Rabu, Agustus 21, 2019

Move On

Lebaran tahun ini menjadi momen penting dalam perjalanan hidupku. Di lebaran ini, kami sekeluarga pindah ke tempat tinggal yang baru, rencana yang sudah aku tunda-tunda dari 2 tahun yang lalu. Dan kebetulan juga setelah lebaran aku mendapat mendapat penugasan baru di luar unit kerjaku pada saat itu. Cukup kaget juga sih, karena sebelumnya tidak ada berita apa-apa. Tadinya kupikir akan dirotasi di internal saja, ternyata sampai ke luar unit kerjaku.

Dua peristiwa yang berhubungan dengan pindahan ini kupandang sebagai sebuah kesempatan untuk move on. Tidak hanya move on dari lingkungan lama ke lingkungan baru saja, tetapi juga dari kebiasaan-kebiasan lama yang kurang produktif. Ada beberapa kebiasaan yang kurasa kurang produktif namun sulit untuk aku ubah karena aku sudah merasa nyaman dengan kondisiku pada saat itu. Perubahan kondisi ini memberikan peluang untuk membentuk kebiasaan-kebiasaan baru yang lebih produktif, menyesuaikan dengan kondisiku pada saat ini.


Dari buku yang kubaca: Atomic Habits yang ditulis oleh James Clear menyebutkan bahwa faktor lingkungan sangat penting dalam membentuk kebiasaan-kebiasaan kita, dan manusia cenderung menyesuaikan dengan lingkungan sekitarnya. Jika kita ingin membentuk kebiasaan yang baik, pastikan lingkungan mendukung, karena usaha untuk pembentukan kebiasaan ini akan menjadi lebih mudah. Begitu juga sebaliknya, ini berlaku juga untuk kebiasaan-kebiasaan yang buruk yang hendak kita buang. Jika lingkungan tidak mendukung tentunya lebih mudah untuk menghilangkannya.

Berikut adalah beberapa perubahan yang terjadi:

🏠Lingkungan Rumah 🏠
◻️ Jarak rumah ke stasiun kereta
Kereta (Commuter Line) menjadi salah satu pertimbanganku dalam menentukan dimana aku akan tinggal. Dan selama ini, rumah lamaku berjarak sangat dekat dari stasiun kereta terdekat, hanya sekitar 200m Perjalanan dari rumah ke stasiun bisa ditempuh dalam waktu 5 menit dengan berjalan kaki. Setelah aku pindah, jarak tempuhnya bertambah menjadi sekitaran 800m, yang menurutku jarak tersebut masih masuk akal untuk ditempuh dengan berjalan kaki 10 menit s/d 15menit.

Sebelumnya perjalanan ku pulang pergi ke kantor kurang lebih seperti dibawah ini:

Pergi
Rumah - Stasiun kereta awal: Jalan Kaki
Stasiun kereta awal - Stasiun kereta tujuan: Commuter Line
Stasiun kereta tujuan- Halte Busway awal: Jalan Kaki
Halte Busway awal - Halte Busway tujuan: Transjakarta
Halte Busway tujuan - Kantor: Jalan Kaki

Pulang:
Kantor - Halte Busway awal: Jalan kaki
Halte Busway awal - Halte Busway tujuan: Transjakarta
Halte Busway tujuan - Stasiun kereta awal: Jalan kaki
Stasiun kereta awal - Stasiun kereta tujuan: Commuter Line
Stasiun kereta tujuan - Rumah: Jalan kaki

Dengan kondisi diatas target langkah harianku 7500-8000 langkah dapat tercapai, dengan asumsi di kantor aku tidak terlalu banyak bergerak.

Berhubung kini jarak rumahku menjadi lebih jauh dari stasiun kereta, maka otomatis jumlah langkah yang kudapatkan menjadi lebih banyak, dan tentunya target langkahku secara otomatis lebih mudah kudapatkan. Melihat hal ini, aku sedikit bereksperimen dan kini rute perjalananku menjadi seperti dibawah ini:

Pergi
Rumah - Stasiun kereta awal: Jalan Kaki
Stasiun kereta awal - Stasiun kereta tujuan: Commuter Line
Stasiun kereta tujuan- Halte Busway awal: Jalan Kaki
Halte Busway awal - Halte Busway tujuan: Transportasi online
Halte Busway tujuan - Kantor: Jalan Kaki

Pulang:
Kantor - Stasiun kereta awal: Transportasi online
Stasiun kereta tujuan - Rumah: Jalan kaki

Dengan skema diatas, waktu tempuhku baik pergi maupun pulang jadi lebih cepat. Bahkan ketika jam pulang kantor penghematan waktunya cukup lumayan, sekitar 30 menit (1,5jam - skema rumah lama vs 1 jam - skema rumah baru). Pada dasarnya waktu paling lama yang harus kujalani adalah waktu tunggu di halte Busway (baik pergi maupun pulang), bisa sampai 30 menit jika sedang tidak beruntung. Sebenarnya waktu tempuh ketika pergi ke kantorku pun bisa dipercepat lagi seandainya aku menggunakan jasa transportasi online dari Stasiun kereta tujuan - Kantor. Namun demikian aku memilih berjalan kaki mengingat perubahan ini bisa mempengaruhi target langkah harianku. Terlebih lagi jalur yang kulalui cukup nyaman untuk berjalan kaki di pagi hari.

◻️ Lingkungan & Komplek perumahan
Komplek perumahan yang aku tempati saat ini lebih luas, tidak seperti komplek lama yang berupa cluster perumahan dengan jumlah kurang dari 30 rumah. Kondisi ini sangat mendukung untuk aktivitas olahraga seperti berjalan kaki, lari ataupun bersepeda berkeliling komplek. Kondisi ini menurutku sangat bagus untuk anak-anakku, wilayah bermainnya menjadi lebih luas dan mereka bisa leluasa mengksplorasi daerah sekitarnya tanpa perlu keluar komplek perumahan. Tidak seperti di perumahan lama dimana anak-anakku cenderung lebih sering bermain di dalam rumah, kini mereka lebih sering beraktivitas di luar rumah, bersepeda dengan teman-temannya.

Untukku pribadi, perubahan ini tidak terlalu berpengaruh memang aku cenderung lebih senang berada di rumah, dan sejujurnya belum terlalu tertarik untuk mencoba jogging berkeliling komplek. Namun demikian, sisi positif yang bisa kudapat adalah aku jadi lebih mudah untuk mengajak anakku untuk bersepeda di akhir pekan, baik itu di dalam komplek maupun sekalian keluar komplek perumahan.  Dalam dua minggu terakhir ini aku berhasil mengajak anakku yang paling besar untuk bersepeda lebih dari 20km. Jarak yang lumayan jauh menurutku untuk anak seumurannya. Rencananya aktivitas bersepeda bersama anakku ini akan kujadikan aktivitas rutin di hari minggu, dengan rute yang berbeda-beda tentunya. Ekspektasiku, setiap minggu ada kemajuan dari sisi jarak tempuh dan kecepatan rata-ratanya.

◻️ Luas tanah
Dengan tanah yang dua kali lebih luas dibanding rumah lamaku, aku bisa menyisakan banyak ruang terbuka di halaman depan dan halaman belakang. Berkebun dan bercocok tanam kini menjadi rutinitasku di akhir pekan, memanfaatkan sepetak halaman belakang rumahku yang memang sejak awal aku rencanakan untuk menjadi resapan air dan tidak kubangun apa-apa.  Menyiram tanaman dan memantau pertumbuhan tanaman-tanaman yang kutanam kini menjadi bagian dari aktivitasku sehari-hari. Walaupun aktivitas ini mungkin bisa dikatakan kurang produktif namun aku merasa puas dan senang. I feel sense of accomplishment here. Aku bisa bebas bereksperimen menanam apa saja, dan ketika apa yang kutanam dapat tumbuh, disitulah kepuasannya.

👨‍💻Lingkungan Pekerjaan👨‍💻
◻️ Lingkungan kerja
Lingkungan kerjaku saat ini jauh lebih “sepi” dibanding dengan yang sebelumnya. Individunya tidak terlalu banyak terlibat dalam obrolan ngalor-ngidul dan cenderung lebih banyak fokus ke layar laptopnya masing-masing. Mungkin karena lingkungan pekerjaanku saat ini banyak berkutat dengan pengolahan data-data di perusahaan yang memang menuntut keahlian khusus dan fokus tinggi pada hal yang dikerjakan. Nah kulihat rekan-rekan kerjaku ini selain memiliki keahlian juga sepertinya memiliki passion di bidangnya, sehingga klop deh, kalau sudah fokus ya mereka cenderung tidak ingin terlalu banyak gangguan dari luar.

Selain itu rekan-rekan kerjaku di tempat yang baru menurutku cenderung individualis, namun bukan dalam konotasi negatif yah. Individualis disini, bidang pekerjaannya tidak terlalu menuntut banyak koordinasi dengan banyak unit lain. Karena hal ini lah, mereka juga tidak terlalu aware dan care dengan masalah-masalah informasi dan pergosipan yang terjadi di dalam perusahaan. Tidak seperti di lingkungan kerja lamaku dimana info-info selalu berseliweran, baik itu berupa fakta maupun gosip. Kadang jika ada kondisi yang kurang nyaman, menjadi hot topic yang akan terus dibicarakan sampai permasalahannya mereda. Di tempat baru, jika ada kondisi kurang nyaman, paling hanya mengeluh sekali setelah itu ya hilang dan tidak dibicarakan lagi.

Nah, jujur kuakui, aku lebih menyukai lingkungan kerjaku yang sekarang karena karakterku tidak berbeda jauh dengan karakter rekan-rekan kerja di sekitarku. Aku cenderung lebih senang bekerja secara mandiri yang tidak perlu terlalu tergantung dengan unit lain, sehingga pencapaian kerjaku sangat ditentukan dari performa timku. Berhubung performa timku berada dalam kendaliku, ini menurutku lebih mudah dicapai dibandingkan dengan mengharapkan unit kerja lain dapat bekerja sesuai dengan ekspektasiku. Secara pekerjaan tentu ini lebih memuaskan karena sense of achievement nya bisa kudapatkan.

Dan berhubung aku juga tidak terlalu peduli dengan pergosipan yang ada di perusahaan, aku merasa klop di lingkungan baruku. Di lingkungan kerja lamaku aku dituntut untuk mengetahui informasi-informasi yang terjadi di unit kerjaku, karena namanya manusia, sebagai makhluk sosial akan cenderung berbaur dan menyesuaikan dengan lingkungan kerjanya baik suka atau tidak suka. Karena jika tidak, maka akan ada perasaan terkucil atau menjadi pencilan. Berhubung perilaku seperti diatas nggak aku banget, jadi aku merasa banyak energi ekstraku yang terbuang. Fiuh, kini energi ekstra ini aku dapatkan kembali.

◻️ Waktu kerja
Aku merasa waktu kerja di tempat baruku lebih bisa diprediksi dan lebih pasti. Karena pekerjaanku saat ini berkaitan dengan pelaporan, waktu-waktu sibuknya adalah mendekati akhir pekan dimana di waktu ini aku harus menyiapkan beberapa laporan yang harus sudah dikirimkan di hari Jumat. Nah dari hari Senin dan Selasa, ini menjadi waktu paling damai, dan kurasakan load pekerjaannya sangat timpang antara di dua hari ini dengan hari Kamis dan Jumat.

Karena waktu kerjaku lebih bisa diprediksi, aku menjadi lebih mudah untuk mengatur aktivitas diluar pekerjaan yang akan kulakukan di hari kerja. Dalam beberapa waktu ini perubahan signifikan yang kurasakan adalah rencana aktivitas diluar pekerjaanku menjadi lebih mudah dieksekusi jika dibandingkan ketika aku masih bekerja di tempat lama. Ketika target tidak tercapai, tentunya ini memberikan efek buruk pada mental kita. Now I feel I can achieve more. Aku berharap kondisi ini menjadi rutinitasku, ketika apa yang kita rencanakan selalu dapat tereksekusi maka kebiasaan ini akan memberikan efek baik dan aku bisa terus men-challenge diriku sendiri untuk membuat rencana-rencana lainnya.

◻️ Pressure Pekerjaan
Pressure di tempat kerja baru kurasakan lebih rendah dibanding sebelumnya. Karena pekerjaanku terkait dengan pelaporan, maka data-datanya sudah tersedia semua, hanya tinggal bagaimana mengolah dan mempersiapkannya ke dalam format yang sesuai. Jenis pekerjaan ini lebih dapat di manage karena aku memiliki kontrol lebih besar pada output pekerjaanku dan tidak banyak tergantung pada hasil output dari unit kerja lain. Memang ada kondisi-kondisi ketika laporan diminta untuk dapat disediakan lebih cepat. Namun karena alasan kontrol yang lebih besar tadi aku mempersepsikan pressure nya lebih rendah.

Nah efek dari pressure yang kupersepsipan lebih rendah ini memberikan banyak manfaat. Emosi menjadi lebih stabil karena pikiran negatif jarang muncul. Jika dibandingkan dengan tempat kerja lama, aku merasa lebih efisien disini. Dengan waktu jam kerja yang sama aku bisa memperoleh lebih banyak output, dan berhubung pressure pekerjaannya aku persepsikan lebih rendah, aku juga merasa banyak waktu kosong di jam kerjaku. Sehingga di tempat kerjaku yang baru, sangat mungkin aku masuk kerja teng-go setiap hari dan pekerjaan beres semua.

Sela-sela waktu dimana load pekerjaanku sedang tidak banyak bisa kumanfaatkan untuk mengerjakan hal-hal lain baik itu diluar pekerjaan ataupun untuk pengembangan diri misal belajar hal-hal baru terkait dengan pekerjaan orang-orang di sekitarku ataupun kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan oleh perusahaan di kantor. Di satu titik sekarang aku merasa hidupku lebih balance.

◻️ Atasan langsung
Namanya pindah unit kerja ya tentunya bos nya ganti juga dong. Kebetulan atasan langsung di tempat baruku ini pro hire dan WNA. Gaya kepemimpinannya berbeda dengan atasan langsungku dalam beberapa tahun belakangan ini. Terlepas dari sindiran-sindiran negatif dari orang-orang sekitarnya, ada beberapa sisi positif yang kusukai:
  • Open minded. Sering kali dalam mengambil keputusan selalu merundingkan dengan timnya terlebih dahulu. Dalam pengamatanku, dia tipikal orang yang percaya dengan tim nya. Jika timnya mengatakan tidak bisa, masukan ini akan dia pertimbangkan. Yang kusukai, atasanku ini tidak terlalu pusing dan ribet dengan detail, sehingga terkait dengan format laporan, menyerahkan semuanya kepadaku,  dan ini tentunya mengurangi banyak friksi, karena aku bisa bekerja dengan leluasa tanpa banyak tuntutan diluar esensi pekerjaanku. Minimnya friksi ini seharusnya sih merefleksikan entropi yang rendah.
  • Menghargai pendapat individu dan tidak memaksakan kehendaknya kepada tim jika pemahaman tim nya lebih baik daripada pemahaman dirinya.
  • Hierarkikal, jika perlu apa-apa dia akan minta kepada bawahan 1 level dibawahnya. Atasanku tidak akan meminta langsung kepada bawahan 2 level dibawahnya walaupun mungkin dengan cara tersebut dia bisa mendapatkan apa yang diinginkan lebih cepat. Dengan demikian, ini menjaga agar informasi mengalir sesuai dengan levelnya, dan tentunya mengurangi friksi dalam pekerjaan juga. Bayangkan jika atasanku ini langsung meminta sesuatu ke 2 level dibawahnya, walaupun masih dalam satu tim besar, namun atasan langsung dari individu 2 level dibawahnya ini bisa tersinggung atau merasa tidak di hargai.
  • Bisa jaga badan kepada atasannya atau 2 level diatasku. Faktor ini juga lah yang membuat pressure pekerjaan di tempat kerjaku aku persepsikan rendah.
  • Karena atasanku WNA, tentunya dalam berkomunikasi mesti dalam bahasa Inggris. Menurutku ini lumayan untuk membantu meningkatkan kemampuan speakingku yang kuakui rada-rada kurang.
Sisi-sisi positif ini kutulis bukan berarti atasan lamaku kurang oke yah. Namun disini aku menekankan adanya perbedaan yang cukup signifikan pada culture dan gaya kepemimpinan atasanku dengan atasan-atasan dari organik/lokal. Style yang berbeda ini kuharap dapat memberikan efek positif untukku, menambah pengalaman dan juga memperkaya cara berpikirku.

◻️ Tim & rekan kerja
Di tempat kerjaku yang lama, load pekerjaanku cukup banyak dan heterogen. Dan aku hanya memiliki 1 anggota tim saja. Dengan kondisi ini seringkali aku mengerjakan pekerjaan day-to-day  yang seharusnya ditangani oleh timku. Aku merasa di tempat kerjaku yang lama, aku sulit berkembang karena waktu yang bisa kumanfaatkan untuk berpikir secara strategis banyak terkuras untuk mengerjakan teknis pekerjaan sehari-hari.

Di tempat baru ku, aku memiliki anggota tim yang lebih banyak, walaupun kebanyakan tim oursource. Situasi ini memungkinkanku untuk belajar mengelola sumber daya tim agar dapat memperoleh output yang maksimal. Pekerjaan yang sifatnya sangat teknis dapat didisposisikan ke tim, sementara aku bisa fokus pada proses review dan melihat pekerjaan timku dari sudut pandang yang lebih luas.

Pada awalnya, ketika pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya teknis dan biasa kukerjakan telah didisposisikan, aku jadi memiliki banyak waktu kosong, seolah menjadi tidak produktif. Namun itulah titik dimana kita akan beradaptasi dengan kondisi vakum ini dengan melihat permasalalahan dari sisi yang lain dan mulai berpikir secara strategis. Akan muncul ide dan pertanyaan dari diriku sendiri seperti:
  • Apakah kinerja tim saat ini sudah cukup baik?
  • Hal apakah yang dapat dilakukan agar hasil yang didapatkan bisa menjadi lebih baik?
  • Apakah cara kerja tim saat ini sudah optimal?
  • Ide-ide baru apakah yang bisa dicoba dalam mencapai target?
Dan pertanyaan-pertanyaan lain yang kurasa di tempat kerjaku yang lama, aku tidak akan pernah sempat untuk memikirkannya.

📝 Kesimpulan 📝
Aku merasa lingkungan rumah dan pekerjaanku saat ini jauh lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, terlepas dari tantangan dan permasalahan yang mungkin akan muncul kedepannya. Ada beberapa hal yang aku senangi di lingkungan lama namun tidak aku dapatkan di lingkungan baru. Namun demikian, kondisi di lingkungan baru memberiku peluang lebih banyak untuk berkembang dan mengerjakan hal-hal yang lain. Kini saatnya mengosongkan kembali gelas yang sudah penuh, agar dapat diisi dengan ilmu dan pengalaman baru. Stay foolish, stay hungry.


1 komentar: