Uang adalah hal yang sangat sensitif. Apalagi jika dikaitkan dengan gaji ataupun bonus yang didapatkan dari perusahaan. Keterlambatan sedikit saja pada masalah pembayarannya, sudah cukup bisa membuat suasana kerja menjadi tidak kondusif. Keresahan, kegelisahan, dan rasa ketidakpastian lah yang biasanya akan dirasakan. Ujung-ujungnya yang jadi kambing hitam adalah bagian HRD perusahaan tersebut. Kata-kata yang berisi kesesalan semua dialamatkan ke bagian HRD, walaupun memang sih suara-suara tersebut tak akan sampai juga ke HRD.
Begitu pula dengan masalah kenaikan golongan yang mengarah pada kenaikan gaji yang sedang terjadi di perusahaanku. Pada umumnya, karyawan yang telah mencapai masa kerja 2 tahun, golongannya akan disesuaikan. Berhubung setahun yang lalu ada restrukturisasi organisasi di semua bagian perusahaan, dimana banyak sekali perubahan nama dan penambahan departemen yang baru, ini menyebabkan perlunya dilakukan evaluasi ulang pada departemen-departemen yang baru. Evaluasi ini mengarah kepada penyesuaian golongan setelah masa 2 tahun tercapai. Karena departemen yang baru belum dievaluasi, ini menyebabkan karyawan yang telah mencapai masa kerja 2 tahun, kenaikan golongannya tak sesuai dengan ekspektasi. Menjadi lebih rendah daripada yang terjadi sebelum adanya reorganisasi.
Kondisi ini diperparah dengan cut-off yang dilakukan tepat ketika aku dan teman-temanku yang satu angkatanku mendekati masa kerja dua tahun. Mengesalkan sekali bukan. Di beberapa bagian, yang duluan masuk sebulan sebelumnya tidak terkena cut-off. Hanya beda sebulan, dan efeknya luar biasa.
Di satu sisi, aku merasa tak adil juga jika keadaannya seperti ini. Tapi disisi yang lain, dengan gaji yang aku terima saat ini sebenarnya masih cukup. Apalagi aku bukan orang yang aneh-aneh alias banyak maunya. Memang untuk jangka panjang, misalnya seperti mencicil rumah masalah ini sangat berpengaruh. Tapi, entahlah. Aku merasa aneh. Disatu sisi mungkin perusahaan tak adil, tapi disisi yang lain, jika aku melihat ke bawah, masih banyak orang lain yang kurang beruntung dibanding dengan aku, yang istilahnya untuk makan aja sudah susah. Sementara aku, kebutuhan primerku sudah terpenuhi semua. What else? Masih ada sisa untuk ditabung kok.
Mungkin ini memang nggak adil, tapi masih bisa diperjuangkan lah. Seandainya pun mentok, ya mau ngapain lagi. Worst casenya, daripada ngarep yang nggak-nggak mending terima aja apa adanya, mengingat diluar sana masih banyak orang-orang yang lebih susah. Atau.. mungkin mencari perusahaan lain atau segudang plan B, C, D, E, dst yang bisa menenangkan hati. Tapi rasa-rasanya semuanya sama saja. Manusia adalah makhluk yang tak akan pernah puas. Daripada terus berangan-angan, kenapa nggak mencoba untuk menerima saja keadaan yang ada saat ini, sambil berusaha untuk meraih sesuatu yang lebih baik.
Aaah...Hidup memang penuh dengan cobaan. Sama saja seperti mengejar mimpi. Jika harapan tak tercapai,selanjutnya terserah kita sendiri, apakah mau berusaha mengejar harapan-harapan yang lain, atau cuma menangisi keadaan yang notabene juga nggak menyelesaikan masalah. Tinggal fokus aja ke hal-hal yang masih bisa dikerjakan..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar