Hari Pertama
danau kaolin |
SD Muhammadiyah |
kopi manggar |
Hari Kedua
pemandangan di P. Batu Berlayar |
bintang laut |
mercusuar P. Lengkuas |
pemandangan di P Lengkuas |
pemandangan dari mecrusuar |
pantai Tanjung Tinggi |
Setelah makan siang, acara dilanjutkan dengan berkeliling pulau. Ada bagian pulau yang menarik, dimana banyak batu-batu granit besar disitu. Pantai disekitar batu-batunya juga tidak terlalu dalam, bisa digunakan untuk berenang. Menurutku ini adalah salah satu spot yang wajib untuk dikunjungi, terutama untuk penggemar fotografi. Kita bisa mengambil latar batu-batu granit dengan langit biru cerah, atau bisa juga memilih latar mercusuar ditambah dengan pohon-pohon kelapa di pulau. Kami juga tidak lupa untuk menyempatkan untuk masuk ke mercusuar dan naik hingga puncak tertinggi. Seingatku ada sekitar 18 lantai, lumayan bisa bikin kaki gempor. Cuma nggak bakalan rugi deh, bisa melihat pemandangan sekitaran Pulau Lengkuas dari ketinggian.
Selanjutnya kami kembali ke Pantai Kelayang. Karena waktu yang sudah lumayan sore, ombaknya lumayan besar. Lumayan menantang dan memberikan pengalaman tersendiri bagi orang-orang yang rada-rada trauma dan punya pengalaman buruk dengan perjalanan di laut. Perjalanan dilanjutkan ke Tanjung Tinggi, yang memerlukan waktu kita-kira 20 menit dari Pantai Kelayang. Pantai ini juga salah satu lokasi yang digunakan dalam syuting film Laskar Pelangi. Karena lokasi pantainya menjorok kedalam seperti teluk, airnya cukup tenang. Sayangnya karena hari sudah sore, aku nggak sempat untuk berenang disini. Padahal spotnya lumayan bagus untuk bermain air. Terlebih lagi pantai ini juga dipenuhi dengan batu-batu granit yang ukurannya lebih besar dibandingkan dengan pantai yang lain. Rencana awalnya di pantai ini kami ingin menikmati pemandangan matahari tenggelam sambil berfoto ria tentunya
Perjalanan di hari itu diakhiri dengan makan malam di sebuah restoran. Lupa apa namanya, cuma yang aku inget pesanan minumanku lama sekali baru diantar, itupun setelah marah-marah beberapa kali ke pelayannya karena sudah 3 kali diingatkan teuteup ga dianter juga, padahal makanan yang lain sudah habis, alias udah siap-siap mau pulang.
Hari ketiga
salah satu sudut di kota Tanjungpandan |
Beberapa catatan lain
Selain mengunjungi tempat-tempat wisatanya, tidak ada salahnya untuk mencicipi makanan-makanan khas Belitung. Salah satunya adalah Mie Belitung. Mienya memang khas dengan kuah berwarna agak hitam seperti kuah pempek, dan rasanya agak manis. Warung yang sudah terkenal dan direkomendasikan adalah warung Atep yang lokasinya tidak jauh dari pusat kota di Tanjungpandan. Jangan lupa pula untuk memesan es jeruk Kunci, yang konon juga khas Belitung. Sama-sama es jeruk, tapi jeruknya lain tentunya dengan jeruk peras yang biasa dibeli di warung-warung makan di Jakarta. Selain itu ada mie kepiting yang wajib dicoba juga. Waktu itu kami makan di warung yang lokasinya tak terlalu jauh dari warung Atep, nemunya juga karena sekedar lewat. Walaupun demikian untuk rasa, dijamin oke. Porsinya lebih banyak daripada mie Belitung, dan tentunya harganya lebih mahal (lupa berapa, kalo nggak salah 16 ribu seporsi). Kalau menurutku sih, aku lebih suka dengan mie kepitingnya daripada mie belitung. Rasanya lebih enak dan lebih kaya bumbunya.
Makanan lautnya juga enak. Selain yang dibakar, yang khas adalah Gangan. Gangan adalah sup ikan (ga tahu deh ikannya apa, yang penting enak) dengan bumbu kunyit, sehingga kuahnya berwarna kuning. Didalamnya ada potongan buah nanas, sehingga kuahnya berasa manis. Selain manis, rasanya juga cukup pedas, pas banget disantap ketika masih panas.
Sempatkan pula untuk mampir di salah satu kedai kopi di kota Tanjungpandan. Salah satu tempat yang direkomendasikan oleh salah satu driver kami selama disana adalah kedai kopi yang letaknya tak jauh dari pusat kota. Kedai kopi ini berada di pojok pertigaan jalan yang menuju dermaga dan pasar ikan. Konon katanya orang-orang Belitung bisa menghabiskan waktu berjam-jam di kedai kopi ini sekedar untuk mengobrol. Segelas kopi harganya 3000 rupiah. Ketika diantar nanti, akan disediakan gula dan susu kental secara terpisah. Jadi bisa diatur lah sesuai dengan selera.
Walaupun tempat-tempat wisatanya menarik, namun menurutku sarana dan prasarananya masih kurang oke. Kalau dibandingkan dengan Bali sih jauh lah. Di Belitung ini aku nggak menemukan minimarket seperti Indomaret atau Alfamart. Entah disana nggak laku atau memang pemerintah daerahnya yang tidak memberikan ijin. Untuk fasilitas sepele seperti toilet pun menurutku kurang memadai. Bukan di hotel atau di tengah kota loh maksudku, tapi di tempat wisata seperti Tanjung Kelayang, Tanjung Tinggi, dll. Airnya berwarna keruh, seperti kotor, jadi rada-rada ragu juga untuk memakainya, cuma karena nggak ada pilihan lain ya sudahlah :D. Apalagi di Pulau Lengkuas. Di Pulau ini tidak ada sumur. Jadi air yang digunakan adalah air hujan. Sekali masuk bayarannya pun tak murah. Duh, padahal pulau ini lumayan ramai. Tak ayal lagi, buat cowok-cowok yang cuek dan pede, memilih untuk membuang hajat di sekitaran pulau, yang salah satu spotnya adalah di batu-batu granit tempat foto-foto yang aku sebutkan diatas.
Sebagai informasi tambahan, kita juga bisa menyewa sepeda dan kayak di Tanjung Kelayang. Kebetulan sebulan setelah perjalanan ini, ada perjalanan dinas dari kantor ke Belitung (padahal sih bukan dinas, tapi senang-senang :p). Di perjalanan yang kedua ini, aku mencoba kayak. Lumayan seru, tetapi juga melelahkan. Pantai di sekitaran Tanjung Kelayang ini lumayan dangkal, jadi yang nggak bisa berenang nggak perlu terlalu takut. Namun demikian jangan lupa menggunakan pelampung untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Kalau berani sih jangan lupa bawa kamera juga (resiko ditanggung sendiri kalau kayaknya sampe kebalik :p). Pemandangannya lumayan bagus kalau langitnya cerah. Tak jauh dari bibir pantai ada batu-batu granit besar yang mirip dengan paruh burung. Lokasi ini bisa dijangkau dengan kayak, tetapi dua kali ke Belitung, spot ini tidak disinggahi perahu. Sebagai catatan tambahan, kayak ini bisa sangat melelahkan. Awalnya sih ringan karena sepertinya mengikuti arus laut yang mengarah ke tengah. Namun ketika akan kembali lagi, tenaga sudah lumayan terkuras, mana melawan arus pula. Disini tidak ada jalan lain loh, jadi mau nggak mau ya terus mendayung hingga sampai bibir pantai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar