Minggu, Mei 15, 2016

Gowes to Taman Nasional Gunung Halimun Salak

Berawal dari pengalaman teman gowesku yang sudah beberapa kali ke Gunung Halimun, membuatku cukup tertarik untuk bersepeda kesana. Namanya gunung pasti nanjak lah ya. Dan secara aku menyukai medan tanjakan, destinasi ini membuatku cukup penasaran. Namun demikian, rute pulang pergi ke Gunung Halimun ini lumayan jauh: 120km. Dengan jarak sejauh ini, rasa-rasanya sedikit menciutkan niat, terlebih lagi ini acara gowesnya sendirian pula.

Akhirnya niat itu terlaksana juga di hari pertama long weekend kemarin. Aku putuskan untuk menggunakan MTB karena aku tidak tahu medan yang aku hadapi seperti apa, dan seberapa ‘parah’ tanjakan yang mesti aku libas nantinya. Dengan persiapan yang kurang (nggak makan malam + sarapan alakadarnya), aku langsung ngebut menuju Gunung Halimun dengan rute Rumah-Ciputat-Parung-Ciseeng-Ciampea-Gn Halimun. Ternyata jalurnya sedikit kurang recommended, aku menemukan beberapa titik kemacetan: Pasar Parung dan Pasar Ciampea. Namun demikian, jalur yang kulewati cukup bagus, didominasi oleh beton. Sehingga sebenarnya layak juga untuk dilalui oleh Road Bike walaupun ada beberapa ruas jalan yang rusak.

Rute yang aku lalui bisa dibilang cukup landai. 45 km pertama elevasi yang didapatkan kurang lebih 200m. Sementara tantangan utamanya berada di 14km terakhir, dimana elevasi yang didapatkan sekitar 600m, naik dari 200mdpl menuju di titik tertinggi 820mdpl (berdasarkan data dari GPS ku). Jika dibandingkan dengan nanjak ke Km0 Sentul, tanjakan ke Gunung Halimun menurutku lebih landai. Secara ketinggian dan elevasi, Gunung Halimun lebih unggul, namun karena jaraknya tempuhnya juga lebih jauh, 9km vs 14km untuk Km0 vs Gunung Halimun, tanjakannya menjadi terasa lebih landai.


Kesalahanku yang paling fatal adalah gowes dengan sedikit terburu-buru dengan heart rate stabil di zona 3 sejak start dari rumah. Tak ayal setelah menempuh jarak 45 km dan melewati Ciampea tenagaku terkuras banyak dan dehidrasi. Di 5km terakhir ‘terpaksa’ aku berhenti dahulu mengisi logistik karena selain kelelahan, air minumku juga sudah habis.

Sesampainya di pintu gerbang Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) aku putuskan untuk sarapan dulu untuk mengisi tenaga. Total waktu tempuh yang kuperlukan kurang lebih 2 jam 45 menit (tidak termasuk istirahat) dengan kecepatan rata-rata 21km/jam dengan jarak tempuh 59km. Nah selesai makan, berhubung sudah gowes jauh-jauh, aku putuskan untuk masuk ke Taman Nasional nya dengan membayar tiket lagi sebesar Rp10.000. Aku gowes ke dalam area taman nasional sejauh kurang lebih 3 km dari pintu masuk. Pohon-pohonannya rindang, dan di beberapa ruas jalan yang kulewati ada deretan pohon pinus yang menghampar. Tak jauh dari pintu masuk ada air terjun juga, namun karena lokasinya tidak di pinggir jalan utamanya dan harus melalui jalanan yang kurang bagus, aku putuskan untuk tidak pergi kesana.

Foto-foto di dalam kawasan TNGHS

Setelah masuk kurang lebih 3km dari pintu masuk, aku putuskan untuk kembali lagi dan segera bergegas pulang karena tidak ingin terlalu siang sampai ke rumah. Waktu sudah menunjukkan pukul 10 pagi, dan perjalanan pulang kuperkirakan akan memerlukan waktu minimal 2 jam untuk menempuh jarak sejauh 59km. Belakangan aku baru tahu, jika gowesnya aku teruskan labih dalam lagi dari pintu masuk TNGHS akan dijumpai kebun teh. Jadi nyesel kemarin nggak sekalian kesana T_T.
Rute menuju TNGHS dari Bintaro

elevasi rute TNGHS

Aku mengambil rute yang sedikit berbeda ketika pulang. Alih-alih melewati Parung, aku berbelok di perempatan Ciseeng menuju ke Puspitek. Jarak tempuhnya kurang lebih sama sih, beda-beda tipis. Perjalanan pulang ini aku tempuh lebih cepat, sekitar 2 jam 10 menit. Hingga sampai rumah, jarak yang aku tempuh pulang-pergi sejauh 117km dengan waktu tempuh 4 jam 50 menit (tentu saja belum termasuk waktu istirahat + berhenti) dan kecepatan rata-rata 24km/jam. Titik kemacetan ketika pulang kurang lebih sama dengan rute berangkat: Pasar Ciampea, perempatan Ciseeng, dan perempatan sebelum Puspitek (nggak tahu deh perempatan apa namanya). Tingkat kemacetannya lebih parah dibandingkan dengan ketika berangkat. Namun tentu saja sepedaku dapat melaluinya dengan mudah walaupun dengan kecepatan yang lebih lambat.

Catatan tambahan:
Aktivitas di Strava bisa dilihat disini.
File GPX bisa diunduh disini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar