Seperti biasa, aku menyiapkan 2 plan untuk menyelesaikan event ini. Plan A: Gowes dengan pace ku sendiri dimana nggak pengen terlalu nge push juga, namun dengan ekspektasi di tiap CP hanya berhenti untuk scan CP dan refuel kalau memang diperlukan. Dengan rencana ini, aku menyiapkan hydration vest dengan kapasitas 2 liter. Sementara itu untuk Plan B: kalau kesamber sama peloton Sport Gel ya aku akan coba ikut gandol.
Dari awal start aku nggak grasak-grusuk, malah akhirnya ketemu temen kantor ga sampe 1km dari titik start. Akhirnya kuputuskan untuk gowes barengan aja sambil ngobrol-ngobrol. Rencananya awalnya sih begitu ketemu jalan Juanda yang ke arah Depok aku akan gowes duluan karena pace nya temenku ini juga lebih santai. Setelah gowes bareng sejauh kurang lebih 30km, pas banget ini sebelum berbelok ke jalan Raya Bogor, tetiba Om Lucky & Munir dari Sport Gel lewat dan menyapa, jadilah rencana berubah ke plan B. Aku ijin duluan ke temenku, dan langsung ugal-ugalan ngegandol mereka.
Gowes bersama temen-temen dari Sport Gel nggak pernah damai, pasti langsung nge-gas. Di jalan Juanda dibejek sama Om Lucky, kecepatan sampai 50kpj. Gowes dengan pace ngegas bgini berlanjut sampai ke CP1. Kami tiba di CP 1 sekitar jam 7:20 an kalau aku nggak salah ingat. CP1 ini tempatnya nggak standar: bukan di Indomaret/Alfamart seperti biasanya, namun karena CP1 ini juga merupakan CP rute 100KM, banyak makanan ringan yang disediakan disitu: ada es teh manis dan makanan rebusan. Kami berhenti disini tidak terlalu lama, hanya 15 menitan sebelum melanjutkan perjalanan.
Menuju CP2 - km110
Lanjut dari CP1, kami melewati jalanan banyak truk ke arah Puspitek. Di jalur ini ada beberapa ruas jalan yang hancur, jadi mesti pelan-pelan. Dari Puspitek kami menuju Serpong, melewati Aeon, jalan Raya Legok, menuju CP2 yang lokasinya di dekat daerah Stasiun Tenjo. Karena jalanannya flat, disini dibejek tanpa ampun juga sama Om Lucky. Disini aku masih bisa menempel.
Kami sampai di CP2 sekitaran jam 09:20. Di sini ini aku hanya minum Mogo-mogu dan Hydro Coco saja karena rasanya perutku masih penuh. Airku masih banyak, jadi belum ada rencana untuk mengisi air. Sementara Om Lucky & Munir makan-makanan berat. Kami berhenti rada lama, mungkin 15-20 menitan. Rombongan goweser lain pun terlihat berdatangan ketika kami masih beristirahat. Pas mau jalan, Om Nelson baru datang, infonya sih rantainya agak bermasalah jadi gowesnya belakangan.
Menuju CP3 - km153
Dari CP2 kami melanjutkan perjalanan menuju Jasinga. Nah disini ada tambahan Om Nelson yang gantian narik. Berhubung rutenya mulai rolling dan sedikit menanjak, aku mulai keteteran disini, lumayan beberapa kali bikin gap, apalagi nggak cuma Om Nelson aja yang nariknya brutal. Capek dikit gantian Om Lucky & Munir. Di km130 Om Nelson melipir, kupikir sepedanya bermasalah lagi. Karena Om Lucky dan Munir udah di depan jadinya mereka nggak ngeh dan tetap lanjut, sementara jarakku ke mereka berdua lumayan jauh.
Menuju Jasinga, rute rollingnya semakin parah dan aku merasakan tenagaku sudah mulai habis. Pada akhirnya di km 135 an aku melepaskan diri dari Om Lucky dan Munir. Mungkin karena sebelumnya pas di CP2 aku nggak makan juga jadi tenaga habis. Ditambah lagi cleat yang kugunakan adalah cleat MTB karena kupikir rute yang kulewati bakalan banyak melewati jalur macet. Cleat MTB ini sepertinya agak-agak kurang efisien untuk pedalling nya. Bisa jadi berimbas ke performa buat gas-gas an seperti ini. Setelah melepaskan diri dari mereka berdua, rasanya nggak karuan. Kecepatan menurun drastis, dan tiap tanjakan halus saja rasanya menyiksa banget. Dan aku juga tahu setelah berbelok di pertigaan Jasinga, jalanannya akan mulai menanjak dengan elevation gain sekitaran 200m. Nggak terlalu tinggi sebenarnya, tapi masalahnya ini tenaga sudah habis.
Setelah berbelok di pertigaan Jasinga, mode survival pun bekerja. Aku nggak berusaha untuk melipir sebelum ketemu CP. Jadi ya gowes dengan pace seadanya saja: alon-alon asal kelakon. Sekitar beberapa km dari pertigaan aku ketemu Om Lucky, dia ternyata tertinggal dari Munir karena ketutup truk, dan ragu-ragu untuk rutenya karena seolah diarahkan untuk berbelok padahal rute sebenarnya lurus menyusuri jalan raya Jasinga-Leuwiliang. Akhirnya dia ngajak bareng, aku iyakan saja walaupun tahu ini udah kewer banget. Akhirnya sih di tanjakan dari Cigudeg sampai ke CP3 pace ku udah pelan banget, sementara Om Lucky cukup jauh di depanku.
Cuaca pada saat itu lumayan terik dan panas, tapi nggak sepanas ketika event Audax Bekasi. Akhirnya aku sampai di CP3 sekitaran jam 11 siang lewat. Kulihat Om Munir sudah tidak ada disitu mungkin dia udah duluan karena setahuku sih tipikal climber banget. Tanjakan halus macam tadi harusnya dengan mudah disikat. Akhirnya aku di CP3 nggak berhenti lama, hanya minum dan isi air saja. Nggak sempat makan-makanan berat.
Menuju Finish - km198
Dari CP3 ke Finish tidak sampai 50km, tapi inilah jalur yang paling membuatku malas. Jalur yang dilalui merupakan jalur ramai dan relatif padat. Banyak titik-titik ramai di sepanjang jalan: pasar Leuwiliang, dan semua persimpangan yang ada dari Leuwiliang hingga Yasmin. Belum lagi di rute ini banyak angkot yang terkadang seringkali berhenti seenaknya. Di satu sisi aku bersyukur menggunakan cleat MTB, lebih mudah untuk melepas-pasang sepatuku.
Secara umum jalanan dari CP3 turun hingga Leuwiliang sebelum berubah menjadi rute rolling hingga daerah Dramaga. Ketika melalui jalur turunan tiba-tiba kakiku kram, sementara Om Lucky tidak ada tanda-tanda mengurangi kecepatan. Aku sudah pasrah saja jika harus tjopot. Beruntung sedikit kupaksakan akhirnya kramnya hilang.
Setelah pertigaan Yasmin, kami melipir diluar titik checkpoint untuk refuel. Karena di CP3 memang hanya sebentar sekali, berhenti hanya untuk minum, sehingga mendekati finish tenaga sudah terkuras. Pas banget berhenti ketika tubuh sudah mengeluarkan tanda-tanda mau bonk. Disini aku nggak sempat memakan roti yang kubeli, cukup hanya minum saja.
Akhirnya aku menyelesaikan event Audax ini jam 13:00, sebagai finisher ke-3 setelah Munir dan Om Lucky yang sudah duluan karena berhasil nyelip di pertigaan jalan raya Bogor sebelum berbelok ke Sentul.
Penutup
Walaupun event Audax tidak termasuk ke dalam kategori race, namun buatku event ini bisa kuanggap demikian. Bukan berkompetisi dengan orang lain, melainkan dengan diriku sendiri, untuk menguji mental. Sampai sejauh mana aku bisa bertahan sesuai dengan plan awal. Dengan adanya tim Sport Gel, ini lebih memberikan dorongan untuk bisa lebih all out. Seandainya pun kemarin akhirnya aku memilih plan A, mungkin aku akan tetap do the best: tidak banyak berhenti dan berusaha untuk gowes dengan pace yang cukup ngepush, namun tidak terlalu memaksa karena ini long ride. Lebih baik selamat daripada zonk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar