, nggak sebanding dengan usaha mengangkut sepeda nya dari tempat finish ke lokasi start nya.
Rencana semula, kami akan melibas 3 trek, KTH OG, KTH Kondang, dan KTH AT. Namun karena sudah terlalu siang kami putuskan untuk tidak melanjutkan lagi dan langsung turun ke Mesjid Gadog. Dari lokasi finish hingga mesjid Gadog jaraknya cukup jauh. Estimasiku sekitar 13 s/d 15 km. Untuk menghindari jalan raya, rute yang ditempuh adalah rute melalui jalur tikus yang tidak terlalu ramai. Walaupun demikian ujung-ujungnya sih nanti akan melewati jalan raya juga, namun jaraknya sudah tidak terlalu jauh dengan Mesjid Gadog.
Di dalam trek KTH Kondang
Demikianlah cerita gowes ke KTH OG dan KTH Kondang. Trek KTH OG menurutku memang benar-benar membuat ketagihan. Walaupun trek nya pendek, namun cukup untuk membuat capek dan berkeringat.
Nggak nyangka..diposting di blog pribadi Om..mantap..salam gowes dari coy spider...
BalasHapusMantaapp.... yg penting ada poto gw masuk di sini hahaha...
BalasHapusSalam juga dr nomor punggung 69 Spider
Mantaap !
BalasHapusHaha.. Hayuk om gowes kesini, bikin nagih
HapusDari ke 3 trek kth yg aman buat pemula yg mana om ? Makasih
BalasHapus