Heat Map
Heat Map adalah salah satu fitur di Strava yang menampilkan rute yang telah kita lalu. Jika kita pernah melalui suatu rute, akan ditampilkan dengan garis berwarna biru, dan semakin sering kita melalui rute tersebut, warnanya akan semakin memerah, tergantung frekuensi.
Dari heat map diatas, rute yang paling sering aku lewati adalah rute sekitaran rumah (Bintaro) dan Sentul, Alam Sutera, dan Gatot Subroto. Sementara rute-rute lain hanya sesekali saja aku lewati. Dalam setahun ini kemungkinan rute yang aku lewati nggak akan nambah lagi. Karena belakangan ini gowesnya juga disitu-situ aja sih. Harapanku bisa mencoba rute gowes ke Serang melalui Bogor, atau ke Cianjur, start dari Bogor. Will see lah..
Pencapaian Target Mingguan
Berdasarkan catatanku di Strava, per tulisan ini dibuat, jumlah kilometerku di tahun ini sudah lebih dari 5000km. 2/3 dari jarak tersebut aku capai dengan road bike, dan sisanya dengan MTB. Pencapaian yang lumayan lah menurutku. Walaupun tentunya banyak goweser lain yang lebih 'gila', yang penting adalah komitmen untuk menjaga agar aktivitas ini bisa rutin dilakukan.
Sejauh ini, aktivitas gowesku masih on track sesuai dengan target. Target tahunanku malah sudah tercapai. Awalnya aku menargetkan selama 2016 ini akan gowes sejauh 5000 km saja, namun ternyata sudah bisa dicapai di bulan ke-8. Nah, bagaimana dengan target mingguan? Targetku nggak muluk-muluk, 75km aktivitas bersepeda dalam seminggu, atau jika dikonversi dalam waktu, kurang lebih 3 jam. Terdengar mudah pada awalnya. Namun tantangan terbesarnya adalah mempertahankannya secara konsisten agar tidak ada minggu yang bolong. Dan alhamdulillah, selama 8 bulan ini so far so good. Namun demikian, belakangan ini aku merasa semakin berat untuk mempertahankan target tersebut. Selain masalah mood, juga karena keinginan untuk mengerjakan hal-hal yang lain. 3 bulan terakhir di 2016 ini aku rasa akan menjadi bulan-bulan terberat, karena bolong 1 minggu saja, berarti target mingguanku di tahun ini tidak tercapai.
Gran Fondo
Selain target mingguan dan target tahunan, ada satu lagi target yang ingin kucapai: menyelesaikan tantangan Gran Fondo di Strava. Berawal dari mencoba-coba gowes sejauh 100km, akhirnya menjadi kebiasaan setiap bulan. Kebetulan di Strava ada tantangan Gran Fondo yang biasanya diadakan setiap bulan. Tantangannya sederhana, untuk mendapatkan badges Gran Fondo di bulan yang berjalan, pesertanya harus melakukan aktivitas bersepeda dengan jarak kurang lebih 100-130km (bisa berubah-ubah setiap bulan). Ini dalam satu aktivitas lho, jadi bukan akumulasi.
Hingga bulan ke-9, aku selalu berhasil mendapatkan badges Gran Fondo dari Strava (bisa dilihat melalui halaman Trophy Case Strava). Tak seperti target mingguanku yang hanya 75km, target Gran Fondo ini mesti pinter-pinter mengatur waktunya. 130 km ini setara dengan 5-7 jam aktivitas (termasuk istirahat, dll). Karena waktu aktivitasnya bakalan panjang, jadi bisa seharian gowesnya. Gowes sejauh itu tantangan terbesarnya adalah:
- Di kilometer terakhir, pasti hari sudah siang, jadi mesti tahan banting agar bisa gowes dibawah teriknya sinar matahari.
- Sulitnya mencari partner yang menjadi teman sependeritaan. Syukur-syukur kalau ada yang menemani.
- Jika tidak ada teman seperjuangan yang sama-sama mau menyelesaikan Gran Fondo, ya mesti mengumpulkan niat yang kuat untuk gowes sendiri.
Selama 9 bulan ini aku akui biaya operasional gowes dengan road bike jauh lebih mahal dibandingkan dengan MTB. MTB lamaku sejauh ini sangat irit biaya perawatan. Paling hanya sesekali saja aku bawa untuk servis besar. Belum pernah ganti spare part kecuali beli pedal karena pada waktu beli belum punya sepatu yang pakai cleat (pedal bawaannya adalah pedal cleat). Paling ya ban bocor, namun karena pakai ban tubeless, terpaksa beli cairannya. Dan sejauh ini udah nggak pernah bocor lagi.
Sementara untuk road bike ku, berikut ini adalah biaya-biaya yang sudah aku keluarkan dalam 9 bulan terakhir:
- Beberapa kali ganti sprocket, karena bawaannya 11-25t, sangat tidak manusiawi untuk melibas trek yang dipenuhi dengan tanjakan yang cukup curam.
- Read derailleur, yang sayangnya setelah kubeli nggak kompatibel dengan briefter bawaannya.
- Berbagai macam aksesoris seperti Heart Rate Monitor, Cadence Sensor, sampai Bike computer. Sebenarnya sih aksesoris ini bisa digunakan juga untuk MTB, namun karena Road Bike lah aku aksesoris-alsesoris tersebut kubeli.
- Rantai. Rantai Road Bike sepertinya cepat aus. Kilometer sepedaku baru 3000 km ketika rantainya putus dan harus diganti dengan yang baru. Sementara MTB ku yang kilometernya kurang lebih sama sejak kubeli dulu, rantainya masih awet-awet saja.
- Wheelset dan pernak-perniknya (ban luar + ban dalam). Sejauh ini, spare part ini yang paling mahal. Aku beli dengan justifikasi bahwa wheelset bawaan road bike ku terlalu aero dan kurang oke jika digunakan untuk gowes jauh dan medan yang berbukit. Selain itu wheelset bawaannya hanya bisa digunakan untuk 10-speed kebawah, jika sewaktu-waktu aku upgrade groupset ke 11-speed maka tidak bisa digunakan lagi.
What’s Next?
Selain target-target diatas aku juga berharap bisa meningkatkan kecepatan rata-rataku. Ini nih yang agak susah untuk diukur performansinya. Dari beberapa artikel yang aku baca, latihan RPM/cadence dan Interval bisa meningkatkan speed dan endurance. Untuk latihan interval aku berusaha untuk bisa mengimplementasikannya minimal seminggu sekali. Peningkatan performanya menurutku lumayan terasa walaupun tidak terlalu signifikan. Di jalanan yang flat aku merasa bisa lebih stabil mempertahankan kecepatan di waktu yang lebih lama dari sebelumnya. Dan di medan yang penuh tanjakan, berdasarkan data historis segmen di Strava ada peningkatan yang menurutku lumayan lah.
Sepertinya targetku di tahun depan sudah tidak berbicara lagi masalah target kuantitas jarak/kilometer yang bisa aku capai, tetapi juga harus mempertimbangkan kualitas gowesnya sendiri. Nggak seru kan gowes dari dulu cuma segitu-segitu aja tanpa ada improvement nya. Hanya saja, untuk kualitas ini aku akui memang lebih susah mengukurnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar