Perjalanan kali ini bermula ketika pada hari Selasa lalu, aku bersama seorang temanku, Lella, mengunjungi kantor Taman Nasional Kepulauan Seribu yang berada di Salemba. Di sana kami mencari berbagai informasi yang kami butuhkan untuk rencana liburan ke Pulau Seribu. Tadinya kami berencana untuk pergi kesana pada rentang tanggal 18-20 Juli dimana pada hari itu long weekend. Namun berhubung mess yang dikelola oleh Taman Nasionalnya sudah penuh, kami membatalkan rencana tersebut. Namun, setelah datang langsung ke kantornya, kami mendapat informasi mengenai tempat-tempat penginapan yang dikelola oleh penduduk setempat.
Kupikir, pada hari itu, kami cuma mencari informasi saja, tak tahunya Lella malam itu langsung menghubungi salah satu contact person yang mengelola penginapan di Pulau Pramuka, dan ternyata masih ada kamar kosong untuk tanggal 19 & 20 nya. Berhubung mau rame-rame, jadi aku menghubungi Hendy dan Enno malam itu dan mengajak mereka untuk ikut serta. Irpan aku hubungi keesokan harinya. Namun sayang sekali Hendy nggak bisa karena dia sudah ada acara lain. Enno akhirnya memutuskan untuk nggak ikut karena Hendy nggak ikut. Irpan nggak tahu nih kemana rimbanya. Akhirnya ditetapkan yang akan berangkat kesana 5 orang: aku, Lella, dan 3 orang temannya (Sari, Nia, dan Nina) yang semuanya perempuan. Argh.. Tadinya aku udah agak-agak ragu mau ikutan secara aku cowok sendirian, tapi berhubung udah memastikan mau ikut, kayaknya nggak banget deh kalo sampe membatalkan.
Berhubung harus berangkat pagi-pagi sekali, aku memutuskan untuk menginap di kantor Sabtu malamnya. Sekalian aja menginap karena Sabtu sore aku ada acara dengan teman-teman kuliahku dulu. Keesokan harinya, selepas sholat subuh, aku langsung menuju Salemba, tempat dimana kami semua akan berkumpul. Janjinya sih jam 5:30, ternyata ngaret sampe 30 menit lebih. Duh, udah panik aja bakalan ketinggalan perahu. Akhirnya kami berempat: aku, Lella, dan 2 orang temannya naik taksi dari Salemba langsung menuju Muara Angke. Temannya dia yang satunya lagi, Sari, berangkat secara terpisah karena rumahnya sendiri ada di Kelapa Gading. Karena telat, perahu yang berangkat jam 7 pagi dari Muara Angke telah penuh. Hix, mana itu perahu terakhir lagi. Beruntung saat itu lagi musim liburan dimana banyak juga yang telat seperti kami. Setelah ditotal dan ada minimal 50 orang, kami bisa berangkat ke Pulau Pramuka menggunakan perahu yang pada saat itu berangkat dari Pulau Pramuka menuju Muara Angke. Apesnya sih, perahunya baru datang jam 10, jadi lumayan bete juga tuh menunggu di Muara Karang kurang lebih 3 jam, mana disana pelabuhannya kotor banget + baunya juga nggak enak.
Perahunya sendiri baru berangkat jam 11 siang. Sementara perjalanannya membutuhkan waktu kurang lebih 2,5 jam *kalo nggak salah*. Sepanjang perjalanan aku tidur. Nggak peduli panas matahari begitu menyengat, karena aku memang benar-benar butuh tidur. Walaupun beralaskan tas kameraku, aku bisa tidur cukup nyenyak walaupun agak-agak kurang nyaman.
Kami sampai di Pulau Pramuka sekitar jam 1:30. Kami dijemput oleh pemilik penginapannya di dermaga. Dan langsung menuju penginapan. Rumah tempat kami menginap berisi 3 kamar, 2 kamar memiliki AC dan 1 kamar lagi hanya dilengkapi dengan kipas. Tebak saja siapa yang menempati kamar terakhir? :P Lumayan murah juga sih, 3 kamar sebenarnya kalo mau dimaksimalkan bisa lah muat sampai 10 s/d 12 orang. Tapi sayang aja kamar mandinya cuma 1, bisa mengantri tuh.
Ternyata pulaunya tak terlalu besar. Percuma juga sih punya sepeda motor atau mobil. Karena jaraknya tak terlalu jauh dari ujung pulau ke ujung yang lain. Setelah beristirahat sejenak, kami makan siang di salah satu warung yang ada di pulau. Maklum, sudah kelaparan karena sebelumnya hanya sarapan dengan bubur :(. Kebetulan sekali pemilik penginapannya juga menyewakan sepeda dengan tarif 10 rib per jam. Dan entah gimana ceritanya, pemilik penginapan tersebut mengijinkan kami membayar tarif 1 jam untuk pemakaian hingga sore hari. Jadilah setelah makan siang kami berjalan-jalan di sekitar pulau menggunakan sepeda. Setelah menemukan spot yang lumayan bagus, foto-foto deh. Sore itu kami tak berniat kemana-mana, karena sudah nanggung, jadi cuma muter-muter aja dan berfoto-foto ria. Reseh juga sih bareng ama cewek-cewek, berasa nggak bebas. Seandainya Hendy dan Irpan ikutan, pasti sejak datang langsung memisahkan diri dan tentu saja hunting.
Sayang banget aku tak sempat mengabadikan sunsetnya. Padahal indah sekali, namun mataharinya tenggelam begitu cepat. Dan aku terlalu lama untuk men set up peralatan kameraku, terutama tripod. Namun demikian, aku masih bisa menikmati sunset yang begitu indah. Sayang sekali cakrawala tak secerah yang aku harapkan. Ada awan disana. Jadi yang bisa aku foto adalah suasana langit pasca sunset. Dimana langit berubah menjadi semburat merah.
Setelah sunset, aku dan Lella memesan ikan untuk dibakar, namun karena memang ini pengalaman pertama kami ke Pulau Pramuka, jadi nggak tahu kalo udah kesorean ikannya kebanyakan sudah habis. Ikan kembung, baronang, dan entah apalah itu sudah habis. Kata si penjualnya, harusnya sih pesannya jam 4 sore tadi. Tapi nggak apa-apalah, yang penting bisa makan enak dan tentu saja sudah dimasak/dibakar, biar nggak repot. Kami akhirnya pulang ke penginapan untuk mandi dan beres-beres. Parahnya pompa airnya nggak jalan, jadilah mesti menimba air di sumur. Konyolnya siapa lagi kalo bukan aku yang kebagian pekerjaan ini. Ampun deh, mana cewek-cewek itu mandinya lama-lama lagi. Baru bener-bener beres dari segala urusan ini jam 8 lewat. Gilee..
Untungnya sih pengalaman makan malamnya begitu menyenangkan. Kami makan malam dengan ikan bakar *ga tahu lah ikan apaan*. Nggak tahu berapa ekor yang dibakar untuk kami berlima, yang jelas sih ada 2 kilo + nasi yang harusnya cukup untuk 4 porsi (3 orang temennya Lella udah ngasih statement kalo mereka nggak makan nasi). Tadinya sih kami berpikir 2 kilo terlalu banyak, tetapi kenyataannya habis semua disikat, mana nasinya juga abis. Karena aku juga kelaparan, jadi aku makan 3 porsi :P. Mengerikan semua deh. Salah satu temennya yang tadinya nggak mau makan nasi, eh akhirnya malah makan nasi juga. Nggak konsisten nih. Menyenangkan sekali bisa makan malam tepat di pinggir laut dan dibawah kilauan bintang-bintang di langit. Ah, jadi ingat perjalananku ke Ujung Genteng dan Lombok, dimana saat itu begitu jelas sekali bintang-bintangnya. Terlebih lagi ketika hampir selesai makan, tiba-tiba ada yang menyalakan kembang api. Bweuh.. Banyak banget. Tadinya sih kupikir cuma petasan biasa, tahunya beneran kembang api. Ah.. Benar-benar puas deh. Nggak rugi nih makan malam ber-5 dengan hanya mengeluarkan uang 40 rb, di pinggir laut, dibawah hamparan bintang dan ditutup dengan kembang api. Mantabss.. Malam itu pun berakhir, kami segera ke penginapan, dan segera beristirahat untuk rencana keesokan harinya.
Hari minggu pagi, selesai sholat subuh, kami ke bagian belakang pulau, untuk melihat sun rise. Konyol juga, baru berangkat jam 6 pagi. Tetapi ternyata nggak terlalu terlambat. Mataharinya baru mulai terlihat sekitar pukul 6:15. Sayang aja sih pantainya nggak terlalu bagus. Saat itu sedang surut, jadi pantainya dipenuhi oleh pohon bakau yang masih kecil-kecil. Mataharinya ketika terbit terlihat begitu besar, rugi kalo ngambil pake lensa tele. Bisa-bisa cuma kena mataharinya aja. Aku switch ke lensa wide ku, dan segera mengambil spot yang bagus. Awan-awan yang menghiasi langit pagi itu terlihat indah. Dan beruntung aku bisa mengabadikannya. Sayang aja nih, filter yang aku gunakan ada 2: UV + CPL. Karena malas melepas filter UV nya, jadi filter CPL nya langsung aku pasang, efeknya adalah vignetting pada fokus 11 dan 12 mm. Kayaknya sebagian foto-fotonya mesti diedit dan di crop lagi nih :(
Acara berikutnya adalah snorkeling. Untuk menyewa perlengkapannya, 50 rb lah perorang. Plus biaya sewa perahu 300 rb. Duh sayang banget itu, padahal dengan 300 ribu itu bisa seharian, padahal kami memakainya nggak sampai setengah hari. Soalnya mesti ngejar perahu pulang yang jam 1 siang untuk menuju Muara Karang. Lumayan puas juga selama snorkeling. Sayang walaupun indah, ikannya nggak terlalu banyak, dan pemandangannya tak seindah di Lombok, dimana waktu itu bisa melihat penyu berenang di dasar laut :(. Aku tak berlama-lama, karena baru 1 jam sudah kedinginan. Padahal air lautnya saat itu terhitung lumayan hangat. Daripada sakit, aku memilih untuk kembali ke perahu dan berjemur deh.
Sehabis snorkeling, kami langsung menuju tempat makan, semacam restoran di pinggir laut yang harganya ternyata lumayan mahal juga *jika dibandingkan dengan makan malam sebelumnya*. Namun demikian, yang penting kenyang dan perut terisi. Maklum sarapan di pagi itu hanya dengan pop mie, itu juga nggak seporsi penuh.
Setelah beres-beres, dan sholat, kami segera menuju dermaga untuk naik perahu ke Muara Karang. Lagi-lagi kami terlambat *karena sudah penuh* :(. Untungnya sih memang ada perahu berikutnya yang lansgung terisi penuh. Kali ini aku nggak bisa tidur selonjoran dengan bebas karena memang hueks.. boro-boro tidur, duduk aja udah nggak nyaman. Tapi tak apalah, pengalaman ke Pulau Pramuka kali ini walaupun untuk pertama kalinya, cukup berkesan, terutama makan malamnya yang menurutku nggak bakalan aku dapatkan di kota seperti Jakarta.
Tips dan pelajaran Moral:
- Untuk berangkat dan pulang, jangan sampai telat deh. Memang jadwal keberangkatan perahu dari Muara Karang jam 7 pagi, tapi itu juga kalo masih dapat tempat. Kurasa datang 1 jam sebelumnya adalah wajib, kalo mau dapet tempat PW. Naik perahunya kalo bisa jangan di bawah: kata orang yang udah pengalaman, bisa bikin mabok laut, dan efeknya bisa sangat parah jika dibandingkan dengan naik diatas.
Kalo udah ketinggalan perahu, mending pulang deh, kecuali kalo memang lagi rame dan at least ada minimal 50 orang yang akan berangkat, baru deh kemungkinan ada perahu tambahan.
- Nggak ada ATM di Pulau Pramuka, jadi lebih baik bawa duit cash yang lumayan banyak ajah.
- Di Pulau Pramuka, listrik dimatikan antara jam 7 pagi s/d 4 sore. Jadi jam sgitu mending nggak berada di penginapan.
- Kalo mau pesen ikan bakar sebaiknya sore hari. Jangan mepet-mepet maghrib deh. Ikan-ikannya dah abis deh kalo telat *secara pengalaman kemaren juga bgitu*, yang ada tinggal sisa doang.
- Menyewa sepeda di pulau adalah pilihan yang lumayan menarik. Daripada jalan kaki loh.
- Biaya sewa perahu rata-rata disana 300 rb untuk seharian. Jadi kalo bisa dimaksimalkan tuh. Harusnya sih berangkat ke sana pagi-pagi, jadi bisa bebas jalan-jalan di hari itu. Dan keesokan harinya udah tinggal pulang aja.
Selasa, Juli 21, 2009
Kamis, Juli 09, 2009
Statistik Incoming SMS
Kemaren malem, aku iseng-iseng menghitung statistik semua SMS yang ada di Inbox HP. Dengan mengambil sampel dari tanggal 27 Juni sampai dengan 8 Juli, didapat total SMS yang masuk adalah 488 SMS atau rata-rata sekitar 40 sms per hari yang aku terima. Dari data tersebut, jika aku kelompokkan berdasarkan kategori-kategori Kerjaan (Atasan, IT / Network, Partnet (CP), Rekan Kerja) dan Pribadi (Teman, Keluarga) didapat hasil seperti dibawah ini:
Urusan teman dan Keluarga memakan hampir 80 % SMS yang masuk pada rentang 12 hari tersebut. Jika ditotal keduanya mencapai 386 SMS. Tentu saja persentase paling besar datang dari teman-temanku sendiri. Urusan kantor dan urusan keluarga memiliki prioritas yang lebih tinggi terutama ketika jam kantor. Kebanyakan komunikasi dilakukan melalui email atau telepon, dan SMS biasanya memang jarang digunakan kecuali untuk sekedar pemberitahuan atau ketika aku tak bisa dihubungi melalui panggilan telepon.
Kedua kategori tersebut (Pribadi dan Kerjaan) jika dilihat secara day-to-day, akan nampak dalam grafik seperti dibawah ini:
Tidak ada satu hari pun dimana SMS untuk urusan kerjaan melebihi urusan pribadi. Bisa dilihat, angka terbesar adalah 60 SMS dari temanku pada tanggal 4 Juli lalu. Kayaknya terbesar sepanjang sejarah nih :P
Kesimpulannya:
Walaupun saat ini sudah banyak jalur komunikasi lain yang lebih cepat, murah, dan praktis seperti chatting, namun SMS masih tetap OK lah. Kerugian SMS kan cuma bayar lebih mahal, pesan yang dikirimkan terbatas, dan kurang 'real-time'. Tetapi kelebihannya adalah: tidak terlalu menginterupsi pekerjaan (bandingkan dengan chatting dan menelepon), tidak tergantung koneksi internet, dan mengirimkan pesan langsung pada tujuan - kecuali HP si penerimanya lagi nggak aktif.
Urusan teman dan Keluarga memakan hampir 80 % SMS yang masuk pada rentang 12 hari tersebut. Jika ditotal keduanya mencapai 386 SMS. Tentu saja persentase paling besar datang dari teman-temanku sendiri. Urusan kantor dan urusan keluarga memiliki prioritas yang lebih tinggi terutama ketika jam kantor. Kebanyakan komunikasi dilakukan melalui email atau telepon, dan SMS biasanya memang jarang digunakan kecuali untuk sekedar pemberitahuan atau ketika aku tak bisa dihubungi melalui panggilan telepon.
Kedua kategori tersebut (Pribadi dan Kerjaan) jika dilihat secara day-to-day, akan nampak dalam grafik seperti dibawah ini:
Tidak ada satu hari pun dimana SMS untuk urusan kerjaan melebihi urusan pribadi. Bisa dilihat, angka terbesar adalah 60 SMS dari temanku pada tanggal 4 Juli lalu. Kayaknya terbesar sepanjang sejarah nih :P
Kesimpulannya:
Walaupun saat ini sudah banyak jalur komunikasi lain yang lebih cepat, murah, dan praktis seperti chatting, namun SMS masih tetap OK lah. Kerugian SMS kan cuma bayar lebih mahal, pesan yang dikirimkan terbatas, dan kurang 'real-time'. Tetapi kelebihannya adalah: tidak terlalu menginterupsi pekerjaan (bandingkan dengan chatting dan menelepon), tidak tergantung koneksi internet, dan mengirimkan pesan langsung pada tujuan - kecuali HP si penerimanya lagi nggak aktif.
Langganan:
Postingan (Atom)