Senin, Juli 11, 2016

Gowes ke Cidampit

Beberapa bulan yang lalu aku beserta rombongan tim Spider gowes ke trek Cidampit, Serang. Acara gowes ini sebenarnya sudah direncakan jauh-jauh hari sebelumnya. Namun karena berbagai hal terus tertunda dan akhirnya baru terealisasikan di bulan Mei lalu. Dalam tulisan kali ini aku akan mencoba mengulas pengalamanku ketika gowes disana. Mumpung masih inget-inget dikit.

Start kesiangan gara-gara ada masalah dengan mobil pick up yang akan membawa sepeda para rombongan. Pada akhirnya baru jalan dari rumah jam 6 pagi dan itupun masih perlu menjemput beberapa orang lagi. Akhirnya kami sampai Serang sekitar jam 8:30, titik kumpulnya di alun-alun kota Serang. Seharusnya mobil diparkir di balaikota, namun karena ada acara pada saat itu, titik kumpul dan parkir mobil di kantor Telkom yang masih berada di lingkungan alun-alun.
Menurut informasi dari guide alias marshal kami, panjang trek Cidampit kurang lebih 35 km (kalo nggak salah inget). Treknya diawali dengan batu makadam yang dilanjutkan dengan hutan karet , hutan melinjo, melewati perkebunan milik penduduk, dan diakhiri dengan jalanan aspal hingga lokasi titik kumpul pertama (alun-alun kota Serang). Perjalanan kurang lebih akan berakhir di sore hari hingga malam. Sedikit kaget juga sih mendengarnya, dengan jarak tempuh hanya 35 km namun acara gowesnya bisa sampai malam aku simpulkan treknya lumayan sulit.

Dari titik kumpul, sepeda beserta penumpangnya diangkut di truk untuk selanjutnya menuju titik start trek Cidampit. Perjalanan yang ditempuh kurang lebih 30 menit, namun karena pada saat itu jalanannya macet lumayan parah jadi sedikit molor. Saking parahnya macet kami memutuskan untuk meng-unload sepeda dan start gowes lebih awal. Waktu pada saat itu menunjukkan pukul 10 pagi ketika kami mulai gowes.

jalanan batu makadam dengan elevasi sedikit menanjak di awal track
Setelah melewati jalanan aspal kurang lebih 2 km, kami melalui jalanan rusak yang dipenuhi oleh batu makadam. Tak cukup sampai disitu, treknya pun sedikit menanjak. Kebayang kan udah makadam nanjak pula. Disini bisa langsung terlihat ketahanan dari masing-masing goweser, yang paling kuat langsung memimpin di depan sementara yang tidak terbiasa nanjak, berada di belakang dengan jarak yang lumayan signifikan. Trek makadam ini lumayan menguras tenaga walaupun panjangnya hanya sekitar 4 km an.

pintu masuk menuju hutan karet
Di ujung trek makadam kami masuk ke perkebunan karet, kali ini jalanannya berubah menjadi jalan aspal sehingga tidak terlalu melelahkan untuk dilibas. Setelah beberapa km, kami berbelok untuk masuk ke jalur single track melewati hutan karet. Trek di hutan karet ini menurutku oke banget, tidak banyak tanjakan dan turunan, cenderung flat. Sedikit mirip-mirip dengan trek JPB lah, namun demikian karena masih musim hujan, tantangan terbesarnya adalah treknya licin. Karena vegetasinya selalu tertutup, di beberapa bagian banyak dipenuhi lumut. Jadi hati-hati saja sih. Ada beberapa goweser yang terjatuh karena bannya selip dan memang ternyata ban yang digunakan bukan ban yang khusus untuk trek off road.





di dalam hutan karet

warung tempat pemberhentian pertama
Keluar dari trek hutan karet, waktu sudah menunjukkan pukul 11:30, jarak yang ditempuh juga belum 10km. Jadi bukan karena treknya yang sulit, tetapi karena kemampuan fisik masing-masing anggota yang tidak merata sehingga kami seringkali menunggu anggota goweser lain yang lebih lambat untuk bisa menyusul. Disini kami beristirahat dulu di warung terdekat sekalian sholat Dzuhur di mesjid yang berada tak jauh dari sana.

Setelah beristirahat sejenak, perjalanan kami lanjutkan. Trek berikutnya melewati perkebunan melinjo. Treknya tidak terlalu sulit dan tidak selicin ketika melalui hutan karet. Pemandu kami mengambil rute shortcut alias jalan pintas karena khawatir kami jam makan siang kami terlambat dan gowesnya kesorean. Entah berapa km yang dipotong, agak sedikit menyesal juga sih karena treknya benar-benar menyenangkan. Mirip-mirip JPB lah tingkat kesulitannya, secara teknikal tidak terlalu sulit dan tetap bisa dinikmati. Di track ini banyak sekali jalan bercabang, sehingga beberapa kali kami harus berhenti menunggu anggota goweser lain yang tertinggal.

Menu andalan: Sup ikan
Di ujung trek ini, sampailah kami di Rumah Hutan. Disebut Rumah Hutan karena mungkin berada di tengah kebun kali yah. Dan tempat ini terbuka dan gratis untuk pengunjung. Ketika kami tempat ini cukup ramai dikunjungi oleh para remaja, yang bersantai ria sambil berfoto-foto. Di Rumah Hutan kami beristirahat cukup lama, sekalian makan siang. Menu yang disediakan adalah Sup Ikan, Air Kelapa, dan sambal honje, dimasak oleh pemandu kami sendiri. Mantap lah pokoknya. Setelah berlelah-lelah ria, makan siang terasa lebih nikmat walaupun menunya ala kadarnya.

Kurang lebih jam 15:30 kami melanjutkan perjalanan. Treknya menurutku kurang oke karena banyak melewati jalanan yang berlumpur tebal sehingga seringkali harus turun dan menuntun sepeda. Jarak sejauh 5km ditempuh dalam 50 menit. Parah kan? Namun demikian ada beberapa spot foto yang bagus di trek ini. Nggak rugi lah.



Rumah Hutan

 
Salah satu spot foto yang lumayan oke setelah Rumah Hutan

Sekitar jam 16:00 kami berhenti di tempat istirahat terakhir, sebuah gubuk kosong. Lokasinya di tengah kebun ilalang, dan tidak tampak ada rumah penduduk di dekat-dekat situ. Disini sudah menunggu rekan pemandu kami yang membawa logistik. Menu yang disediakan adalah colenak dan minuman jahe panas. Sayangnya aku nggak mencoba colenaknya karena masih kenyang sehabis makan siang di Rumah Hutan sebelumnya. Namun minuman jahe panasnya memang luar biasa nikmat :D
gubuk yang menjadi tempat pemberhentian terakhir

menyeberangi sungai
Perjalanan dilanjutkan 1 jam kemudian. Kami melewati jalanan menurun kurang lebih 1 km dan harus pelan-pelan karena lumayan berlumpur. Di ujung trek ini kami menyebrangi sungai. Bener-bener nyebrang lho ya, dan lumayan dalem pulak. Entah kalau musim hujan sungai ini masih bisa dilalui atau nggak. Dan pada saat itu hari sudah sore dan sudah cukup gelap. Pemandu kami meminta kami buru-buru karena khawatir kemalaman dan tidak ada satupun dari kami yang membawa lampu.

Sisa perjalanan setelah menyeberangi sungai adalah jalanan aspal sejauh kurang lebih 14km hingga titik kumpul pertama kami, Alun-alun kota Serang. Rasa-rasanya nggak ikhlas lebih dari 1/3 perjalanan kami melalui trek aspal ini. Namun demikian, acara gowes hari itu benar-benar fun dan menyenangkan. Puas deh, kalau dibandingkan dengan trek seperti KTH OG dan Rindu Alam, jelas aku lebih memilih Cidampit.
trek aspal terakhir sejauh 14km

Sedikit kaget ketika melihat summary aktivitas gowes hari itu di Strava. Moving Time nya ternyata hanya 2 jam. Sementara total waktu dari start gowes hingga finish kurang lebih 8 jam. Berarti selama gowes, 6 jam dipakai untuk istirahat, makan siang, dan menunggu anggota rombongan lain. Ckckck.. jika gowes kesini lagi sepertinya aku prefer memilih jalur ekspress aja nih.

Notes:

  • Untuk dapat melibas trek ini dengan nyaman, harap diperhatikan agar menggunakan ban yang kembangannya tebal dan permukaannya tidak terlalu rata, serta pastikan rem berfungsi dengan baik
  • Detail aktivitas di Strava bisa dilihat disini (ada error ketika merekam trek aspal terakhir)


1 komentar:


  1. No house in Serang unique. Yes, his name is the forest home. Have we ever imagined, that the forest is a place that is convenient for us
    togel singapura

    BalasHapus