Minggu, April 19, 2009

It was a frantic day

Hari senin 13 April kemarin, aku berencana untuk membawa laptopku ke tempat service center Toshiba yang berada di daerah Harmoni. Alasannya sih sederhana, aku ingin mengganti memori laptopku yang rusak. Waktu itu pernah dibawa kesana juga, tapi karena untuk mengklaim garansi, mesti ditinggal bersama laptopnya juga, aku rada-rada males. Apalagi waktu itu aku sedang memerlukan laptopku, nggak bisa lah aku tinggal selama 5 hari kerja di tempat servis.

Aku berangkat kesana sekitar jam 14:30, sampai disana langsung mengantri dan setelah menunggu beberapa saat, akhirnya dilayani juga. Setelah berbincang-bincang dengan agen yang melayaniku, tenyata baru tahu jika 5 hari kerja adalah waktu maksimal pelayanan dan itu tidak termasuk hari aku menyerahkan laptopku. Jadi paling lambat sebagai worst casenya, laptopku bisa aku ambil hari Senin minggu depannya. Tak apa-apa lah. Toh laptopku memang sedang tak aku pakai minggu ini. Selesai dari sana, berhubung masih jam 4 dan nanggung jika pulang lagi ke kantor, aku memutuskan untuk ke Mangga Dua dulu untuk membeli Hard Disk. Nanggung juga, karena sehari sebelumnya aku kesana namun sudah telat, tokonya masih buka tapi gudangnya sudah tutup, dan memang karena Mangga Dua jaraknya bisa dibilang tak terlalu jauh dari Harmoni.

Di perjalanan antara Stasiun Kota dan Mangga Dua aku naik angkot. Di angkot tersebut hampir saja aku kecopetan. Sebelumnya sudah agak-agak curiga dengan orang yang duduk di sebelah kananku, gelagatnya agak mencurigakan. Waktu itu HP E71 dan Esia ku aku simpan di saku kanan. Pasti kerasa lah sama orangnya kalo aku menyimpan HP d saku kanan. Tak lama kemudian dia menaruh jaket di pangkuannya. Yang bisa kulihat adalah tangan kanannya saja. Tangan kirinya berada di balik jaket. Aku sudah curiga, namun aku diamkan saja. Ketika aku merasakan tangannya berada di saku kananku (entahlah dia mau ngambil sesuatu dari saku kirinya atau nggak, yang jelas aku ngerasa juga lah, angkotnya penuh dan desak-desakan soalnya), aku segera mengeluarkan HP E71 ku, ketika mengambil, sempet bersentuhan tanganku dengan tangannya. Kupikir dengan ketahuan seperti itu membuatnya mundur. Ternyata nggak, dia ngerasa masih ada satu HP lg yg bisa digondol, terpaksa deh aku keluarkan HP esiaku. Dan kali ini kurasa aku melihat tangannya sudah mulai mencoba masuk ke sakuku. Emang dasar mo niat nyopet. Setelah itu dia langsung turun. Memang sih, ke orang-orang disekitar kita jangan sampai berburuk sangka. Tapi dalam kasus gelagatnya yang menyembunyikan tangannya menggunakan jaket sudah kuanggap sebagai tindakan yang sangat mencurigakan. Alhamdulillah aku nggak kenapa-kenapa, Allah masih melindungiku dari kejahatan.

Sampai di toko yang aku tuju sekitar jam 16:30. Ternyata barang yang aku beli mesti diambil dari gudang, karena sepertinya lama, jadi aku sholat Ashar dulu. Parahnya, barangnya baru datang sekitar 1 jam kemudian. Kesel banget deh. Itu kurirnya kayaknya nyasar atau gimana lah, kesannya seperti orang yang nggak punya beban aja. Aku hanya khawatir satu hal: macet.

Setelah transaksi selesai, aku langsung menuju terminal busway di stasiun kota. Sampe situ nggak terlalu telat, tapi rencana awalnya adalah aku ke kantor lalu ke pengajian. Tapi berhubung tidak terkejar, aku memutuskan untuk langsung ke tempat pengajian di Sunda Kelapa. Di Dukuh Atas aku berganti koridor yang ke arah Ragunan. Parah banget, ternyata antriannya sudah sangat menumpuk. Mana pada waktu itu aku sedang berpuasa dan parahnya maghrib sudah lewat. Akhirnya setelah menunggu lebih dari 30 menit, kebagian juga busway yang ke arah Ragunan. Di halte pertama aku turun dan menunggu busway yang ke arah Laturharhari. Karena sepertinya tidak ada tanda-tanda busway akan lewat, aku memutuskan untuk keluar dari sana dan naik Kopaja 66. Buru-buru banget karena waktu maghrib sudah akan segera habis, dan aku belum sholat, apalagi berbuka.

Setelah berlari-lari di daerah menteng, aku langsung menuju Sunda Kelapa. Alhamdulillah belum Isya. Aku langsung wudhu dan berbuka dengan air keran. Setelah sholat maghrib, barulah aku tenang. Aku mengikuti pengajian hingga selesai. Jam 8 pengajiannya dah selesai dan aku buru-buru kembali ke kantor untuk mengambil beberapa barangku yang tertinggal. Keberuntungan masih memihak. Setelah dari kantor, langsung menuju stasiun Palmerah.

Fiuhh.. Untung masih bisa mengejar kereta Ciujung Malam walaupun waktunya sangat mepet. Akhirnya sampe rumah malah pasang hard disk dulu dan sempet mengobrak-abrik isi gudang untuk mencari kabel SATA + powernya. Setelah itu memastikan semuanya beres, baru deh makan malam. Benar-benar mengerikan, tapi berhasil aku lalui.

Pesan Moral:
- Selalu waspada ketika sedang di kendaraan umum. Apalagi jika ada orang yang mencurigakan berada di dekat kita.
- Jangan naik busway pada jam-jam sibuk terutama pas mepet-mepet waktu maghrib. Bisa deg-degan dan nggak tenang karena belum sholat. Bingung aja, dari sekian banyak orang yang mengantri, kurasa mayoritas muslim. Kok mereka bisa tenang-tenang aja ya walaupun waktu maghrib sudah mau habis. Padahal mereka kurasa kebanyakan turun di daerah mampang kesananya lagi. Aku prediksi banyaj yang sholat maghribnya udah masuk waktu isya. Emang boleh ya dijama?
- Selalu ada yang dikorbankan ketika masalah waktu seperti: mengejar jadwal kereta, jadwal sholat, jadwal pengajian, dan jadwal-jadwal lain. Dalam kasus ini, sampe buka pake air keran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar